11. Misi Juan mendapatkan maaf dari Rocelin.

4243 Kata
Juan menyesap wine berkadar alkohol tinggi, dia memikirkan dengan siapa Rocelin mengandung waktu itu. Apa dia ayahnya? Atau bukan? Juan penasaran siapa ayah dari bocah yang waktu itu la temui bahkan sempat ia gendong. Dia ingin bertanya kepada Rocelin sendiri namun ia masih ragu untuk menemui mantan istrinya tersebut. Sebenarnya dia sudah tidak menganggap Rocelin sebagai istrinya, lagi pula Rocelin juga sudah mempunyai pria lain. Dia akan terlihat bodoh dan menggelikan jika masih menganggap Rocelin sebagai istrinya. "Kenapa rasanya sakit?" Juan meremas kemeja di bagian dadanya. Memikirkan kehidupan nya yang terasa sangat hampa dan kesepian beberapa tahun belakangan ini, dia berjalan sempoyongan naik ke lantai atas menuju kamar yang dulu dipakai oleh Rocelin. Juan menatap sendu kamar Rocelin yang terlihat rapi dan bersih. Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang lalu memeluk erat bantal Rocelin. "Jika saja kau tidak pergi waktu itu." ucapan Juan terputus karena ia sudah memejamkan matanya. Namun beberapa saat kemudian Juan kembali membuka matanya. la menuju lemari pakaian Rocelin, ia mengambil sesuatu di bawah tumpukan pakaian Rocelin. "Semuanya terlambat." Juan memandang sendu sepasang cincin berlian yang terlihat indah. Juan menghela napasnya panjang. ia kembali menyimpan cincin tersebut lalu ia memutuskan untuk keluar rumah menyegarkan pikiran nya yang dipenuhi oleh Rocelin. la menjalankan mobilnya dalam keadaan mabuk menuju luar kota lebih tepatnya menuju rumah makan milik Rocelin. Dengan gilanya ia herdiam diri didalam mobil sembari menatap rumah makan tersebut yang sudah tutup. "Seharusnya kau tidak pergi Rocelin. Sekarang semuanya sudah terlambat," Juan menumpukan dahinya di setir mobilnya. Hatinya berdenyut sakit mengingat bagaimana kehidupan nya sejak perginya Rocelin dari hidupnya. Ditambah lagi ia harus kehilangan Adira beberapa bulan kemudian setelah itu. Juan hancur, sepenuhnya hancur. Sudah lama rasanya Juan berusaha menyembunyikan perasaan nya kepada Rocelin, bahkan ia berusaha menyangkalnya rihuan kali hanya karena rasa bencinya kepada Somi. Ia berusaha menipu dirinya sendiri. Jua malu mengakui itu semua, dia berharap bisa menghilangkan rasa sesak di dadanya ketika ia mengingat Rocelin. "Aku tidak mencintaimu." Gumam Juan sebelum ia kehilangan kesadarannya. . "Hati-hati di jalan. Kabari aku jika sudah sampai." Rocelin mencium kedua pipi Mark lalu melambaikan tangan nya. Kekasih tampan nya itu hendak ke kampung halaman nya karena kedua orang tuanya sedang sakit. Rocelin tidak bisa ikut karena Raska pun sedang tidak enak badan karena mulai tumbuh gigi dan dia juga harus memantau bisnisnya. Dia kembali ke rumah mengambil Raska yang sedang tertidur lalu membawanya ke kedai miliknya. Raska sangat rewel dan tidak mau ditinggal olehnya barang sedetik pun. Mobil Rocelin sampai di depan kedainya, ia mengernyit saat melihat mobil mewah di depan kedainya hingga menghalangi para pengunjung. Ia pun menghampiri pegawainya yang terlihat mengetuk kaca mobil orang tersebut. "Siapa?" Tanya Rocelin sembari menepuk p****t Raska agar berhenti menangis. Pegawainya menggelengkan kepalanya tidak tahu, Rocelin menyuruhnya untuk masuk kedalam biar dia yang mengurus orang tersebut. Rocelin mengetuknya dengan keras beberapa kali, ia tidak bisa melihat apa ada orang didalam karena kaca mobilnya tak tembus pandang. Pemilik mobil tersebut tak kunjung membuka pintunya. Ia pun mencoba untuk membukanya dan ternyata tidak terkunci. "Maaf " Rocelin kembali mengatupkan hibirnya saat melihat pemilik mobil tersebut adalah Juan. la membuka lebar mobil juan lalu menendang pelan tubuh Juan agar pria itu bangun dari tidurnya. Rocelin mengerang kesal karena Juan tak kunjung bangun, baru saja la hendak memukul kepala Juan namun ia urungkan saat mendengar isakan lirih dari mulut Juan. "Jangan tinggalkan aku-hiks jangan pergi." Juan terlihat menangis dalam tidurnya. Rocelin melihat air mata Juan berjatuhan dengan deras, la memundurkan langkahnya saat merasakan debaran di dalam hatinya. la menggelengkan kepalanya pelan dan memilih pergi dari sana. "Hiks .. jangan tinggalkan aku Rocelin." Langkah kaki Rocelin terhenti, ia mengerjap beberapa kali lalu membalik tubuhnya. Juan tetap pada posisi sebelumnya bahkan pria itu sekarang terlihat sesenggukan didalam tidurnya. "JANGAN PERGI!!" Juan duduk dengan tegak dengan napas terengah. Rocelin terkejut dibuatnya, ia melihat Juan mengusap wajahnya frustasi tanpa menyadari kehadirannya. "Kenapa aku di sini?" Gumam Juan kebingungan mengedarkan kepalanya. la terkejut saat melihat Rocelin sedang menatapnya sembari menggendong Raska yang sedang merengek kecil. Mata mereka saling bertatapan beberapa detik sebelum Rocelin mengalihkan pandangan nya "Kau menghalangi kedaiku Menyingkirlah." Rocelin mengibaskan tangannya dengan santai lalu ia masuk kedalam. Juan menyusul Rocelin dengan cepat lalu menahan lengannya. "Lepas-" "Ada yang ingin kutanyakan." Juan menatap Rocelin dengan tatapan memohon. Rocelin terdiam, untuk pertama kalinya dia melihat pandangan Juan berbeda dari sebelumnya. Tatapan ini terasa menenangkan dan terkesan lembut. "Kurasa tidak perlu." Rocelin menarik tangan nya lalu berjalan masuk. Juan menghela napasnya panjang dia memutuskan duduk di salah satu kursi dan memesan makanan penghilang mabuk. la menunggu Rocelin agar keluar namun hingga jam makan siang prin itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Juan tetap tidak pergi, dia makan siang di sana bahkan menunggu hingga malam hari. la melihat jam di tangan nya yang sudah menunjukkan pukul 10 malam. "Maaf Tuan, 15 menit lagi kami akan rutup." Ujar pegawai di sana. Juan mengangguk pelan, dia memutuskan untuk keluar dari sana dan menunggu Rocelin di dalam mobil. la sengaja menjauhkan mobilnya dari kedai milik Rocelin agar wanita itu segera memunculkan batang hidungnya. Dan benar saja, Rocelin keluar dari sana dan masuk kedalam mobilnya yang dikemudikan oleh supir pribadi. Juan mengikuti mobil Rocelin dari jarak lumayan jauh agar tidak ketahuan. Mobil Rocelin berhenti di depan rumah minimalis yang terlihat sederhana namun hangat. Juan menghela napasnya panjang saat merasakan sesak di dadanya. Dia tidak mengerti dengan dirinya sendiri kenapa menjadi seperti ini? Dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Rocelin sudah masuk kedalam rumah dan ia hanya berdiam diri didalam mobil menatap rumah Rocelin yang lama kelamaan mulai padam. "Aku harus masuk." Jua keluar dari mobil lalu menekan bel rumah Rocelin beberapa kali. "Siapa?" "Paket." Jawab Juan ngawur. Dan tak lama pintu rumah Rocelin terbuka, dengan cepat Juan masuk kedalam tak memberikan waktu Rocelin untuk menahan nya masuk. "Apa yang kau lakukan?!" Rocelin berteriak marah. "Aku hanya ingin bertanya sesuatu. Setelah itu aku akan pergi." Ujar Juan dengan intonasi yang datar. Rocelin menatap benci Juan dia berdecih kesal lalu mengendikkan dagunya mempersilahkan Juan bertanya. "Bayi yang kau gendong tadi pagi anak siapa?" Tanya Juan to the point. Rocelin mendengus geli, dia maju selangkah lalu mendorong kepala Juan berkali-kali dengan wajah gelinya. Juan mengepalkan tangannya dengan kuat lalu menahan tangan Rocelin dengan remasan kuat. Ia menatap tajam Rocelin dengan rahang tegasnya yang mengeras. "Kau lucu Juan. Apa urusanmu bertanya seperti itu hm?! Kau berharap jika dia anakmu?! Jangan mimpi!" Rocelin menatap nyalang ke arah Juan. Jarak mereka lumayan dekat hingga poni rambut Juan menyentuh dahi Rocelin. "Sekarang kau sudah berani melawanku?" Juan menyeringai menatap remeh Rocelin. Rocelin mengeraskan rahangnya lalu memberikan bogeman keras di rahang Juan. "PERGI DARI RUMAHKU!" Rocelin berteriak murka. Juan menatap Rocelin sesaat, dia melembutkan tatapan nya menatap tepat di kedua mata Rocelin. Ia tersenyum kecil saat melihat pupil mata Rocelin bergetar kecil. "Dia anakku bukan?" Tanya Juan dengan suara lembutnya. Juan melangkah mendekat ke arah Rocelin dengan perlahan hingga ia berada di depan tubuh Rocelin. "Apa maumu? Tidak puaskah kau menghancurkan hidupku selama ini?" Lirih Rocelin sembari mendongakkan kepalanya menatap Juan. Hati Rocelin tetap sakit dan ngilu jika mengingat masa beratnya hidup bersama pria di depan nya ini. Ia mengalihkan kepalanya saat Juan hendak menyentuh wajahnya. "Jangan ganggu hidupku lagi kumohon." Rocelin mengepalkan kedua tangannya dengan kuat sembari menunduk. Juan hanya diam, dia melihat air mata Rocelin berjatuhan dengan cepat bahkan mengenai punggung tangannya. "Lagi-lagi seperti ini." Batin Juan saat merasakan sesak di dadanya. Dengan hati-hati dia menyentuh sisi wajah Rocelin lalu mengangkatnya agar menatapnya. "Pergilah dari kehidupanku kumohon. Aku ingin bahagia." Lirih Rocelin dengan air mata yang mengalir tanpa jeda. Juan mengernyitkan dahinya saat merasakan nyeri luar biasa di dalam dadanya. Dia menggelengkan kepalanya menyangkal apa yang dikatakan lubuk hatinya. "Aku tidak." "Kau ingin membunuhku? Hingga membuatmu puas akan dendam mu kepada ayahku." Ujar Rocelin dengan tatapan benci sekaligus kecewa ke arah Juan. Juan memejamkan matanya lalu ia menggelengkan kepalanya pelan. Rocelin terkejut saat melihat bibir Juan bergetar dan perlahan air mata keluar dari kelopak mata Juan yang terpejam. "Kenapa kau pergi waktu itu? Aku ingin memperbaiki semuanya saat itu Rocelin." Bisik Juan dengan suara yang tercekat. Bahu Juan bergetar hebat, dia menumpukan kepalanya di bahu Rocelin lalu menangis dalam diam di sana. Tubuh Rocelin menegang, dia tidak berbuat apapun selain membiarkan Juan menangis di pundaknya. "Kau membuatku terlambat melakukannya hiks .. kau pergi dariku." Juan menggigit bibir bawahnya dengan kuat. Hatinya tertusuk ribuan jarum saat mengingat hari dimana Rocelin pergi darinya. Dia marah, marah karena ia tanpa sadar telah jatuh cinta dalam pesona seorang Rocelin. Dia menolak, menolak kenyataan bahwa dia menginginkan Rocelin tetap berada di sampingnya waktu itu. Dia tidak ingin menerima apa kata hatinya yang menginginkan Rocelin untuk dirinya sendiri. Harga dirinya terluka saat lubuk hatinya menginginkan memberi kebahagiaan kepada Rocelin. Dia harus memberi pelajaran kepada Rocelin atas apa yang dilakukan ayah Rocelin. Yang menghancurkan kehidupannya dengan menjodohkan dirinya dengan Rocelin. Juan merasa puas ketika melihat Rocelin tersiksa, namun dia pun rela membuat hatinya tercabik oleh ribuan pisau karena menyakiti wanita yang menarik hatinya. "Kau telah menghancurkan hidupku. Kau membuatku hancur berkeping-keping tanpa sisa." Suara Rocelin terdengar rendah karena emosi yang meluap-luap. Juan tidak mampu menyangkalnya, dia memejamkan matanya erat saat mencium aroma tubuh Rocelin yang begitu ia rindukan. Setiap malam in tidur didalam kamar Rocelin sembari memeluk bantalnya hanya untuk mengenang aroma tubuh yang telah menjadi favoritenya. "Aku kalah. Aku kalah sejak awal." Juan tertawa kecil di sela-sela isak tangisnya. Rocelin tidak mengerti apa maksud Juan, dan ia pun tidak ingin tahu. Sudah cukup hidupnya dipermainkan oleh pria kejam tak berperasaan ini. Juan berperang batin saat ini, dia ingin berkata sesuatu namun lidahnya terasa kelu. Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam la menjerit dengan keras berusaha melawan dirinya sendiri. Ia membuka bibirnya dengan perlahan lalu berusaha mengucapkan sesuatu. "M-maaf ... maafkan aku." Suara Juan terdengar samar-samar bahkan seperti berbisik. Namun Rocelin mendengarnya, ia hendak mengucapkan sesuatu namun terhenti saat Juan memeluk pinggangnya dengan erat. "Rocelin." panggil Juan dengan suaranya yang bergetar. Juan meremas pinggang Rocelin dengan erat melampiaskan rasa sakit di dalam hatinya. Ia merasa sesak hingga sulit untuk bernapas mengingat semua yang pernah ia lakukan untuk menghancurkan Rocelin. "Maaf. hiks .. maaf." Juan melepas semua perasaan yang telah la pendam selama ini. Dia sadar jika selama ini dia berusaha membohongi dirinya sendiri bahwa la telah jatuh telak kedalam pesona seorang Rocelin. "Kau tidak berhak mendapatkan maafku brengsek." Lirih Rocelin dengan emosi yang memenuhi relung hatinya. Juan semakin merengkuh tubuh Rocelin dengan erat, menghirup aroma tubuh yang sangat ia rindukan. Air matanya tanpa henti mengalir dari kelopak matanya hingga membasahi pakaian Rocelin. Bisakah saat ini Rocelin mengatakan jika ia menyesal?Bisakah saat ini Juan mengatakan jika ia ingin memperbaiki semuanya? Bisakah saat ini Juan mengatakan jika ia benar-benar bodoh karena menyia-nyiakan wanita sebaik Rocelin? Bisakah saat ini Juan mengatakan jika ia telah jatuh telak kedalam pesona seorang Rocelin? Bisakah saat ini Juan mengatakan jika ia ingin memiliki Rocelin kembali? Tentu tidak. Juan tahu itu dengan benar, dia harus menerima semua akibat karena ulahnya. Dan Juan menyesal. "Menyingkirlah." Rocelin melepaskan pelukan Juan lalu mundur beberapa langkah menjauhi Juan. Rocelin mengalihkan pandangan nya saat tak sengaja melihat wajah berantakan Juan dan la melihatnya. Ia melihat tatapan lembut dari kedua mata Juan yang selama ini menatapnya dingin. "Apa dia anakku?" Tanya Juan dengan suara lemahnya. Dia menatap wajah dingin Rocelin dengan seksama, dia rindu dengan wajah cantik itu. Dia menunduk saat mengingat wajah tirus Rocelin ketika hidup bersamanya, hanya bekas air mata yang ia lihat dari wajah Rocelin pada waktu itu. "Apa ada yang berubah jika dia anakmu?! Tidak! Kau tetap menjadi pria b******n bagiku!" Rocelin menunjuk-nunjuk wajah Juan dengan murka. "Tidak layak anakku mempunyai sosok ayah sepertimu. Anakku sudah mempunyai sosok ayah yang baik untuknya. Anggap saja darah dagingmu telah mati bersama Rocelin yang selalu ingin kau hancurkan." Rocelin menutup kalimatnya. Juan murasa tertampar dengan perkataan Rocelin. Dia ingin protes namun ia merasa tidak mempunyai hak melakukan nya, semua ini terjadi karena ulahnya. Dengan lunglai inla pergi dari rumah Rocelin, air matanya kembali menggenangi pelupuknya karena ia merasa sangat bodoh ia menghancurkan semuanya ia duduk di dalam mobilnya menatap rumah Rocelin dengan seksama, terlihat hangat jika ia bisa menempati rumah itu bersama Rocelin dan anak mereka. Juan terkeken mira menertawal kehidupan nya yang sudah hancur, namun dia tertampar kenyataan Jika hidup Rocelin lebih hancur darinya. "b******k KAU b******k JUAN!!" Juan berteriak dengan emosi yang menggebu. Ia memukul kaca mobilnya dengan kencang melampiaskan amarahnya kepada dirinya sendiri. Dadanya naik turun dengan napas yang terdengar kasar, kedua matanya terlihat merah karena luapan emosi. "Nikmati penyesalanmu sialan." Juan mengatai dirinya sendiri. Dia benar-benar ingin menenggelamkan dirinya kedalam rawa-rawa untuk menyadarkan semua kesalahan nya yang telah ia lakukan kepada Rocelin. Ia tahu dengan benar jika kata maafnya dan penyesalan nya tak berarti bagi Rocelin, tak akan merubah segalanya menjadi seperti semula. Saat ini Rocelin sudah bahagia bersama orang lain, kehadiran nya bagai malapetaka bagi wanita manis itu. Juan berpikir dengan keras, jujur sudah sejak lama dia menyadari esalahan nya. Menyadari semua perilaku gilanya, namun harga diri dan keegoisan nya yang begitu kuat hingga tetap berperilaku buruk dan berkata kasar kepada Rocelin. Dia merasa malu dengan dirinya sendiri karena merasa kalah telah jatuh cinta dengan wanita yang seharusnya la hancurkan. Lebih singkatnya Juan sangat bodoh. "Aku akan pergi setelah kau memaafkanku." Juan berusaha tetap pada jalur keinginan lubuk hatinya bukan keras kepalanya. Sudah cukup ia merasa menderita karena ulahnya sendiri, dia ingin hidup dengan tenang dan melihat Rocelin herserta anaknya bahagia dengan orang lain. Apa ini terlalu terlambat aku meminta maaf kepada kalian? Gumam Juan perang dengan dirinya sendiri. Pada dasarnya Juan adalah manusia biasa yang bisa dikuasai oleh amarah dan rasa dendam. Dia terlalu berambisi untuk memberi rasa sakit kepada Rocelin berharap semua bisa melihat itu. Ia merasa ikut sengsara melihat anak semata wayangnya yang ia hancurkan dengan begitu apiknya. Juan bukan hanya sialan, namun dia juga bodoh dan pembohong. Berulang kali ia berusaha membodohi dan membohongi dirinya sendiri jika ia telah jatuh cinta dalam pesona Rocelin. Dia tetap mengutamakan keegoisan dan harga dirinya yang merasa terluka jika harus bersikap baik kepada Rocelin. Terlalu rumit untuk menjelaskan perasaan seseorang yang dipenuhi dendam dan amarah. Dia akan membuktikan semuanya dengan perlakuan bukan dengan kata kata. la ingin menebus semuanya dengan cara yang menurut Rocelin baik dan mau menebus kesalahan nya selama ini. Terdengar lucu namun Juan akan melakukannya. Dia terlihat seperti remaja yang baru saja mengalami pubertas hingga sulit memutuskan sesuatu yang benar. Dia lebih mementingkan harga diri dan keegoisan yang sangat sialan itu. Juan kembali keesokan pagi harinya dan langsung menuju perusahaan nya. Dia terlihat tidak baik-hak saja, ucapan Rocelin terakhir kali masih terngiang di kepalanya. Apa itu artinya dia bukan seorang ayah? Apa itu artinya dia tidak mempunyai hak apapun terhadap anak mereka? "Ah tentu dia tidak ingin mempunyai ayah sepertiku yang sudah menghancurkan kehidupan ibunya." Juan tertawa kecil berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Seharian ia sibuk dengan pekerjaan nya yang menumpuk karena sempat ia tinggal mengganggu ketenangan Rocelin. Dia hanya ingin tahu apa anak Rocelin adalah darah dagingnya, hanya itu. Namun yang terjadi di luar nalarnya, semua perasaan yang sudah lama ia pendam meluap begitu saja tanpa tahu diri. Ia pikir masih bisa menjaga harga dirinya dan meneruskan tujuan awalnya namun Juan kalah. Tanpa sadar dia tlsulah kalah sejak awal. Dia melakukan pertemuan dengan klien nya di hotel bintang lima. Dan Juan membuka matanya dengan lebar berusaha meyakinkan siapa yang ia lihat. . "Tak apa Mark, rawat ibumu hingga sembuh, barulah kau kembali ke sini. Jangan memikirkan dapur karena ada yang mengurusnya. Kau fokus saja dengan kesembuhan ibumu." Rocelin tersenyum hangat sembari memegang ponsel di telinganya. "Aku menghawatirkanmu dengan baby Raska. Tunggu aku kembali? Secepatnya aku akan pulang." Ujar Mark di sana. Memang ibu Mark sering terjatuh sakit karena memang faktor usianya, dan beberapa kali Rocelin juga berkunjung ke sana. Sebenarnya Mark ingin membawa orang tanya ikut tinggal bersama mereka namum orang tuanya tidak ingin meninggalkan kampung halaman nya. Rocelin mematikan panggilannya lalu ia sibuk bermain dengan Raska yang masih demam karena tumbuh gigi. Tiba-tiba saja ia teringat dengan ucapan Juan semalam yang meminta maaf kepadanya, jujur saja ia merasa ragu. dengan ucapan maaf Juan, karena pria itu sungguh licik dan tidak tahu diri Ia menghela napasya kasar melihat Raska yang terlihat mirip dengan Juan. "Apa aku salah ingin membuatmu membenci ayahmu sendiri?" Rocelin meragukan niat awalnya yang ingin Raska membenci Juan melebihi dirinya membenci pria itu. Ia merasa marah dan ingin membunuh Juan jika mengingat semua perlakuan b***t pria itu terhadapnya. Dia bukanlah Rocelin yang dulu, yang dengan senang hati menerima perlakuan buruk Juan kepadanya. Ia ingin Juan merasakan rasa sakit yang lebih dari yang ia rasakan. "Kau harus bisa membuat Raska membenci ayah kandanguya seniliri Baby. Aku yakin itu akan menghancurkan Juan lebih dari dia menyakitimu." Dia teringat saran Mark waktu itu saat Raska lahir ke dunia untuk pertama kalinya. Dan dia menganggap itu saran yang cukup bisa diterima olehnya karena rasa benci dan amarahnya kepada Juan. . Juan semakin merasa gila karena rela membatalkan pertemuan nya dengan klien dan memilih mengikuti kekasih Rocelin yang baru saja keluar dengan wanita manis. Tentu saja bukan Rocelin. "b******k! Aku akan membunuhmu jika berani mengkhianati Rocelin." Juan memukul setir mobilnya dengan brutal. Ia melihat mobil Mark berhenti di depan kedai kopi. la pun segera turun. "PRIA SIALAN!!" Juan berteriak lantang hingga membuat beberapa orang di sana menengok ke arahnya termasuk Mark. Mark terlihat terkejut dengan behadiran Juan, dengan cepat ia melepaskan cangkulan nya di pundak wanita manis yang bersamanya. "PRIA KURANG AJAR!!" Juan memukuli wajah Mark dengan brutal hingga orang-orang di sana berteriak histeris ketakutan melihat amukan Juan. "Menjauh dari suamiku!" Wanita manis yang bersama Mark menyingkirkan tubuh Juan dari Mark. Juan terdiam sesaat, menatap wanita manis yang sedang memeluk tubuh Mark, ia membuka mulutnya tidak percaya. "Apa kau bilang? Suami?!" Juan menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan Mark. Mark mengeraskan rahangnya dia berdiri lalu meludahkan darah dari mulutnya, la melangkah maju tepat di depan tubuh Juan. "Sialan!" Juan menggeram marah. Mark terkekeh pelan, dia menepuk pipi Juan beberapa kali dengan kuat. "Kau lebih b******k di mata Rocelin." Mark tertawa meremehkan Juan. BUGH! Juan kembali melayangkan pukulan kerasnya di pelipis Mark hingga pria itu kembali jatuh. "Dia siapa Mark?!" Kesal wanita manis yang sepertinya istri Mark. "Hanya orang gila baby." Mark menyuruh istrinya masuk kedalam mobil lalu ia berbisik di telinga Juan. "Rocelin tidak akan percaya dengan omong kosong mu." Mark menyaringai lalu menepuk pundak Juan beberapa kali. Juan menendang pot banga di sampingnya dengan kuat hingga pecah melampiaskan amarahnya. Keesokan harinya Juan langsung menuja tempat tinggal Rocelin dan akan membongkar semua kebusukan Mark. Dia merasa marah dan terluka mengetahui jika Rocelin dikhianati dengan begitu rapinya. Dia berdecak kesal saat sempat berpikir merelakan Rocelin bahagia bersama Mark, ia bersyukur berulang kali karena melihat kebusukan Mark dengan mata kepalanya sendiri? Sampai di tempat makan milik Rocelin, dia segera turun dan berlari menghampiri Rocelin yang sudah bersama Mark. "MENYINGKIR DARINYA b******k!" Juan berancang-ancang memukul Mark. BUGH! Bukan Mark yang terkena pukulan Juan. Namun justru Juan yang mendapatkan pukulan mentah dari Rocelin. "Kau tidak tahu diri, kau menghancurkan ku?! Dan sekarang kau berniat menghancurkan kebahagiaanku dengan Mark, begitu?" Rocelin berteriak marah hingga wajahnya merah. Mark menarik tubuh Rocelin agar menjauh dari Juan, takut jika kekasihnya itu diberi pukulan oleh pria tersebut. Juan memasang wajah blanknya, lalu ia tertawa terbahak sembari menatap Mark tidak percaya. "Woah-kau benar benar b******n!" Juan bertepuk tangan dengan wajah takjubnya. Plak! "JAGA MULUTMU!" Rocelin berteriak marah di depan wajah Juan. Juan tertawa kecil menertawai kebodohan Rocelin. "Hentikan omong kosong mu! Cukup menjauh dari kehidupanku, kumahon. Jangan menyentuh kebahagiaanku lagi." Rocelin menggeram marah. Juan menatap datar Rocelin, ia mengangguk beberapa kali lalu melambaikan tangannya dan kembali menuju mobilnya. Sebelum ia benar benar pergi, ia mengatakan sesuatu. "Kutunggu perpisahan kalian." Juan mengedipkan sebelah matanya ke arah Rocelin lalu pergi dari sana. Rocelin mendengus kasar, dia mengelus luka di wajah Mark dengan sayang lalu mengecupinya dengan lembut. "Aku minta maaf, aku tidak akan membiarkan dia menyentuhmu lagi. Hampir saja aku termakan kata maafnya." Gerutu Rocelin yang mana membuat Mark berselorak riang. Dia benar-benar bodoh, batin Mark. Juan menutup pintu mobilnya dengan keras, menatap geli wajah Rocelin yang terlihat khawatir Mark. Juan berusaha mencaritahu siapa Mark sebenarnya. Dan setelah beberapa hari dia menemukan jawaban nya. "b******k!" Juan mengumpat dengan wajah kesalnya. Ia melihat catatan kriminal yang dilakukan Mark, dia harus mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan informasi ini. "Dasar b******k! Bagaimana bisa dia mendekati Rocelin di saat dia sudah mempunyai istri sah?! Dasar bodoh!" Juan merasa kesal dengan kebodohan Rocelin. Pasalnya Mark sudah menikahi wanita manis bernama Jeni dan sempat terdapat masalah dengan Mark hingga hampir menuju perceraian, dan di mana saat itu Mark bertemu dengan seorang Rocelin. Entahlah Juan tidak tahu apakah Mark benar-benar mencintai Rocelin atau tidak. Yang jelas Mark kembali bersama dengan Jeni di saat ia juga bersama Rocelin dalam waktu yang sama. "Kenapa aku melakukan ini semua?" Gumam Juan dengan wajah bingungnya. "Ah, aku tidak ingin Rocelin mendapatkan pria b******k sepertinya. Setidaknya cukup aku." Juan menghela napasnya panjang. Dia mengusap wajahnya dengan kasar, ia harus mencari cara bagaimana Rocelin bisa mendengarkan dan mempercayai apa yang ia katakan. Ia yakin jika Rocelin lebih percaya dengan perkataan si sialan itu daripada perkataan nya. Juan sadar jika Rocelin akan melihat semua yang ia lakukan hanyalah sebuah kelicikan dan kejahatan. Dia ingin mengunjungi Rocelin lagi namun dia terlalu lelah untuk bolak-balik ke luar kota. Tiba-tiba dia teringat jika Rocelin mempunyai satu cabang rumah makan di dekat tempat tinggalnya. Dengan cepat ia menyuruh anak buahnya untuk mengajak kerja sama bisnis milik Rocelin tanpa mengatas namakan perusahaan nya. Karena ia tahu jika Rocelin yang turun tangan secara langsung dalam hal produksi ataupun marketing. "Cukup aku yang menyakitimu Rocelin." Juan tersenyum pahit mengingat air mata Rocelin yang terlalu banyak keluar karenanya. . "Ingin kuantar?" Tanya Mark kepada Rocelin. Rocelin menggelengkan kepalanya, dia mengecup sayang bibir Mark singkat. "Tidak perlu. Kau fokus dengan pekerjaanmu saja. Aku tidak akan lama di sana." Rocelin segera masuk kedalam mobil untuk pergi ke suatu tempat melakukan kontrak bersama Juan tanpa ia ketahui. Rocelin senang sekali tentu saja karena itu tandanya sayap bisnisnya akan semakin melebar di dunia perkulineran. Ia berangkat bersama supir pribadinya dan juga Raska tentu saja. Dia tidak mungkin meninggalkan anak semata wayangnya, dia juga berencana untuk mengunjungi Jiyo dan Yona, sudah lama rasanya ia tidak bertemu dengan mereka yang sudah ia anggap seperti kakak kandungnya. Ia berhutang budi dengan kebaikan mereka berdua yang sudah memberikan kehidupan yang layak untuknya. Sesampainya di tempat tujuan, ia menuju hotel untuk tempat tinggalnya sementara. Ia mengernyit saat tak sengaja melihat siluet Juan memasuki lift di sana. Namun ia menggelengkan kepalanya mungkin ia hanya sedang berhalusinasi. "Kenapa pula aku berhalusinasi tentangnya? Menjijikkan." Rocelin berdecih dengan kasar lalu ia menuju kamarnya sendiri. Keesokan harinya ia sudah berada di tempat janjian untuk bertemu dengan kliennya. Ia menunggu cukup lama hingga klien nya datang. Ternyata ia bertemu dengan dua klien sekaligus. "Selamat pagi Nyonya Rocelin." Sapa klien pertama Rocelin. "Selamat pagi Nyonya Jeni." Rocelin menerima uluran tangan Jeni. Juan tersenyum puas melihat Jeni dan Rocelin sudah berbincang ringan di sana. Dia dengan sengaja mengajak kerja sama perusahaan tempat Jeni bekerja dan melakukan project bersama dengan perusahaan nya dan juga bisnis Rocelin. Dia ingin membongkar kelicikan Mark dengan cara yang epik, karena dia tahu jika Rocelin tidak akan percaya dengan ucapan nya. Dan sepertinya menyenangkan melihat pertikaian kisah cinta mereka. Biarlah dia menjadi pemain utama di balik layar. Juan menyuruh sekretarisnya untuk segera melakukan pertemuan dengan mereka. Dan ia dengan sengaja membuat Rocelin lebih lama di tempat itu, dia ingin berdekatan dengan wanita manis itu. Juan tersenyum sendu melihat Raska yang berada di pangkuan Rocelin. "Aku benar-benar bodoh." Juan mengusap wajahnya frustasi. Rocelin belum mengetahui jika perusahaan Juan lah yang mengajaknya kerja sama. Karena Juan mengatas namakan perusahaan cabangnya yang setara dengan perusahaan tempat Jeni bekerja. Juan terkejut saat matanya bertemu dengan mata Raska. Ia melambaikan tangannya sembari tersenyum hangat. Raska memekik kecil seakan ingin ke arah Juan, namun Juan menggelengkan kepalanya dan menyuruh Raska agar tidak melihatnya. Ia hanya ingin melihat mereka dari kejauhan tanpa sepengetahuan Rocelin. Hingga beberapa jam kemudian mereka selesai melakukan meeting di hari pertama. Ia segera mengikuti Rocelin dan tersenyum puas saat ban mobil milik Rocelin bocor, oh tentu saja itu ulah Juan. "Oh, lihat siapa ini?" Juan seakan terlihat terkejut dengan keberadaan Rocelin dan juga Raska. Rocelin mendengus kasar, ia mendelik saat Juan menoel pipi gembil anaknya. "Okay maaf. Aku tidak bermaksud mengganggumu, banyak kemungkinan bukan jika kita bertemu di sini? Aku juga orang sibuk kau tahu." Juan memberi pengertian kepada Rocelin jika pertemuan mereka tidak disengaja. Rocelin hanya diam karena itu memang benar, dia tidak bisa menuduh Juan seenaknya jika pertemuan mereka disengaja walau sebenarnya pun memang disengaja oleh Juan. "Kau butuh tumpangan untuk pulang?" Tanya Juan sembari bersandar di mobilnya. Rocelin tidak menjawabnya, dia mengotak atik ponselna hendak memesan taxi online namun dengan cepat Juan mengambilnya. "Biarkan aku mengantarmu. Hanya kali ini." Juan mengatupkan kedua tangannya dengan wajah memohon. Rocelin cukup terkejut karena ternyata Juan bisa bersikap seperti ini kepadanya. Ia berdecak kesal saat Raska berusaha meraih tubuh Juan, ia melarangnya namun Raska merengek dan berontak ingin bersama Juan. Juan mengantongi ponsel Rocelin dan dia hanya melipat kedua tangannya di d**a melihat anaknya yang berusaha menggapai tubuhnya. Dadanya menghangat melihat paras menggemaskan Raska yang terlihat mirip dengan nya. "Dia memang anakku." Gumam Juan tanpa sadar yang didengar oleh Rocelin. Rocelin menyerahkan Raska kepada Juan dengan tidak rela, mau tidak mau ia mengikuti Juan dan masuk kedalam mobil pria itu.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN