Aroma mawar

1825 Kata
Jianina memasuki ruang tamu butik Feè Marraine dan menemukan seorang wanita berambut panjang duduk tenang menunggu di sofa. Panjang rambut wanita itu mirip sepanjang rambutnya, penampilannya cukup modis, dengan kemeja putih V neck, berlengan tujuh per delapan, dan rok span berwarna gelap di atas lutut. Wanita itu tampak duduk dengan gesture tertata sambil membaca majalah mode yang tersedia di ruangan itu untuk membunuh waktu selama menunggu kehadiran Jian. "Maaf menunggu." Jian menyapa sopan dan wanita itu mengalihkan pandang dari majalah, menatap Jian, lalu melempar senyum. "Tidak apa-apa," balas wanita itu dengan senyumnya yang terlihat sangat manis di mata Jian. "Saya Praya Jianina, ada yang bisa saya bantu?" tanya Jian sambil duduk di hadapan wanita itu. "Saya, Nathania Rozeanne, panggil saja Thania," sambut Thania dengan wajah bersahabat. "Ada yang bisa saya bantu, miss Thania?" "Ya...saya ingin menjahit gaun untuk dikenakan dalam sebuah acara spesial." "Ah, begitu." Jian mengangguk menanggapi kata-kata Thania. "Acara seperti apa jika saya boleh tahu? Agar saya bisa menyesuaikan design gaun dengan acara yang akan anda hadiri." "Saya akan menghadiri premiere film, ini pertama kalinya saya tampil di dalam sebuah acara yang diliput oleh media, dan terus terang, saya merasa gugup, dan saya ingin mempersiapkan semuanya dengan baik, termasuk gaun yang akan saya kenakan. Banyak yang mengatakan bahwa gaun buatan anda sangat bagus, detail, rapi dan tentu saja sangat elegan." "Saya rasa, anda terlalu menyanjung." "Itu adalah kebenaran, gaun yang dihasilkan butik anda benar-benar memiliki potongan yang bagus dan elegan, terutama juga nyaman digunakan." "Jika anda terus mengatakan hal seperti itu, kepala saya akan membesar, Miss Thania," balas Jian mencoba menambahkan kelakar agar suasana semakin akrab. "Panggil saja Thania. Anda tidak keberatan kan? Saya merasa butik ini, dan anda memberikan kesan familiar, saya akan sangat senang jika bisa akrab dengan anda, meski kita baru saja bertemu." "Tentu saja, kita bisa menjadi teman. Baiklah kalau begitu, anda juga bisa memanggil saya Jian, dengan begini kita bisa lebih akrab." Keduanya saling melemparkan senyum. "Saya akan membuat rancangannya, gaun seperti apa yang anda bayangkan miss Thania? eh, maksud saya Thania?" "Gaun yang simpel. Terserah anda, saya yakin gaun apapun yang anda design pasti akan membuat pemakainya tampil elegan." Jian tertawa. "Ah, anda benar-benar terlalu menyanjung. Bagaimana dengan model gaun panjang? dengan warna hitam. Seperti yang anda tahu warna hitam selalu mengesankan glamor, namun misterius, meski yah, kadang orang berpendapat bahwa hitam terlalu biasa, tidak istimewa dan kadang kurang mendapatkan perhatian karena warnanya yang cenderung dianggap bersembunyi, apalagi jika disandingkan dengan shocking pink." "Perbandingan yang sangat kontras, Ji. Itu akan menjadi, Black Shocking Pink, terdengar seperti nama girlband." Jian tertawa mendengar kelakar Thania dan merasa bahwa Thania adalah seseorang yang menyenangkan. Wanita itu berwajah cantik, ramah, dan juga menyenangkan saat diajak bicara. "Jadi bagaimana? Apa warna hitam dan gaun panjang menurut anda akan sesuai dengan ekspektasi anda untuk menghadiri acara spesial anda?" "Menurutku itu konsep yang menarik, saya hanya ingin tampil aman dan tidak salah kostum saat acara itu digelar. Jadi, hitam cukup menarik." "Kalau begitu, saya akan mencoba membuat design dasarnya, anda bisa meminta revisi atau tambahan pernak pernik yang anda inginkan." Jian mengambil buku sketsa dan pensil, lalu mulai menorehkan sesuatu pada buku sketsa, menggambar gaun malam, dengan kerah V, potongan membalut tubuh ketat, melebar di bagian bawah, dengan lengan tujuh perdelapan. Jian memberi arsir di beberapa bagian, menuliskan "brokat" untuk bahan gaun itu. "Bagaimana dengan ini?" tanya Jian, memperlihatkan gambar gaun yang baru saja digambarnya. "Gambarnya saja begitu cantik, pasti gaun aslinya akan lebih cantik. Aku menyukainya." "Baiklah, jika anda menyukainya, mari kita ukur badan anda, agar gaun yang dijahit sesuai dengan ukuran tubuh anda," ucap Jian mengajak Thania untuk menentukan ukuran tubuhnya. Thania beranjak dari tempat duduknya, dan mengikuti Jian menuju sebuah ruangan yang terletak di sebelah ruang tamu di mana ia menunggu sebelumnya. Jian meminta Thania merentangkan tangan, agar Jian bisa mengukur lebar d**a, panjang lengan, lebar pinggul dan panjang baju. Saat Thania mengangkat tangannya, Jian mencium aroma mawar dari tubuh Thania dan Jian yakin bahwa aroma mawar ini, adalah aroma yang sama seperti parfum yang diberikan Skylar untuknya. Aroma mawar yang tercium dari tubuh Thania mengingatkan Jian pada aroma tubuh Skylar saat mereka terakhir kali bercinta, aroma mawar bercampur aroma khas sagewood di tubuh Skylar. Jantung Jian mendadak berdetak lebih kencang saat aroma mawar ini semakin membuai indra penciumannya dan membuat otaknya kembali mengingat aroma tubuh Skylar yang tercium aroma mawar samar. Pikiran logis Jian mengatakan bahwa, tidak mungkin aroma mawar yang berasal dari tubuh Thania yang ada di tubuh Skylar. Skylar dan Thania, tidak mungkin mereka saling mengenal bukan? Ini pasti hanyalah sebuah kebetulan, berapa banyak parfum aroma mawar dijual dan bisa saja beberapa orang mengenakan parfum mawar yang sama. Adalah hal yang konyol jika Jian mencurigai sebuah pengkhianatan dilakukan Skylar--suami sempurnanya, hanya karena indra penciumannya menemukan aroma mawar yang pernah ditemukannya di tubuh Skylar sama dengan aroma tubuh Thania. Jian mengenal semua kru film yang bekerja dengan Skylar dan selama ini, tidak pernah ada cacat cela Skylar saat bekerja bersama para artis berwajah elok dan bertubuh sempurna. Skylar selalu profesional dan Jian tidak pernah menemukan sedikitpun tanda bahwa Skylar berselingkuh atau bersikap genit pada wanita lain. Hal paling logis yang bisa dipikirkan Jian adalah, mungkin saja, parfum mawar adalah aroma yang sedang hits belakangan ini, dan banyak orang menggunakannya. Bahkan, Skylar membawakannya buah tangan parfum beraroma mawar atas saran karyawan toko parfum, hal itu membuktikan bahwa aroma parfum mawar sedang sangat tren. "Ayolah Ji! Kau berlebihan. Skylar tidak mungkin berselingkuh. Sudah lima tahun kalian bersama dan Skylar tidak sekalipun melukai hatimu. Dia sangat mencintaimu," kata hati Jian berbisik. Mungkin Jian terlalu khawatir, dan merasa bahwa kebahagiaan yang saat ini dirasakannya akan segera berakhir dengan kesedihan. "Aroma parfum anda sangat menyenangkan, aromanya klasik, lembut dan menenangkan," ucap Jian pada Thania, ia benar-benar tidak bisa mengabaikan aroma mawar ini. "Ah, ini, parfum yang diberikan oleh orang yang aku cintai, ia begitu mengerti segala hal tentang aku, bahkan hal terkecil dalam diriku, " balas Thania dengan senyum mengembang, seolah menunjukkan kebahagiaannya karena seseorang yang dicintainya itu. "Begitukah? Orang itu sangat memahami aroma yang menyenangkan dan membuat nyaman, tentu anda sangat bahagia mendapatkan perhatian sedetail ini," komentar Jian lagi sambil mencatat ukuran tubuh Thania, seolah ia tidak terusik sama sekali, dan hanya membahas aroma parfum mawar ini sebagai basa basi, namun sesungguhnya, batin Jian merasa tidak nyaman. Nathania Rozeanne, muda, cantik, percaya diri dan ia memiliki daya tarik, seolah Thania adalah seorang perempuan yang merepresentasikan bunga mawar itu sendiri, cantik menawan, tapi entah mengapa meski Jian merasa Thania adalah seseorang yang menyenangkan tetapi ada separuh perasaan tidak nyaman saat Jian berdekatan dengan Thania, terutama saat indra penciumannya menemukan aroma mawar pada tubuh Thania. Aroma yang sama seperti aroma yang bercampur dengan sagewood di tubuh Skylar. Jian berusaha keras mengabaikan pikirannya yang tidak tentu arah, dan menolak kemungkinan buruk, tapi tetap saja, Jian merasa tidak begitu nyaman dengan keberadaan Thania. Thania seperti ancaman, persis seperti mawar, kecantikan yang mempesona dan menyenangkannya terkadang mengancam dengan duri-duri tajam yang menyelubungi pohonnya, yang tidak akan ragu memberikan luka yang menusuk jika tidak berhati-hati. Jian menghela napas, ia merasa bahwa dirinya bodoh sekali jika beranggapan begitu pada Thania yang bahkan baru saja ditemuinya. Hal ini sangat konyol. Nathania Rozeanne, perempuan yang berada di hadapannya ini, dan Skylar Wistara suaminya tercinta, tidak mungkin menjalin hubungan. "Hanya karena aroma parfum, mengapa kau begini curiga? Ini konyol Jian," batin Jian berkata dan Jian merasa hal itu benar. Bodoh sekali jika ia merasa terusik hanya karena aroma mawar, bukankah aroma mawar adalah aroma yang familiar, salah satu keharuman bunga yang paling populer, banyak orang menggunakan aroma mawar, dan itu tidak berarti apa-apa. "Gaunnya akan selesai kurang lebih satu bulan, saya akan menghubungi anda nanti." Jian berkata ramah pada Thania setelah mencatat semua ukuran tubuh Thania yang diperlukan untuk membuat gaun. "Baiklah, aku merasa lega sekarang karena aku mendapatkan gaun yang pasti akan membuatku tampil elegan, dan aku tidak akan salah kostum," ucap Thania, dengan menyebutkan 'aku' saat berbicara, merubah sebutan 'saya' yang sebelumnya ia gunakan. "Saya yakin, anda akan hadir di acara tersebut dan merebut perhatian." "Kalau boleh saya tahu, apakah anda seorang aktris?" tanya Jian, rasa penasarannya pada sosok Thania semakin bertambah. Jian menebak, mungkin saja Thania adalah artis pendatang baru, sehingga wajahnya belum terlalu familiar dan ia masih canggung saat akan menghadiri acara yang melibatkan media massa, seperti premiere film. "Jian, bisa tidak kita bicara lebih santai? Aku ingin sekali akrab denganmu. Sebelumnya, aku hanya mendengar tentangmu dari temanku, ia mengatakan jika gaun hasil rancanganmu sangat memuaskan, hingga aku memutuskan datang kesini, dan setelah aku bertemu denganmu, entah mengapa, aku merasa, kamu sangat menyenangkan dan aku benar-benar ingin berteman denganmu. Bisakah kita berteman?" "Tentu saja, dengan senang hati," balas Jian, meski dalam hati Jian merasa sedikit aneh. Thania adalah satu-satunya pelanggan butik yang terlihat begitu ingin dekat secara personal dengannya. Jian tidak memungkiri bahwa hampir semua pelanggan butik yang datang bersikap ramah dan bersahabat, namun, tidak ada yang secara terbuka menyatakan ingin berteman seperti yang Thania lakukan. Meski demikian, Jian tidak keberatan, apa salahnya menambah sebuah hubungan pertemanan? Hal ini dirasakannya tidak merugikan, justru mungkin akan membuka relasi bisnis baru yang menguntungkan. "Aku sangat senang mendengarnya, Ji!" seru Thania dengan wajah cerah, sepertinya, perempuan itu benar-benar senang Jian bersedia berteman dengannya. "Karena kita adalah teman, bisakah kamu menceritakan tentang dirimu? Apa kamu artis?" "Aku bukan artis, tapi ya, aku bekerja dalam industri film, aku nenulis naskah sebuah film dan menulis beberapa novel." "Wah, itu pekerjaan yang hebat. Kamu membuat sebuah kisah bermula dan membuat orang terhanyut di dalamnya, kamu menciptakan sebuah dunia baru." "Tidak sehebat itu. Aku hanya banyak bermimpi dan mengkhayal, meluapkan hal yang tidak bisa aku raih di kehidupan nyata di dalam lembar tulisan fiksi, berharap rancangan kisahku dalam dunia fiksi itu menjelma menjadi nyata. Hingga akhirnya khayalanku yang berasal dari kekecewaanku di dunia nyata itu menjadi sebuah film, meski tidak merubah hidupku, tapi kisahku itu disaksikan oleh banyak orang, dan aku sangat bersyukur." "Kamu sangat berbakat, Thania. Tidak mudah membuat sebuah kisah yang dirindukan oleh banyak orang." "Ini semua bukan karena usahaku sendiri, sebenarnya, ada seseorang yang selalu mendukungku dan membuatku berhasil berada di posisi ini." Tatapan mata Thania menerawang, seolah mengingat sosok penting yang membuatnya berada dalam kesuksesan sebagai penulis naskah film. "Aku memiliki seseorang yang bersamaku sejak remaja, dia mendukungku, dia mengenali bakatku dan juga passionku di dunia menulis. Kami sama-sama pemimpi, dia menyukai fotografi dan cinematografi, pada akhirnya, ia meraih mimpinya, bekerja dengan bakat dan minat yang dimilikinya, berkecimpung di dunia perfilman, dia sangat memiliki peran besar bagiku." Jian mendengarkan kisah Thania dengan penuh perhatian, perempuan itu nampak sedang bahagia saat menceritakan tentang dirinya, namun ada kalanya Jian merasa bahwa Thania sedang putus asa, dan memaksakan untuk menunjukkan dirinya agar terlihat bahwa ia berada dalam kebahagiaan sepenuhnya dan baik-baik saja, meski Jian tidak tahu mengapa ia bisa berpikiran sejauh itu pada Thania. Sebagai seseorang yang baru saja saling mengenal, Jian tahu bahwa sepertinya ia masih terlalu dini menilai seperti apa sebenarnya Nathania Rozeanne itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN