7. The Origins

1742 Kata
Setelah selesai mengisi perut yang kosong, Steven, Bright, dan Lyodra digiring menuju sebuah ruangan yang beralaskan daun dan dihiasi bunga-bunga yang begitu indah. Mereka duduk bersila, tanpa diminta Peri Eayli kembali berdiri di atas kepala Bright. Bright kali ini tidak protes karena Peri itu sudah berbaik hati memberinya makanan, nanti kalau ia protes bisa-bisa Peri Eayli tak lagi mau memberinya makan. Kan kasian perutnya, terutama cacing-cacing di perut yang akan berontak jika ia menahan lapar. Sepertinya semua orang akan Bright anggap baik jika dia memberikan makanan, benar-benar aneh sekali. Namun, itulah adanya Bright, Bright yang polos dan mudah percaya pada suatu hal-hal aneh. Entah pesona seperti apa yang Bright punya sehingga Peri Eayli mau dekat-dekat dengannya, yang utama kini perutnya sudah kenyang. Walaupun sekeliling mereka nampak sedikit aneh, tetapi hal itu sama sekali tidak mengganggu. Apalagi perlakuan semua peri dan hewan di sini begitu ramah dan tidak ada hal-hal yang mencurigakan, mungkin mereka bisa memercayai peri-peri di sini. Kelihatannya mereka juga baik, tidak mengibarkan bendera permusuhan pada mereka. Semoga saja memang benar itu adanya karena kini Steven, Bright dan Lyodra sudah mulai memercayai mereka. Meskipun masih terselip rasa penasaran akan apa yang diceritakan Peri Eayli nantinya, sepertinya mereka akan menemukan jawabannya. "Aku akan menceritakan asal usul tempat ini serta bagaimana bisa hutan yang seharusnya begitu hijau bisa menjadi tandus seperti yang kalian lihat itu." Peri Eayli mulai berbicara. "Dulu, kami tinggal di sebuah planet bernama Planet Agrara, tetapi kami mau tak mau terpaksa harus pindah karena planet itu telah direbut oleh makhluk lainnya. Lalu, kami pindah ke bumi. Kami tak sengaja bertemu dengan Reind, pria yang kami pikir baik. Tapi ternyata dia hanya memanfaatkan kami saja, dia memanfaatkan kami demi kepentingan pribadinya sendiri. Kami tidak dapat berbuat apa-apa selain menuruti apa yang dia minta, hutan ini adalah hutan buatan kami. Di mana ada banyak harapan kalau hutan ini bisa menjadi sumber energi dan kehidupan bagi kami. Namun, sayangnya, karena kami terlalu percaya pada Reind. Dia memanfaatkan apa yang ada hingga akhirnya hutan ini menjadi tandus, itu semua agar kampus yang ia miliki bisa menjadi sukses hingga sekarang. Sebut saja kesengsaraan yang kami alami adalah kesuksesan yang dia dapatkan, tidak ada jalan yang bisa kami lakukan untuk bisa keluar dari kesengsaraan ini." Peri Eayli menghentikan sejenak ceritanya, ia menatap ke arah pohon besar yang merupakan sumber energi serta kehidupan bagi makhluk di sini. "Kalian lihat pohon besar yang bercahaya itu?" Ketiganya langsung melihat ke arah pohon yang Peri Eayli katakan. "Itu adalah pohon serbaguna, meskipun hutan di luar sana begitu tandus. Kami bisa hidup dari pohon besar ini, selama satu bulan sekali dia akan mengeluarkan banyak sekali air dan juga berbuah. Maka di saat hari itu, kami akan mengambil sebanyak-banyaknya dan menimbunnya untuk nanti ketika pohon itu akan kembali mati." Ketiganya mendengarkan dengan seksama cerita dari Peri Eayli, tak ada yang bertanya karena mereka menunggu Peri Eayli menyelesaikan ceritanya dulu. "Sudah lama sekali kami hidup seperti ini, kebetulan sekali kalian datang di saat pohon itu berbuah jadi kami bisa menjamu kalian dengan sangat baik. Apakah kalian mengenal Reind?" tanya Peri Eayli. "Tentu saja kami mengenalnya, dia adalah rektor di kampus kami." Bright yang menjawab. Kini mata Peri Eayli memandang awas ke arah ketiganya. "Kenapa? Apa ada yang salah dengan perkataanku?" tanya Bright merasa heran ketika semua mata sepertinya tertuju padanya. "Aku berkata benar 'kan?" "Iya, Mister Reind memang rektor di kampus kami, tetapi kami tidak terlalu suka dengannya. Kami bahkan yang mengambil kunci dari ruang rahasia agar bisa masuk ke sini, tidakkah kamu melihat kejujuran di mata kami, Peri Eayli?" Peri Eayli terdiam, apa yang Steven katakan itu benar. Ia melihat kejujuran di mata ketiga manusia ini. "Melihat kalian yang seperti ini benar-benar di luar dugaan kami, kami tidak menyangka kalau kalian akan kelaparan jika saja semua ini tidak segera dihentikan. Kami juga tidak pernah menyangka kalau Mister Reind ternyata bisa berlaku seperti ini, kali ini aku sama sekali tidak menyesal mengambil kunci itu dari Mister Reind dan pergi ke sini," ujar Steven mantap. "Steve, apa yang kau katakan? Tidakkah kau tadi berkata kalau kau menyesal kemari? Mengapa sekarang perkataanmu berbeda lagi? Bukankah kita ingin pergi dari sini, Steve? Aku khawatir karena perasaanku tidak enak sekali," ujar Bright panik. "Kalian yang sudah ke sini tidak akan bisa kembali sebelum menyelesaikan permainan ini, di sini ada dua pilihan yaitu kalian bisa kembali dengan selamat atau terjebak selamanya di sini dengan tubuh yang sudah tak bernyawa." Mendengarnya perkataan peri Eayli, Bright ketakutan. "K-kau dengar apa yang peri itu katakan, Steve, Ly? K-kita tidak bisa keluar dari sini. Aku sangat takut sekali, aku tidak mau mati di sini." Bright semakin panik. "Hei, Bright, tenanglah. Kau tidak perlu panik berlebihan seperti itu, kita tanyakan pada Peri Eayli apa maksudnya tadi." Tatapan Lyodra kini mengarah pada Peri Eayli. "Peri, apa maksud dari perkataanmu tadi? Kami benar-benar belum paham," ujar Lyodra. "Sebenarnya ini bukan pertama kalinya manusia datang ke tempat ini, melainkan sudah beberapa kali karena tak hanya kalian yang penasaran dengan dunia ajaib ini. Dan semuanya rata-rata tidak bisa memenangkan permainan ini yaitu menolong kami dari kesengsaraan, semua yang datang ke sini sebelumnya banyak yang berakhir dengan nyawa yang hilang," ucap Peri Eayli membuat mereka bertiga saling pandang. "Bagaimana ini? Tidakkah kalian merasa takut dengan apa yang peri itu katakan?" tanya Bright yang merasa paling ketakutan di antara yang lainnya. "Peri, apa tidak ada jalan keluar agar kami bisa pergi dari sini?" tanya Steven. "Tidak ada, jalan keluar satu-satunya ya itu kalian harus memenangkan permainan ini. Selamat atau tewas, dua pilihan itu. Sebenarnya aku tidak meminta kalian untuk menolong kami, tetapi kalian sendiri lah yang datang ke sini. Aku hanya bisa berharap semoga saja kalian bisa memenangkan permainan ini agar kami dan kalian bisa selamat," ucap Peri Eayli. "Mengapa tidak kau saja yang memainkan permainan itu? Mengapa harus kami yang melakukannya? Kau 'kan sakti, tentu akan sangat mudah bagimu nantinya memenangkan permainan ini," ujar Bright. "Permainan itu dimainkan hanya untuk manusia yang datang ke dunia ini, kami bukan sebagai pemain melainkan sebagai seseorang yang harus kalian tolong," jelas Peri Eayli. "Bagaimana aturan permainannya? Dan apakah jika kami berhasil memenangkan permainan itu, kami dapat keluar?" tanya Bright was-was. "Kalian harus menemukan lima kunci, di mana letak setiap satu kunci itu di berbagai tempat. Kunci itulah yang akan menjadi pintu pulang untuk kalian, di tempat terakhir kalian harus menyambungkan ke lima kunci itu. Kunci yang disambungkan akan membuat tempat ini yang semula tandus menjadi subur kembali, itulah misi kalian." Peri Eayli menjelaskan dengan singkat, karena sepertinya jika ia menjelaskan dengan panjang lebar akan memakan waktu yang banyak. "Itu mudah sekali, di mana kami mendapatkan kunci itu? Sepertinya sangat mudah sekali kalau hanya mencari kunci." Bright berkata meremehkan. "Tak semudah yang dibayangkan, kalian akan melewati berbagai macam bahaya yang ada di sini. Lagi dan lagi hanya ada dua pilihan yaitu, musuh yang mati atau kalian yang mati." Bright langsung menciut, tadinya ia yang begitu semangat kini meleleh seketika. "Tidak adakah pilihan lain selain bunuh dan dibunuh? Mengapa menyeramkan sekali, aku tidak mau menjadi pembunuh." Bright bergidik ngeri. "Terserah, memang hanya itu pilihannya. Jika kalian ingin tetap tinggal di sini dan tidak mau menyelesaikan misi itu aku tak memaksa, tetapi aku akan sangat berterima kasih jika kalian mau mengikutinya. Itu semua sangat berharga bagi kami para peri dan hewan-hewan yang membutuhkan makanan, minuman dan tempat nyaman." Steven terdiam, ia memikirkan sesuatu. Antara menyetujui misi yang Peri Eayli katakan atau tidak, ia sungguh menyesali dirinya yang mengajak teman-temannya ikut bersamanya ke sini. "Baiklah, kami akan menyetujui misi itu." Akhirnya Steven buka suara. "Steve, apa kau gila!? Kita bisa mati nantinya!" pekik Bright histeris. "Terus aku harus apa? Diam saja dan membiarkan kalian selamanya terjebak di sini sampai mati?" Bright bungkam, benar apa yang Steven katakan. Jika mereka hanya diam, maka mereka tidak akan pernah bisa keluar dari sini. "T-tapi 'kan tidak harus mengikuti misi ini, tidakkah tadi kalian dengar apa yang peri katakan? Akan ada banyak bahaya yang menunggu kita. B-bagaimana kalau ada salah satu di antara kita yang tewas? Aku tidak mau kehilangan kalian dan nyawaku!" Bright bersikeras. "Bright, ayolah. Jangan keras kepala, bukankah kau sendiri yang bilang kalau kau ingin segera keluar dari tempat ini?" tanya Lyodra merasa agak kesal dengan Bright yang terlalu penakut. "T-tapi masih ada cara lain 'kan? Peri, katakan ada cara lain 'kan selain kami menjalankan misi ini?" Bright mendesak Peri Eayli agar peri itu mau menjawabnya. "Tidak ada, hanya ini jalan satu-satunya. Aku hanya bisa memberi semangat pada kalian, tentukan pilihan kalian. Aku akan menunggu sampai besok, kalian istirahat lah. Jika kalian setuju, maka aku akan mengantarkan kalian ke tempat misi pertama. Kalau begitu aku pergi dulu," ucap Peri Eayli kemudian terbang dari kepala Bright menuju ke arah peri yang lainnya. "Ayolah, Bright. Kau jangan keras kepala, kita harus menyetujui misi ini agar keinginanmu yang ingin segera keluar dari sini bisa tercapai." Lyodra kembali membujuk. "Aku tetep tidak mau, di sana pasti sangat berbahaya. Aku takut kita kenapa-kenapa, tidakkah kalian takut tentang hal itu?" "Kami juga tentu merasa takut seperti apa yang kau takutkan, tetapi tidakkah kau juga berpikir kalau misi ini selain bisa menyelamatkan dunia ajaib ini juga bisa memulangkan kita?" Bright terdiam, ia berbalik memunggungi Lyodra dan Steven. "Tidak mau!" Lyodra menghela napas, ia balik menatap Steven, "Steve, bagaimana ini? Bright tak juga mau dibujuk," ujarnya pada Steven. "Biarkan saja dulu dia, kalau dia tidak mau ikut biar kita saja yang berangkat." Mendengar perkataan Steven, Bright langsung berbalik sambil menatap kesal ke arah Steven. "Kau tidak mau mengajakku? Tega sekali kalian mau meninggalkanku sendirian di sini," ucap Bright merasa begitu kesal. "Kau sendiri tadi yang bilang kalau tidak mau ikut, apakah aku salah?" Benar apa yang Steven katakan, tetapi ia 'kan memiliki alasan mengapa tak setuju. Ini keselamatan mereka sedang dipertaruhkan loh, lagipula maksud dia semuanya yang tidak ikut. Bukan hanya dirinya, kalau begini caranya mau tak mau dia harus ikut daripada ditinggal sendirian di sini. "M-maksudnya tidak begitu, aku tidak pergi ya kalian juga tidak pergi. Aku tidak mau ditinggal sendirian di sini!" "Kami tentu akan tetap berangkat, kalau kau ya terserah kau mau ikut atau tidak. Itu hakmu, kami tidak bisa memaksamu," ujar Lyodra. "K-kalau begitu aku ikut! Enak saja kalian meninggalkan aku sendirian di sini," ucap Bright langsung. "Nah ini baru Bright! Kau jangan takut Bright, ada kami di sini." Lyodra menepuk pundak Bright. Steven dan Lyodra melempar senyum, rencana mereka untuk membuat Bright setuju ternyata berhasil. *** Yang belum follow akun author dan tap love cerita ini kuy disegerakan ....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN