Laura menatap suaminya saat melihat Reynold dan Sofia saling bertatapan.
Reynold jangan menatap anak Tante begitu, dia salah tingkah tuh," kata Laura.
"Iya, Tante. Aku izin pulang," kata Reynold.
Reynold tersenyum ramah pada semua orang. Dia diantar keluar oleh keluarga Sofia.
"Hati-hati di jalan," kata Sofia.
Sofia menatap Reynold yang sudah masuk dan melambaikan tangan ke mereka. Dia menghelakan napas saat mobil itu mulai menjauh.
"Sudah, kalau jodoh, kalian pasti akan bersatu," kata Erik yang tahu perasaan putrinya dari dulu.
***
Di apartemen Alexa bersama kekasihnya terdengar suara pecahan barang saat Gerry membanting vas bunga tepat di ranjang mereka.
"kamu sudah dapat kerjaan belum?" tanya Gerry.
"Sudah, Gerry. Kamu ini kenapa sih sekarang suka marah-marah mulu?" tanya Alexa.
"Sudahlah, aku muak dengar pertanyaan kamu yang selalu itu terus. Kamu sadar tidak sih sebenarnya hubungan kita ini lama-kelamaan jadi hambar?" tanya Gerry.
"Kamu yang membuatnya hambar, Gerry," jawab Alexa dengan mata berkaca-kaca.
"Aku yang buat hambar? Sadar, kamu ini sampai sekarang tidak bisa ambil hati orang tuaku. Sekarang kamu berlagak seperti wanita yang tidak tahu apa-apa. Aku ini sekarang kekurangan uang karena mereka membatasi kiriman uangnya gara-gara kamu," balas Gerry.
"Gerry, kenapa kamu tidak kerja aja sih? Selalu mengandalkan keluarga mulu sama perusahaan milik papamu," kata Alexa kesal.
"Bosan aku dengan omongan kamu," balas Gerry.
"Ini sudah malam, kamu mau ke mana?" tanya Alexa.
"Terserah aku mau ke mana. Aku bosan sama wanita seperti kamu," jawab Gerry.
Gerry hendak keluar dari apartemen, tapi Alexa menghalanginya.
"Gerry, kamu masih kekasih aku. Kamu tidak bisa memperlakukan aku seperti ini terus. Aku butuh kejelasan, kita sudah menjalin hubungan ini lama. Kamu sudah berjanji padaku apa pun yang terjadi kita akan bersama," kata Alexa.
"Iya kamu harusnya berusaha dong supaya kita direstui dan aku bisa menikahi kamu," balas Gerry.
"Aku mohon jangan pergi ke mana-mana," kata Alexa.
Bugh
Alexa meringis saat tubuh dia didorong oleh kekasihnya.
"Tidak berguna," kata Gerry menatap jijik ke arah Alexa.
Alexa menatap nanar ke arah Gerry. Dia merasa pria itu tidak pernah puas dengan dia.
"Apa tidak cukup kamu menyakiti aku?" tanya Alexa menitikkan air matanya.
"Tidak usah drama," balas Gerry.
Boom
Suara pintu dibanting dengan kencang. Pria itu sudah pergi meninggalkan perempuan yang masih terduduk memeluk kakinya sendiri. Alexa menangis terisak hingga tertidur di lantai.
***
Di kediaman Stein, Reynold baru saja sampai. Dia disambut para pelayan dan pengawalnya. Reynold menatap rumahnya yang terlihat sepi semenjak mama dan papanya tidak ada.
"Maaf, Tuan sudah makan?" tanya Nia.
"Sudah. Terima kasih, Nia," jawab Reynold.
"Sama-sama, Tuan," balas Nia menunduk bersama para pelayan lainnya.
Reynold memasuki kamarnya. Lampu kamar otomatis menyala begitu dia masuk dan membuka mulutnya. Semua yang ada di rumah dia dikendalikan oleh teknologi canggih.
"Aku harus membersihkan diri dulu," gumam Reynold.
Reynold pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Setelah itu, dia menatap dirinya di cermin. Dia jadi mengingat betapa culun dan terlihat bodoh dia dulu hingga istrinya dulu selingkuh dan meninggalkan dia sendiri dalam keterpurukkan.
Reynold tersenyum miris. Dia berjalan menuju ranjang lalu mengambil remot. Dia menyalakan lampu yang menempel di tembok hingga terpampang foto Alexa bersama dia yang terlihat bodoh, sedangkan istrinya dulu terlihat seperti bidadari dan sangat cantik.
Bugh bugh
Reynold memukul-mukul tubuh bidangnya dengan kencang. Dia merasa sakit hati saat rasa rindu sekaligus benci mulai muncul kembali.
"Alexa, sakit. Kenapa cerita cinta kita begini? Aku kangen sama kamu. Aku masih mencintai kamu, tapi aku juga benci pada kamu yang tega meninggalkan aku," kata Reynold.
Reynold menatap ke arah foto itu lagi dengan tatapan penuh kesedihan.
"Aku ingin kamu merasakan apa yang aku rasakan. Apakah kamu baik-baik saja setelah menghancurkan pernikahan kita?" gumam Reynold.
Mata Reynold memerah dan berkaca-kaca. Dia menatap gambar di depannya sampai dia memejamkan mata saat sudah merasa lelah.
***
Menjelang pagi, Reynold sudah bangun. Dia membersihkan dirinya lalu pergi ke ruang makan untuk menyantap makanannya sendiri.
Semua orang yang berada di rumah itu tahu betapa kesepiannya Reynold, tapi mereka tidak berani untuk menanyakan apa pun pada pria itu.
"Nia, nanti aku akan makan di luar," kata Reynold.
"Baik, Tuan," balas Nia.
Setelah selesai sarapan, Reynold dibantu oleh para pelayan memakai jas dan tas kerjanya. Dia lalu menuju mobilnya.
"Selamat pagi, Tuan. Semoga hari Tuan indah," kata Patt membukakan pintu mobil.
"Iya, terima kasih. Semoga harimu indah juga," balas Reynold.
Mereka semua mengenal Reynold sebagai tuan yang baik, ramah dan dermawan walaupun wajahnya dulu tidak sedingin sekarang. Mereka tahu bagaimana masa-masa sulit tuan mereka yang ditinggalkan satu per satu orang yang disayang.
Mobil Reynold keluar dari halaman rumah keluarga Stein menuju kantor. Reynold selama di jalan sibuk mengecek email dari para karyawannya.
Tring tring
Ponsel Reynold berbunyi. Dia mengangkat panggilan itu.
"Selamat pagi, Tuan. Maaf mengganggu, saya sudah menemukan beberapa kandidat yang oke untuk dijadikan asisten baru. Tuan pasti akan sangat menyukainya. Ini mau wawancara dengan Tuan juga," kata Nick.
"Oke. Saya percaya pada kamu, Nick. Kamu tahu apa yang aku mau lakukan. Proses semuanya dengan cepat. Kamu saja yang wawancara. Saat sudah diterima, baru kamu kenalkan padaku," balas Reynold.
"Baik, Tuan," kata Nick.
"Apa ada lagi yang kamu mau infokan?" tanya Reynold.
"Mengenai mantan Tuan," jawab Nick.
"Iya saya sudah tahu dan baca. Kamu lakukan bagian kamu saja," kata Reynold.
"Iya saya akan segera laksanakan," balas Nick.
Reynold setelah selesai menelepon kembali mengecek email yang masuk.
***
Seorang perempuan masih meringkuk di lantai. Mata perempuan itu perlahan terbuka saat mendengar suara ponselnya yang bergetar-getar.
"Hmm, halo," kata Alexa masih setengah sadar.
"Halo, Nona. Saya ada kirimkan undangan wawancara untuk Nona," kata Nick membuat mata Alexa membuka sempurna.
Alexa merasa seperti mendapat angin segar dari surga.
"Baik, saya akan mengecek email. Terima kasih atas undangan wawancaranya," kata Alexa.
"Sama-sama, Nona," balas Nick.
Alexa buru-buru membuka email di ponselnya.
"Akhirnya yang aku tunggu-tunggu dapat juga!" teriak Alexa.
Alexa berdiri dan melompat-lompat. Dia merasa Gerry pasti akan sangat senang kalau mendengar dia sudah mendapatkan panggilan wawancara kerja.
"Aku harus memberitahukan Gerry tentang ini," kata Alexa.
Alexa mengirim pesan pada Gerry sambil tersenyum. Dia menatap ranjangnya yang sama sekali tidak ada Gerry di sana. Dia keluar dari kamar. Dia melihat Gerry ternyata tidur di sofa.
"Pagi, Sayang," kata Gerry membuat Alexa terkejut.
"Pagi, Sayangku," balas Alexa membelai lembut pipi kekasihnya.
Tangan Alexa ditangkap dan dikecup lembut oleh Gerry membuat Alexa tersenyum saat melihat kekasihnya sudah kembali seperti biasa.
"Aku mencintai kamu, Sayang," kata Alexa.
"Aku juga mencintai kamu," balas Gerry.
"Aku ada kabar baik. Kamu pasti belum baca pesan dari aku," kata Alexa.
"Nanti saja. Sekarang aku mau kamu," balas Gerry menoel hidung kekasihnya.
"Aku belum mandi dan kamu juga belum. Aku buatkan sarapan dulu untuk kita," kata Alexa lembut.
Grap
Alexa yang ingin pergi ke dapur dipeluk oleh kekasihnya.
"Sayang, aku mau kamu. Apakah kamu tidak mau?" tanya Gerry.
"Jelas saja aku mau," jawab Alexa.
Mereka bermesraan di ruang tamu. Suara bahagia mereka menggema di ruangan itu.