8. First Mission

1719 Kata
Kesempatan berpikir telah usai, baik Steven, Lyodra dan mungkin Bright hari ini harus sudah menentukan keputusan mereka antara menolak atau menerima misi itu. Steven dan Lyodra kemarin sudah merundingkan itu pada Bright, besar kemungkinan kalau Bright akan menyetujui hal itu. Bright itu tidak akan mungkin menolak keputusan yang telah Steven buat, biar bagaimanapun meskipun Bright orangnya penakut ia termasuk orang yang setia kawan. Terbukti ia bisa sampai di tempat ini, itu semua karena persahabatannya dan Steven bersama Lyodra begitu erat. Sehingga ia mau menahan rasa takutnya untuk ikut bersama kedua temannya itu, ya walaupun terkadang ia juga suka mengeluh kalau ia takut. Lagipula siapa juga yang ingin berada di tempat antah-berantah seperti ini? Ketimbang dirinya ditinggal sendirian di sini, lebih baik ia ikut bersama teman-temannya. Walaupun ia tahu akan ada bahaya yang pastinya ikut menghantuinya, tetapi itu tidak sebanding dengan perasaan setia kawan serta takut yang ia miliki. Ia percaya kalau Steven dan Lyodra tidak akan kalah dalam misi ini, bukankah mereka adalah teman yang kompak? Tentu akan sangat mudah bagi mereka memenangkan permainan itu. Ya lebih baik berpositif thinking dulu, masalah yang lainnya itu belakangan. Yang terpenting, pikirkan hal yang baik-baik barangkali kebaikan itu akan benar-benar terjadi. Hanya itu yang bisa dilakukan. "Bagaimana keputusan kalian?" tanya Peri Eayli yang berdiri di atas papan kayu yang mirip seperti meja. "Kami setuju mengikuti misi itu karena sepertinya tak ada pilihan lain, kau bagaimana, Bright?" Biar pun kemarin Bright sudah setuju, tetap saja Steven memerlukan persetujuan lagi dari Bright. "Aku pun sepertinya tak ada pilihan lain selain setuju 'kan?" tanya balik Bright membuat Steven dan Lyodra tersenyum. "Ya, Peri. Kami setuju untuk menyelesaikan misi itu untuk menyelamatkan dunia ajaib ini serta agar kami bisa kembali pulang," ujar Steven membuat Peri Eayli tersenyum sumringah mendengarnya. "Terima kasih banyak, terima kasih karena kalian sudah setuju. Kami begitu mengharapkan hal itu, semoga saja misi yang kalian jalani dapat terselesaikan dengan baik dan tidak ada korban lagi dalam misi ini," ujar Peri Eayli. "Aku akan mengawasi kalian, setidaknya jika nanti ada bahaya yang menerjang kalian, maka panggilah kami. Kami akan langsung datang memberikan bala bantuan, hal ini hanya kami lakukan kepada kalian saja. Karena sepertinya hanya kalian lah yang tulus menyelesaikan misi ini tanpa ada tujuan yang lain, berbeda dengan manusia yang sudah tewas itu. Mereka mengharapkan mendapatkan harta karun di misi terakhir," sambung Peri Eayli. "Harta karun?" tanya Bright membeo. "Iya, selain bisa menyelamatkan kami serta memberi jalan keluar dari sini. Menyelesaikan misi itu akan mendapatkan harta karun berupa batu berukuran sedang yang terbuat dari emas, dulu banyak manusia yang berbondong-bondong datang ke sini untuk mendapatkan batu emas itu. Tapi tidak ada yang berhasil karena hati mereka tak bersih, aku mengharapkan agar kalian lah yang dapat membantu kami." Bright mengangguk paham. "Kami sekarang juga mengharapkan batu emas itu, tidakkah peri melarang kami mengikuti permainan itu?" tanya Bright dengan wajah serius. "Bright," tegur Steven. "Apa, Steve? Tidakkah kau lihat kalau aku hanya bercanda? Aku tak butuh batu emas atau apa itu namanya, yang aku butuhkan adalah aku bisa keluar dari sini, itu saja sudah tidak ada yang lain." Steven merasa lega, tadinya ia berpikir kalau Bright serius dengan perkataannya tadi. "Salah wajah kau yang sepertinya tadi serius sekali ketika berucap," ujar Steven membuat Bright terkekeh. "Kau 'kan tahu aku orang yang seperti apa, Steve." Bright tertawa pelan. "Tentu saja Steve tahu, kau itu 'kan orang yang penakut dan juga bercanda tidak melihat waktu." Bukan Steven yang menjawab melainkan Lyodra. "Kau kenapa sih? Sepertinya tidak suka sekali padaku, perkataanmu selalu saja sinis. Lagipula aku tak berbicara padamu," balas Bright sengit. "Whatever lah, Bright. Sesukamu saja." Lyodra mengalah, berbicara dengan Bright itu membutuhkan tenaga yang kuat karena selalu saja membuatnya emosi. Menyesal sudah dirinya tadi menimpali perkataan Bright. "Memang sesukaku karena yang berbicara itu mulutku, bukan mulutmu." Nah 'kan, sudah ia duga kalau masalah kecil ini akan panjang urusannya jika mereka masih saja saling membalas. Jadi, Lyodra lebih memilih mendiamkannya, daripada mereka tak jadi pergi hanya karena bertengkar masalah sepele dengan Bright. "Lalu bagaimana aturan mainnya, Peri? Maksudnya sewaktu kami mencari, apa larangan untuk kami? Dan apa juga hal-hal yang harus kami lakukan di sana? Kemarin aku tak begitu mendengar jelas penjelasanmu mengenai aturan main dalam misi ini," ujar Lyodra yang memilih berbicara pada Peri Eayli ketimbang meladeni Bright lagi. "Baiklah karena kau meminta aku untuk menjelaskannya ulang, maka akan aku jelaskan." Peri Eayli terbang kemudian mendarat tepat di atas kepala Bright. "Hei, mengapa kau suka sekali mendarat di kepalaku?" tanya Bright agak merasa kesal. "Aku berdiri di sini agar kalian bisa mendengar ceritaku dengan jelas, tubuhku terlalu kecil dan aku tak bisa berteriak-teriak di bawah sana," jelas Peri Eayli membuat Bright mendengkus kesal. "Sudahlah, Bright. Biarkan saja Peri Eayli ada di kepalamu," ujar Steven. "Ya ya, baiklah." Bright mengalah. "Sekarang, jelaskan kembali apa yang kau jelaskan kemarin itu," sambung Bright. "Jadi, kalian akan pergi ke beberapa tempat yang mungkin akan ada bahayanya di sana, dan kalian harus menemukan beberapa kunci di sana. Dalam satu tempat biasanya ada satu kunci, kalau ditotal semua kunci itu berjumlah lima. Tidak mudah menemukan kunci itu karena berada di tempat yang berbahaya, nanti akan aku bantu kalian agar mudah mendapatkannya. Aturan mainnya, kalian tidak boleh asal menyentuh hal-hal aneh di sana karena itu dapat membahayakan keselamatan kalian sendiri. Setelah mendapatkan kunci itu, lebih baik kalian langsung pergi ke tempat baru. Jangan tergoda pada hal aneh yang disuguhkan di sana karena itu bisa saja berbahaya untuk kalian," jelas Peri Eayli. "Baiklah, sekarang aku paham. Intinya kami harus mencari kunci sebanyak lima 'kan? Nah kalau tidak salah di tempat terakhir, kami harus menyatukan kunci itu. Begitukah, Peri?" tanya Lyodra. "Iya seperti itu." "Kalau begitu ayo kita segera ke sana supaya misinya segera selesai," ajak Lyodra penuh semangat. "Eh? Kau yakin akan berangkat sekarang?" tanya Bright. "Tentu saja iya, memangnya kenapa? Kau takut? Bukankah kau sendiri tadi sudah bilang kalau kau setuju untuk ikut?" tanya balik Lyodra menantang Bright. "Y-ya tidak, hanya saja aku gak tahu kalau kita akan berangkat secepat ini. Aku pikir berangkatnya besok," ujar Bright. "Ya sudah kalau kau tidak mau ikut, biar aku dan Steve saja yang pergi. Ya 'kan, Steve?" Steven mengangguk. "Eh tidak! Enak saja kalian meninggalkanku sendirian di sini, aku tidak mau. Aku mau ikut." Bright ikut berdiri ketika Lyodra dan Steven berdiri. Setelah berpamitan pada peri lainnya dan hewan-hewan yang ada di sini, mereka langsung menuju tempat misi pertama. Tadi beberapa peri sudah menyiapkan bekal untuk mereka di jalan, betapa baiknya para peri itu. Tak salah mereka memilih membantu para peri itu, semoga saja misi yang akan mereka jalani bisa berjalan dengan lancar dan tidak ada bahaya yang menerjang. "Aku hanya bisa mengantarkan kalian sampai sini," ujar Peri Eayli. "Mengapa begitu? Mengapa kau tidak ikut kami saja? Katamu kau akan mengawasi dan melindungi kami kalau-kalau ada bahaya yang menerjang," protes Bright. "Ya, aku akan datang ketika kalian memanggilku. Jika bahaya itu tidak bisa kalian atasi, maka kalian bisa memanggilku. Tetapi dalam memanggilku hanya bisa tiga kali saja, setelah tiga kali aku menolong kalian dan kalian ingin memanggilku lagi maka aku tidak akan bisa datang," ujarnya membuat Bright membelalak. "Mengapa tadi kau tidak bilang!? Steve, dia berbohong. Dengar apa yang dia katakan! Dia hanya bisa kita panggil sebanyak tiga kali!" "Bright, tenanglah. Kita sudah susah payah sampai di sini, tidak mungkin jika kita kembali." Steven mencoba menenangkan Bright yang merasa kesal. "Tapi, Steve ...." "Tenanglah, biar aku yang bicara." "Jadi aturannya begitu, Peri? Baiklah kami mengerti. Kami akan memanggilmu dalam keadaan mendesak saja," ujar Steven. "Oh iya, ini adalah peta untuk kalian dan beberapa alat yang mungkin bisa berguna di sana nantinya." Peri Eayli mengeluarkan sihirnya, dari cahaya berubah menjadi sebuah peta dan beberapa alat yang ia katakan tadi. "Itu bisa kalian gunakan untuk melawan musuh, simpan itu baik-baik." Ketiganya mengangguk, mereka berbagi untuk menyimpan benda yang Peri Eayli berikan di tas masing-masing. "Baik, terima kasih banyak, Peri. Kalau begitu kami langsung pergi saja, sekali lagi terima kasih." Peri Eayli mengangguk, ia membiarkan ketiga manusia itu berjalan pergi meninggalkannya. "Aku berharap kalian bisa menyelesaikan misi itu dengan baik," gumam Peri Eayli kemudian dalam sekejap ia terbang kembali ke asalnya. Misi pertama yang harus mereka lakukan adalah pergi ke sebuah tempat, ke sebuah goa bernama goa raksasa. Memiliki peta memudahkan mereka untuk pergi ke sana, ternyata peta ini begitu berguna. Awalnya tadi mereka pikir, mereka lah yang mencari sendiri tempat itu tanpa peta. Ternyata Peri Eayli memberikan mereka peta, mereka bersyukur akan hal itu. "Bright, kau baik-baik saja?" tanya Steven ketika Bright berhenti tiba-tiba. "Y-ya, aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit lelah, bisakah kita berisitirahat sebentar?" pinta Bright yang wajahnya memang sudah kelihatan lelah. Mereka memang sudah berjalan cukup jauh, wajar saja jika Bright merasa lelah. Sebenarnya pun Steven dan Lyodra merasa lelah, akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar di bawah sebuah pohon yang batang pohonnya berwarna ungu. Bright memejamkan matanya sejenak, berusaha mengusir rasa lelah. "Apakah perjalanan kita masih jauh?" tanya Bright kembali membuka mata. "Di dalam peta, sepertinya kita harus melewati sungai dan juga hutan berwarna kuning. Masih lumayan jauh," jawab Steven. "Yahh, berarti itu masih sangat jauh. Padahal kita sudah berjalan sangat lama," ujar Bright. "Tidak akan merasa jauh kalau kita berjalan bersama-sama, bukan?" "Huh, sama saja. Mau berjalan sendiri atau bersama-sama kalau tempatnya jauh ya jauh saja." Lyodra dan Steven terkekeh mendengar perkataan Bright yang mirip sekali dengan gerutuan anak kecil. "Kau ini seperti anak kecil saja, apa-apa protes. Kau tadi sudah setuju untuk ikut, atau kau mau berubah pikiran? Kami bisa saja meninggalkanmu di sini." Bright langsung berdiri. "Enak saja kalian ingin meninggalkanku, aku tidak mau ditinggal sendirian di sini. Seram, apalagi di sini banyak sekali benda-benda aneh berwarna kuning," ujar Bright bergidik ngeri. Tempat ini memang didominasi oleh benda-benda berwarna kuning, sama seperti hutan tandus yang tak ada kehidupan. Sepertinya di sini pun tak ada kehidupan di dalamnya, tidak ada hewan apapun yang mereka temui sepanjang jalan, begitu sepi. Namun, tetap saja mereka harus waspada karena yang biasanya tenang justru lebih berbahaya daripada yang berisik. Ya, bahaya tentu saja ada, sama seperti yang Peri Eayli katakan tadi. Tidak mungkin sekali jika di misi ini tidak ada bahaya sama sekali, misi pertama apakah akan mereka tempuh dengan lancar? Ataukah akan ada bahaya yang mengancam? Tinggal menunggu waktu untuk mengetahui hal itu, di mana petualangan mereka yang menjadi awal berbahaya bagi diri mereka sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN