Menjelang pagi, cahaya matahari mulai masuk ke dalam sela-sela jendela. Seorang perempuan yang tertidur di ruang tamu bersama kekasihnya perlahan membuka mata. Dia menatap jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan pagi.
"Sayang, bangun," kata Alexa lembut sambil menepuk-nepuk pipi Gerry.
"Kamu menganggu aja. Aku masih mau tidur," balas Gerry.
"Aku boleh bangun duluan?" tanya Alexa.
"Iya, bangun aja ribet," jawab Gerry kesal.
Alexa perlahan bangun dari atas tubuh Gerry. Dia menatap kekasihnya yang masih menutup mata.
"Aku mau pergi wawancara. Nanti aku siapkan sarapan di meja makan, jangan lupa dimakan," kata Alexa.
"Hmm," deham Gerry.
Alexa menuju kamar untuk bersih-bersih dan bersiap. Dia jam sepuluh sudah harus sampai kantor yang akan mewawancarainya.
"Aku harus lolos wawancara ini," gumam Alexa sambil mengguyur tubuhnya di bawah shower.
***
Di perusahaan Lucky, Reynold baru saja datang. Semua orang memberikan sambutan hangat kepada dia. Reynold hanya menjawab seadanya sambil membuka kacamata hitam yang bertengger di wajahnya lalu memasukkan ke dalam saku jas.
Reynold memasuki lift khusus untuk pemilik perusahaan didampingi oleh pengawal dan asistennya. Karyawan, rekan maupun pemegang saham menaiki lift yang berbeda. Reynold tidak suka bergabung dengan orang-orang yang menurut dia tidak patut bersamanya. Dia butuh privasi.
Nick selama di dalam lift memberitahu pada Reynold kalau hari ini ada beberapa kandidat yang akan diwawancarai dan langsung dipilih.
"Kamu tahu siapa yang akan aku pilih. Kamu berikan saja pada kandidat lain tawaran di divisi lain kalau mereka mau dan memiliki kemampuan," kata Reynold dengan wajah datar.
Ting
Pintu lift terbuka, para pengawal keluar duluan untuk memberikan jalan untuk Reynold berjalan bersama Nick menuju ruangan kerjanya.
"Tuan, maaf. Jadi Tuan nanti tidak ikut wawancara? Tuan nanti langsung aja ketemu mereka saat tanda tangan kontrak saja?" tanya Nick.
"Aku nanti mau ketemu sekretaris baru aja. Berikan saja semua surat kontrak kerja yang harus aku tanda tangani," jawab Reynold.
"Baik, Tuan," kata Nick.
"Tunggu dulu. Soal paman dan bibi serta para sepupuku, apa mereka semua sudah pindah ke anak perusahaan?" tanya Reynold.
"Sudah, Tuan," jawab Nick.
"Mereka kalau ke sini harus memiliki janji terlebih dahulu sama aku. Jangan biarkan mereka masuk tanpa seizin aku," kata Reynold.
"Baik," balas Nick.
"Oke kamu boleh pergi," kata Reynold.
***
Alexa sudah tiba di lobi perusahaan Lucky. Dia tidak tahu kalau perusahaan itu merupakan milik Reynold karena dulu Reynold belum pernah memegang perusahaan keluarganya sama sekali. Dia tidak mengingat nama perusahaan Reynold karena memang banyak dan ada beberapa yang sudah berganti nama.
"Maaf, Bu. Saya memiliki janji dengan bapak Nick," kata Alexa lembut.
"Oke, Bu. Mohon ditunggu dulu, saya hubungi dia dulu," balas Lily.
"Oke," balas Alexa.
Alexa duduk di bangku yang ada di lobi. Dia menatap sekitar perusahaan itu.
"Bagus juga perusahaanya. Semoga aku diterima kerja disini," gumam Alexa.
"Nona Alexa," panggil seseorang.
Alexa langsung berdiri. Dia menjabat tangan pria yang ada di depannya.
"Iya, selamat pagi. Ini dengan Pak Nick?" tanya Alexa.
"Iya dengan saya sendiri. Nona, tolong ikuti saya," jawab Nick.
"Baik, Pak. Terima kasih," balas Alexa.
Alexa berjalan di belakang Nick sambil membawa tas di bahunya.
"Sebelumnya Nona pernah bekerja juga?" tanya Nick.
"Sudah, cuma memang beberapa tahun ini saya fokus sama keluarga saya," jawab Alexa.
"Oh," balas Nick singkat.
Ting
Pintu lift terbuka, mereka melangkah masuk ke dalam.
"Maaf, Pak. Apa saya boleh bertanya?" tanya Alexa.
"Boleh," jawab Nick.
"Bapak pemilik perusahaan ini?" tanya Alexa.
"Saya asisten orang kepercayaan di perusahaan ini," jawab Nick dengan wajah datar.
"Datar sekali wajah orang ini," gumam Alexa.
Mereka sampai di lantai yang dituju. Mereka berjalan ke ruangan kosong.
Alexa menatap ruangan itu seperti memang sengaja untuk wawancara. Dia melihat ke luar, ada beberapa orang yang duduk.
"Sepertinya ada yang wawancara juga selain aku. Pokoknya aku harus lolos," gumam Alexa.
"Nona Alexa tunggu di sini dulu sampai saya memanggil," kata Nick.
"Iya. Terima kasih, Pak," balas Alexa sambil mendudukkan dirinya.
Mereka melakukan sesi wawancara. Setelah selesai wawancara, Alexa diminta untuk menunggu di luar. Dia menatap orang yang melakukan wawancara juga.
"Hai," sapa seseorang yang duduk di samping alexa.
"Hai juga," balas Alexa tersenyum ramah.
"Nama saya Stella, nama kamu siapa?" tanya Stella.
"Nama saya Alexa," jawab Alexa.
"Saya wawancara untuk menjadi sekretaris. Kamu apa?" tanya Stella.
"Sama seperti kamu," jawab Alexa.
"Ternyata dia lawan aku," gumam Alexa kesal.
"Oh iya, semoga kita terima," kata Stella.
"Iya. Salah satu dari kita saja yang pasti terpilih, tidak mungkin kita berdua jadi sekretaris," balas Alexa.
"Iya sih, tapi kalau rezeki pasti akan datang dengan sendirinya. Bisa aja saat ini saya tidak keterima dan nanti dapat kerjaan yang lebih baik," kata Stella.
"Iya semoga saja," balas Alexa mengalihkan pandangannya.
"Apa kamu tidak suka bicara sama saya?" tanya Stella.
"Enggak kok. Saya sangat menginginkan pekerjaan ini, jadi saya harus fokus saat ini. Jangan ajak saya bicara," jawab Alexa.
"Baiklah," balas Stella sambil bersandar di kursi.
Alexa merasa risih duduk di samping Stella yang suka bergerak-gerak.
"Kaki kamu itu bisa diam enggak? Saya jadi pusing," kata Alexa.
"Iya, maaf," balas Stella.
"Nona Alexa," panggil Nick.
Alexa tersenyum lebar. Dia meninggalkan orang yang baru dikenalnya.
"Apa aku akan diterima?" gumam Stella.
Beberapa menit berlalu, Alexa keluar dari ruangan dengan senyum lebar. Dia melihat di kursi tidak ada lagi perempuan yang mengganggu dia tadi.
"Ke mana orang itu?" gumam Alexa.
"Nona Alexa, kita sekarang pergi ke ruang pimpinan. Pemimpin perusahaan ingin bertemu dengan Nona karena nanti Nona akan mengurusi semua urusannya," kata Nick.
"Siap. Saya akan melakukan yang terbaik," balas Alexa penuh semangat.
"Iya. Lewat sini," kata Nick.
Ting
Pintu lift terbuka hingga terlihat Stella yang berdiri di dalam lift.
"Loh, Alexa masih di sini?" tanya Stella.
"Kamu habis dari mana?" tanya Alexa sambil masuk ke dalam lift bersama Nick.
"Habis wawancara," jawab Stella.
"Kamu wawancara lagi?" tanya Alexa.
"Iya. Aku ditawarkan masuk divisi lain. Memang rezeki dan jodoh tidak akan pergi," jawab Stella.
"Memang kamu dapat jodoh?" tanya Alexa mengangkat sebelah alisnya.
"Ya maksudnya jodoh saya di sini," jawab Stella.
"Oh. Terus sekarang mau ke mana?" tanya Alexa.
"Mau ke lantai yang sama dengan kamu, tapi saya pergi ke divisi pemasaran digital buat ketemu sama calon manager saya. Dia mau jelasin beberapa, habis itu tanda tangan kontrak," jawab Stella.
"Oh begitu," balas Alexa menganggukkan kepalanya.
"Nona, kita sudah sampai," kata Nick.
"Oh iya, sampai tidak sadar," balas Alexa.
Alexa berjalan bersama Nick menuju ruangan calon bosnya. Dia melihat sekitar, banyak sekali pengawal di luar ruangan bos mereka.
"Penjagaan di sini ketat dan semua yang bekerja di sini harus profesional," kata Nick.
"Baik, Pak," balas Alexa.
Nick mengetuk ruangan Reynold. Tidak lama mereka diperintahkan masuk. Mereka berdua masuk ke dalam ruang pemimpin perusahaan.
"Aduh, jangan gugup. Dia sekarang lagi menelepon, bukan menerkam," gumam Alexa.
"Nona, mohon ditunggu sebentar lagi. Tuan sedang menelepon," kata Nick.
"Iya tidak apa-apa," balas Alexa dengan senyum ramah.
Kursi yang membelakangi mereka perlahan berputar hingga menghadap mereka berdua. Alexa tersenyum pada bosnya.
"Nick, dia sekretaris baru aku?" tanya Reynold.
"Iya, Tuan," jawab Nick.
"Wajah mantan istriku ternyata masih belum banyak berubah," gumam Reynold dengan senyum miringnya.