"Astaga! Tadi itu sangat berisik dan aku sangat tidak suka!" Ruu berseru sambil memjauhkan tangan dari telinganya. "Jangan lakukan itu lagi atau aku akan menyakitimu lebih dari tadi!" ancamnya. . . . . . Namun Ruu kembali menggerakkan tangannya. Tubuh mungil Marissa kembali terangkat dan dengan cepat menghantam tembok. Suara benturan keras dan pekikan nyaring terdengar, membuat siapa pun yang berada di dalam ataupun di dekat penjara bawah tanah itu terkejut. Selain itu bunyi tulang patah juga agak mengganggu pendengaran. Marissa terjatuh di lantai, setelah tubuhnya menghantam dinding. Kali ini jauh lebih keras dari yang pertama tadi. Darah segar keluar dari mulut gadis itu. Selin itu, pelipis dan tulang pipinya juga mengeluarkan darah akibat benturan keras dengan lantai. Marissa be