Alexa yang berdiri di samping Nick menjadi gugup saat melihat tatapan Reynold, tapi dia tetap berusaha tampil sebaik mungkin.
"Kenapa aku seperti mengenal wajah dia?" gumam Alexa.
Reynold berdiri. Dia meminta Alexa untuk duduk.
"Siapa nama kamu?" tanya Reynold dengan raut wajah datar.
"Alexa, Tuan," jawab Alexa tersenyum ramah.
"Senyuman itu yang membuatku dulu jadi terlalu bodoh dan dipermainkan. Aku harusnya menyadari kalau senyuman itu bukan berarti dia tulus mencintaiku," gumam Reynold.
"Nona Alexa duduk dulu, kita bicarakan mengenai apa yang harus kamu lakukan," kata Reynold.
"Baik, Tuan," balas Alexa.
"Nona Alexa, saya keluar duluan," kata Nick.
Alexa menatap ke arah Reynold yang menganggukan kepala. Nick keluar dari ruangan itu meninggalkan Alexa dan Reynold.
"Tentu kamu sudah mengenali siapa saya dari karyawan lain," kata Reynold.
"Iya, Tuan," balas Alexa.
"Nah, sekarang ini kontrak kerja kamu. Kamu baca dulu dan tanda tangan setelah kamu setuju," balas Reynold.
"Baik, Tuan. Terima kasih," kata Alexa.
Alexa membaca lembar demi lembar kertas perjanjian kerja itu.
"Sudah selesai? Apa ada yang kamu keberatan?" tanya Reynold.
"Ini, Tuan. Poin yang ini saya dapat apartemen dan diantar jemput, bolehkah saya tidak tinggal di apartemen yang disediakan dan saya bisa berangkat sendiri tanpa dijemput?" tanya Alexa.
"Saya lihat di data diri kamu kalau kamu masih sendiri, apakah kamu tinggal sama orang tua? Saya bertanya karena saya tidak mau sekretaris saya terlambat datang ke kantor gara-gara jarak rumahmu jauh atau apa pun masalah kamu," jawab Reynold tegas.
Alexa meneguk salivanya. Dia menatap Reynold yang terlihat sangat tegas.
"Maaf, sebenarnya saya tinggal sama kekasih saya tidak jauh dari sini. Saya janji akan datang tepat waktu," kata Alexa.
"Oh, saya pikir kamu sudah menikah," balas Reynold.
"Saat ini saya belum menikah," kata Alexa sambil tersenyum.
"Oke. Jadi poin yang itu tidak masalah, tapi tetap ada saja barangkali nanti kamu butuh," kata Reynold.
"Baik, Tuan. Terima kasih banyak," balas Alexa tersenyum pada Reynold.
"Iya sama-sama," kata Reynold mengambil dokumen dari tangan Alexa.
Mata Reynold tidak sengaja menangkap sesuatu di leher Alexa. Dia teringat kalau benda itu adalah pemberiannya saat ulang tahun pernikahan mereka.
"Tuan," panggil Alexa membuat Reynold tersadar.
"Maaf, saya lagi banyak pikiran," kata Reynold.
"Iya tidak apa-apa, Tuan," balas Alexa.
"Kenapa dia masih memakai kalung itu?" gumam Reynold.
Reynold mengingat masa lalunya bersama Alexa. Dia ingat kalau Alexa dulu sangat menyukai kalung itu hingga dia akhirnya membelikannya untuk hadiah hari jadi pernikahan mereka.
"Tuan, ada apa? Kenapa Tuan terus memperhatikan kalung ini?" tanya Alexa heran.
"Tidak. Kalung kamu terlihat mahal, pasti dari kekasih kamu," jawab Reynold. Dia berusaha menghindari kecanggungan yang terjadi.
Alexa menggenggam kalung itu. Dia tersenyum pada Reynold.
"Ini kalung pemberian mantan suami saya. Maaf saya jadi cerita begini di hari pertama," kata Alexa.
"Oh, tidak apa-apa. Cerita saja sama saya kalau kamu nyaman. Kita nanti juga kerja bersama. Jadi tidak masalah kalau mau cerita, tapi tetap pada batasnya," balas Reynold.
"Iya, Tuan," kata Alexa.
"Kenapa kamu masih memakai kalung dari mantan suami kamu? Pasti benda itu berkesan sekali untuk kamu," kata Reynold.
"Hati ini sebenarnya sakit saat melihat kamu di depan aku. Rasanya aku ingin sekali memeluk kamu dan bilang aku masih sangat mencintai kamu," guman Reynold.
"Iya, Tuan. Buat melupakan dia tentu masih agak sulit, bahkan saya merasa sangat bersalah padanya," kata Alexa menitikkan air matanya.
Reynold terkejut melihat perempuan di hadapannya menitikkan air matanya. Dia tidak pernah melihat air mata itu selama mereka bersama.
"Maaf saya jadi mengungkit urusan pribadi kamu," balas Reynold mengambil tisu dan mendekati Alexa.
Alexa menatap Reynold yang berjongkok dan menghapus air matanya.
"Maaf, saya bisa sendiri. Saya lihat wajah Tuan agak mirip sama mantan saya," kata Alexa.
"Masa wajah mantan kamu mirip sama saya," balas Reynold.
Mata mereka saling menatap. Alexa meneliti wajah Reynold dengan detail.
"Iya benaran mirip," kata Alexa dengan senyum lebar.
Alexa menghapus air matanya menggunakan tisu yang diberikan Reynold.
"Oke, besok kamu mulai kerja. Nanti ada beberapa pekerjaan yang akan saya kirim ke email kamu. Ini email kamu sudah saya catat, itu email perusahaan. Kamu bisa kerjain dari rumah," balas Reynold.
'Saya hari ini mulai bekerja bisa kok, Tuan," kata Alexa.
"Tidak. Kamu mulai besok saja supaya tidak terbayang wajah mantan kamu hari ini," balas Reynold cekikikan.
"Tuan bikin saya malu aja," kata Alexa menutup wajahnya yang memerah.
"Kamu ini lucu sekali. Beruntung banget pria yang bisa mendapatkan kamu," balas Reynold.
"Iya," kata Alexa. Dia saat ini tidak bisa menceritakan apa pun soal hubungannya.
"Masa iya aku cerita sama bos aku kalau kekasihku tidak merasa seberuntung itu," gumam Alexa menghelakan napasnya.
"Jadi besok pukul delapan pagi kamu sudah ada di sini. Saya mau mengajak kamu rapat bareng saya dengan para kolega saya," kata Reynold sambil berdiri.
"Baik, Tuan. Besok pukul delapan pagi saya akan sampai sini. Terima kasih banyak untuk hari ini," balas Alexa sambil mengulurkan tangannya.
Reynold menyambut uluran tangan Alexa. Mata mereka saling menatap, tapi Reynold mendadak memutus kontak mata mereka dan menarik tangannya duluan.
"Iya sampai jumpa besok. Selamat bergabung, Alexa," kata Reynold.
"Baik, Tuan. Saya pamit," balas Alexa.
Reynold mengantarkan Alexa sampai pintu keluar. Dia menatap punggung perempuan itu yang perlahan berlalu. Alexa mendadak menengok ke belakang membuat Reynold menatap tajam Alexa hingga perempuan itu mengalihkan pandangannya.
"Sampai bertemu besok. Kita lihat nanti pelajaran apa yang pantas kamu dapatkan atas perbuatan kamu," gumam Reynold.
Reynold masuk kembali ke ruang kerjanya. Dia menutup pintu lalu menghelakan napasnya, dia masih merasakan getaran yang sama seperti dulu saat dia masih menjalin hubungan dengan Alexa.
"Aku tidak boleh seperti ini. Dia bisa curiga kalau aku berperilaku aneh," gumam Reynold.
Reynold berjalan menuju kursinya. Dia menarik laci lalu mengambil foto masa lalunya bersama Alexa. Dia membelai foto mereka yang dulu terlihat sangat bahagia, tapi ternyata kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Dia hancur saat ditinggalkan oleh perempuan itu.
"Aku merindukan masa kita bersama dulu, Alexa. Aku tahu kamu menyesal dengan perbuatanmu, tapi itu belum sepadan. Aku akan membuat kamu merasakan betapa sakitnya aku saat kamu tinggalkan seperti sampah tidak berarti. Aku memohon padamu untuk tetap bersamaku, tapi kamu lebih memilih pria sialan itu. Aku sekarang bukan Reynold yang dulu, aku tidak akan membiarkan hatiku sakit lagi," kata Reynold.
Reynold menitikkan air matanya sampai terjatuh di atas foto itu.
Prang
Reynold melempar gelas yang ada di meja hingga pecah berkeping-keping saat dia mendadak mengingat perilaku Alexa pada dia dulu.