Mulya memundurkan wajahnya sehingga tautan bibirnya dengan bibir Abigail terlepas, "ini nggak benar, Bi?" bisik Mulya, menempelkan keningnya di kening Abigail. Napasnya memburu akibat pergolakan emosi, antara akal sehat atau mengikuti naluri. "Memangnya ada yang benar sejak awal?" balas Abigail memejamkan mata, meresapi keintiman suasana. Saking lamanya, Abigail sampai lupa kapan ciuman terakhir mereka. Dari ciuman singkat barusan, Abigail semakin yakin, jelas-jelas mereka masih saling mendamba. "Bahkan cinta kita juga kamu anggap salah. Apa salahnya dari dua orang yang saling mencintai, Ya?" Setelah sedikit lebih tenang, Mulya menjauhkan tubuhnya. "Aku mungkin memang belum siap menikahi Yuri. Tapi kamu mempersulit semuanya, Bi," ujar Mulya pelan, nyaris tanpa menunjukkan emosi berarti.