Rencana gila sang sahabat

1897 Kata
"Kamu!" Panggil seseorang kepada Amelia yang berada tepat dibelakang punggungnya dan seketika, Amelia yang sedang terkejut pun langsung menoleh ke arah asal suara itu. "Eh! Maaf … Saya … Saya ke sini ingin …." Belum selesai Amelia bicara, orang yang ternyata seorang wanita itu pun tersenyum dan menatap Amelia dari ujung kepala hingga ujung kaki dan setelah itu, wanita itu menatap wajah Amelia sambil tersenyum dan tatapannya terlihat sangat puas. Membuat Amelia merasa aneh dan dia merinding sendiri, saat melihat tatapan itu kepadanya. "Emmmm … Kenapa dia menatap aku dengan tatapan semacam itu? Apakah ada yang aneh denganku?" Gumam Amelia yang merasa aneh dengan wanita yang ada didepannya itu, lalu, kemudian. Amelia pun menatap dirinya sendiri dengan tatapan bingung dan dia pun langsung bertanya kepada wanita itu. "Maaf! Kenapa anda menatap saya dengan tatapan seperti itu? Apakah mungkin … Ada yang salah dengan saya?" Tanya Amelia. Wanita itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang salah! Kamu terlihat jauh lebih cantik dari foto itu dan … Ya! Kamu memang cocok untuk bekerja di tempat ini," jawabnya yang menatap puas Amelia dan ternyata dialah wanita yang tadi sore bicara di telepon dengan Amelia. Mendengar itu, Amelia langsung terkejut dan dia baru tahu jika wanita di depannya itu, adalah orang yang sebelumnya bicara dengannya. "Jadi … Apakah ibu … Ibu yang tadi bicara di telepon dengan saya?" Tanya Amelia sambil menutup mulutnya yang sempat terbuka dengan telapak tangannya. "Ya! Saya yang tadi sore berbicara di telepon dengan kamu dan … Saya lihat … Kamu itu terlihat jauh lebih cantik dari foto yang kamu kirim ke saya tadi," ucapnya yang kemudian berjalan mendekati Amelia dan dia berputar mengelilingi Amelia dengan tatapan sangat puas. "Cantik! Kamu sangat cantik, walaupun hanya memakai pakaian sederhana dan dengan riasan tipis saja sudah secantik ini, apalagi kalau kamu ditambah sedikit riasan dan memakai pakaian yang lebih bagus, kamu pasti akan … Menjadi salah satu primadona di club' ini!" Ucapnya dengan tatapan puas dan itu membuat Amelia semakin merinding. "Emmm … Apa maksudnya Bu? Pri … Primadona apa? Bukankah aku hanya bekerja sebagai pelayan di tempat ini? Bukan bekerja untuk …." Amelia langsung ketakutan ketika dia tiba-tiba berpikir jika dia akan dijual untuk menjadi wanita penghibur para p****************g di dalam club' itu. Mendengar ucapan Amelia, secepatnya wanita itu menggelengkan kepalanya dan segera menepuk pelan bahu Amelia. "Kamu jangan salah faham! Saya tidak mungkin menjual kamu tanpa persetujuan dari kamu! Bisa-bisa bos saya marah karena sudah merusak reputasi club' ini dengan hal yang memalukan itu. Jadi … Kamu tenang saja! Kamu tidak akan melakukan hal itu tanpa izin dari kamu. Kecuali kalau kamu yang meminta dan menginginkannya. Maka saya akan membantu kamu," jawabnya dengan tegas dan itu membuat Amelia menghela napas lega. "Syukurlah! Terima kasih Bu, anda sangat baik sekali! Saya berjanji akan bekerja dengan baik dan berusaha untuk tidak mengecewakan anda," janji Amelia. Membuat wanita itu semakin menyukainya. "Bagus! Saya suka orang yang rajin dan penuh semangat seperti kamu! Kalau begitu, ayo kita masuk!" Ajak wanita itu dan dia membawa Amelia masuk ke dalam bersamanya. Lalu setelah berada di dalam. Amelia disuruh berganti pakaian dengan pakaian pelayan yang cukup seksi tapi tidak terlalu terbuka seperti wanita lainnya. Karena di sana hanya Amelia yang hanya memiliki niat tulus untuk bekerja sebagai pelayan dan tidak ada niat, untuk merayu pelanggan agar mendapatkan uang lebih banyak dari gaji sebagai pelayan di tempat itu. Sehingga, setelah Amelia berganti pakaian. Semua memandang remeh dirinya, yang terlihat paling polos dan juga dengan riasan tipisnya, membuat semua orang menahan tawa melihat dirinya. "Ckckckck! Apakah dia begitu polos, sampai dia hanya berdandan seperti itu?" Ucap salah satu wanita berbisik dengan rekannya. "Sepertinya dia bukan hanya polos tapi juga sangat bodoh! Lihat saja, dia tidak memanfaatkan wajahnya untuk mendapatkan uang lebih banyak di tempat ini dan dengan penampilan semacam itu, dia pasti tidak akan mendapatkan uang banyak dari pria kaya yang ada malam ini!" Jawab rekannya yang terus tertawa bersama menertawakan Amelia yang menurut mereka sangat bodoh dan malam ini, dipastikan Amelia hanya akan menjadi pelayan yang tidak akan mendapatkan apapun seperti yang mereka pikirkan. Sedangkan Amelia, saat mendengar ucapan mereka yang terus meremehkan dirinya. Amelia hanya menghela napas panjang dan berusaha tidak mempedulikannya. Karena dia memang hanya ingin bekerja sebagai pelayan dan tidak ada niat untuk menjadi wanita yang sama seperti yang ada di tempat itu. Sehingga, dengan acuh dan pura-pura tuli. Amelia tidak mendengar ataupun menanggapi ucapan dari mereka semua. Hingga. Waktu pun telah tiba. Semuanya yang sudah berkumpul pun mendapatkan pelatihan dan mendengar semua penjelasan cara kerja mereka di dalam bar itu. Amelia terus mendengarkan semua ucapan dari seniornya yang sedang memberi arahan sedangkan teman-teman yang lainnya, sibuk merapihkan riasan serta penampilan mereka agar terlihat menarik ketika bertemu dengan para tamu yang akan mereka layani. Sehingga, saat itu pula. Sang senior yang sedang memberi penjelasan langsung tertarik dengan Amelia yang begitu rajin, patuh diantara semuanya. "Kamu! Apakah kamu sudah mengerti?" Tanyanya kepada Amelia. Amelia mengangguk dan segera menjawabnya. "Mengerti! Saya sudah mengerti semuanya!" Jawab Amelia. "Bagus! Kalau begitu, kalau kalian sudah mengerti. Maka bersiaplah dan tunggu di depan sana, untuk mendapatkan perintah selanjutnya dari bagian bartender," perintah nya dan semuanya pun mengikuti instruksi dari senior itu termasuk Amelia. …. Sementara itu. Di tempat lain. Di dalam sebuah mobil. Seorang pria tampan sedang menyandarkan kepalanya di punggung kursi sambil memijat dahinya yang sedikit sakit. "Hah! Wanita sialan itu! Bisa-bisanya menghina ku dengan kata-kata busuk itu! Dia tidak tahu, jika aku ini pria yang sangat normal dan bukan pria impoten seperti yang dia katakan itu! Dasar b******k! Jika dia ada di depanku, sudah ku robek mulut besarnya itu!" Umpatnya dengan perasaan sangat kesal. Sedangkan sopir yang sedang menyetir, hanya bisa menghela napas pendek dan dia merasa jika bos nya sudah terlihat aneh, karena baru kali ini dia melihat bosnya bisa segelisah itu. Membuat si sopir pun tidak bisa menahan mulutnya untuk bicara. "Ahem! Bos! Anda baik-baik saja kan? Apakah ada yang perlu saya bantu?" Tanyanya dengan suara gemetar. Karena takut terkena api amarah dari bos nya yang sedang dilema itu. Mendengar itu, pria itu langsung melotot ke arahnya dan menjawabnya. "Tidak perlu! Saya tidak membutuhkan apapun saat ini, hanya saja …." Dia menghentikan ucapannya dan segera memalingkan wajahnya ke jendela. "Sudahlah! Tidak ada apa-apa! Kamu menyetir saja dengan benar!" Ucapnya yang setelah itu hanya menatap ke arah luar jendela sambil melihat semua lampu yang menghiasi jalan yang dia lalui. Namun, tiba-tiba saja. Terdengar suara ponsel yang membuat dirinya langsung terkejut. Membuat suasana hati yang awalnya sedikit lebih baik berubah buruk kembali. "Sial! Siapa yang menelepon aku selarut ini!" Gerutunya sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. Saat dirinya melihat layar ponselnya dengan ID yang sangat dia kenali, membuat dirinya hanya bisa menghela napas pendek. "Ada apa lagi si b******k ini menelepon aku selarut ini? Apakah dia tidak tahu, aku benci dengan dunia malam!" Gerutunya yang enggan menjawabnya. Namun, ponselnya terus berbunyi dan itu membuatnya semakin kesal. "Sial! Dia benar-benar tidak mau menyerah sama sekali! Apakah dia sebegitu puasnya ingin menertawakan aku yang sudah menjadi duda ini?!" Gerutunya yang pada akhirnya dia pun menerima panggilan itu. "Baiklah! Aku menyerah! Aku akan menjawab panggilan telepon dari si b******k itu!" Ucapnya yang setelah itu, menekan tombol 'ok' lalu menjawabnya. "Halo!" Jawabnya dengan nada lesu. Di seberang telepon itu, seorang pria tampan dengan dandanan cukup heboh sedang duduk manis di dalam sebuah ruangan pribadi paling mewah di dalam sebuah club' malam termewah di ibu kota dan saat ini, dia sedang menikmati indahnya surga cinta bersama beberapa wanita cantik yang menemaninya. "Halo, Wiliam! sahabatku yang tampan! Bagaimana kabar kamu? Apakah kamu baik-baik saja setelah ditinggal istriku yang berselingkuh itu?" Ucapnya sambil tertawa mengejek. Membuat pria yang bernama William pun langsung berteriak marah kepadanya. "Diam kamu, Adnan sialan! Berhenti mengejek aku!" Teriak William dengan kesalnya. Tapi Adnan malah tertawa dan dia memang paling suka membuat sahabatnya kesal. "Hahahahaha … Aku suka melihat kamu marah Will! Sering-seringlah marah, supaya kamu tidak cepat tua karena terlalu sibuk mengurus pekerjaan dan dunia kamu yang membosankan itu!" Ucap Adnan yang terus mengejek William. "Sial! Aku bukan orang yang santai dan hanya tahu bersenang-senang menghabiskan semua waktu yang tidak berguna seperti kamu! Jadi jangan samakan aku dengan kamu yang … Tukang buang-buang cairan haram di setiap wanita! Ckckck …." Jawab Wiliam yang mengejek balik sahabatnya itu. Mendengar itu, Adnan langsung menghentikan tawanya dan dia segera mengumpat kepada William. "Sial! Bisa-bisanya kamu mengatakan hal semacam itu padaku! Tapi … Setidaknya aku ini pria yang sangat normal dan semua wanita yang sudah merasakannya bisa membuktikan jika aku ini pria sejati. Ckckckck … Tapi … Bagaimana dengan kamu? Kamu yang tidak pernah menyentuh satu wanita pun, bahkan isteri kamu sendiri saja tidak kamu sentuh sama sekali, apakah kamu bisa membuktikan jika kamu adalah pria yang normal? Atau mungkin kamu … Menyukai pria kekar seperti …." Belum Adnan selesai bicara, Wiliam segera menyelanya. "Sial! Jangan bicara sembarangan kamu! Aku ini pria yang sangat normal dan aku masih menyukai wanita! Aku bisa membuktikan semua itu padamu!" Ucap Wiliam dengan nada penuh emosi dan dia langsung menantang Adnan saat itu juga. "Kamu di mana? Aku akan menemui kamu sekarang juga! Akan ku buktikan jika aku ini pria yang masih normal!" Teriak Wiliam. Mendengar itu, Adnan langsung tersenyum puas karena dia sengaja mengatakan itu semua, demi memancing emosi sahabatnya dan dia memang sudah menyiapkan banyak wanita yang baru-baru di dalam club' malam itu, berharap dari salah satu wanita itu, bisa menarik William dan membuatnya bisa mencicipi wanita cantik. Karena ternyata club' malam yang ditempati Adnan saat ini adalah usahanya dan itu memang miliknya secara pribadi. Sehingga, semua pengaturan sudah dia siapkan untuk sahabatnya yang menurutnya harus dia selamatkan dari penyakit impoten nya itu. Walaupun, sebenarnya Wiliam itu bukanlah impoten tapi lebih tidak tepatnya, dia tidak tertarik dengan makhluk bernama wanita, karena bagi William wanita hanya bisa membuat sulit hidupnya sama seperti mantan istrinya. Sehingga, Adnan yang merasa jika rencananya akan berhasil pun segera menjawab ucapan Wiliam. "Baik! Kamu datang saja ke club' milikku! Ahhh … Lebih tepatnya aku berada di dalam club' malam yang tentunya, itu milikku dan aku berada di dalam ruangan biasa tempat kita sering bertemu! Cepatlah kemari, aku memiliki banyak wanita cantik dan semuanya anak baru! Kamu pasti akan menyukainya Will!" Ucap Adnan yang kemudian langsung mengakhiri panggilan telepon nya itu. Membuat Wiliam langsung melotot sambil menatap layar ponselnya yang sudah berubah warna menjadi hitam. "Sial! Dia benar-benar ingin aku … Menemuinya!" Gerutu William dengan menahan rasa kesalnya. "Apakah aku harus menemui dia? Ataukah aku … Pulang saja ke rumah?" Ucap Wiliam yang mulai merasa dilema. "Jika aku pulang, dia pasti akan terus mengejekku tapi jika aku menemuinya. Aku tidak tahan dengan para wanita itu! Bukan hanya baunya tapi … Ahhh! Aku jijik melihat senyuman serta kata-kata manis mereka saat merayu itu!" Ucap Wiliam yang langsung bergidik sendiri. "Hih! Menggelikan sekali! Tapi … Demi harga diriku agar si b******k itu tidak terus mengejekku. Aku harus menemuinya sekarang juga!" Ucap Wiliam yang terus merasa bimbang dan dia tidak tahu harus bagaimana saat ini. Hingga. Tanpa William sadari, sang sopir yang ternyata sudah bekerja sama dengan Adnan, malah membawa mobil itu menuju tempat Adnan berada dan tanpa William sadari, saat ini di sudah masuk ke dalam jebakan sahabatnya itu. Hingga, tidak lama kemudian. Mobil itu pun berhenti dan William pun terkejut saat dirinya melihat ke arah luar jendela dan itu bukanlah rumahnya melainkan club' malam yang dimiliki oleh sahabatnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN