06. Masa lalu terulang kembali.

1964 Kata
Jiyo menghampiri Rocelin dan tanpa menunggu waktu lama lagi dia membawa wanita manis itu keluar dari bar. Rocelin hanya diam sedari tadi didalam mobil Jiyo, dia tidak tahu harus berbuat apa ia sangat gugup dan hal itu ditangkap oleh Jiyo. "Jangan gugup begitu. Ini pertama kalinya bagimu?" Tanya Jiyo terkekeh pelan. Rocelin mengangguk pelan, Jiyo bersorak dalam hati. Tak sia-sia ia mengeluarkan banyak uang untuk merasakan tubuh wanita manis di sampingnya ini. Ia harus membujuk pria tua itu dengan banyak uang agar ia bisa menyewa Rocelin, Jiyo tak tahu jika Rocelin seorang janda. "Tenang saja. Nanti aku akan mengajarimu." Jiyo mengelus paha Rocelin dengan seduktif. Rocelin ingin menyingkirkan tangan itu namun dia menahannya, dia tidak boleh berbuat kesalahan agar la tetap bisa bertahan hidup. Mereka sampai di gedung hotel bintang lima. Jiyo merengkuh pinggang Rocelin dengan mesra dan membawanya masuk kedalam. Mereka sudah mendapatkan kunci sebuah kamar, mereka masuk kedalam lift dan sekali lagi Rocelin terkejut dengan keberadaan seseorang yang sangat ia hindari. "Rocelin?!" Adira bersuara dengan wajah terkejutnya. "Jiyo?!" Kali ini ku Juan yang terlihat terkejut. Jiyo merotasi bola matanya malas melihat pasangan suami istri tersebut. Mereka pun masuk kedalam lift sembari merangkul tubuh Rocelin. "Dunia sangat sempit." Gumam Jiyo malas sembari menatap bosan kedua sahabatnya. Benar, Jiyo bersahabat baik dengan mereka berdua karena mereka rekan bisnis. "Apa yang kau lakukan di sini bersamanya?!" Tanya Adira dengan raut penasarannya. Juan tidak peduli dengan hal itu, namun diam-diam ia mendengarkan percakapan mereka. "Kau tahu kebiasaanku." Jiyo mengecup mesra pipi Rocelin. Sedari tadi Rocelin hanya diam, lalu tak lama kemudian ia dikejutkan oleh tepukan keras dibahunya. "Kau mengenal mereka?! Kenapa dia tahu namamu?!" Jiyo menunjuk Adira dengan wajah terkejutnya. Rocelin menggigit bibirnya gelisah, ia tidak bisa menjawabnya. Dan akhirnya Adira lah yang menjawab. Adira menatap seksama wajah Rocelin yang terlihat sedih. "Kau mendapatkan pekerjaan baru?" Tanya Adira dengan lembut. Wanita cantik itu bahkan menggenggam tangannya sembari mengelus punggung tangannya lembut. Rocelin mengangguk pelan tanpa berani menatap wanita itu. "Kenapa memilih pekerjaan seperti itu, hm?" Adira merasa Rocelin berada di posisi yang tidak punya pilihan. la tahu betul jika Rocelin adalah wanita yang baik hati. Dia tahu hanya dengan bertemu dengannya dalam waktu singkat, dia tahu jika Rocelin bukanlah wanita nakal seperti itu. Ting! Pintu lift terbuka, dengan cepat Jiyo membawa Rocelin keluar namun ditahan oleh Adira. "Biarkan kita bicara sebentar, Ji. Sebentar saja." Rocelin memohon kepada Jiyo. Dengan berat hati Jiyo menganggukkan kepalanya, dia pun menunggu Rocelin di kamarnya ditemani oleh Juan. Adira membawa Rocelin ke tangga darurat, dia menyentuh kedua bahu Rocelin. "Katakan pada ku, apa yang terjadi? Kenapa kau bisa menjadi wanita sewaan Jiyo?" Tanya Rocelin menggebu. Dia tahu sekali mengenai sahabatnya yaitu Jiyo, pria itu mempunyai kebiasaan menyewa jalang setiap malamnya tanpa berhenti. Dan dia teramat terkejut saat mengetahui wanita sewaan Jiyo adalah Rocelin, bocah polos yang ia temui beberapa hari yang lalu. "Aku tidak bisa melunasi hutangku. Jadi -aku memilih dibawa oleh mereka dan bekerja di bar." Jawab Rocelin dengan wajah memerah malu. Dia sangat malu mengatakan hal ini, namun ia bisa apa? Memang seperti itulah kenyataan nya. Adira menghela napasnya panjang, la mengelus sayang kepala Rocelin. la pun membawa tubuh mungil Rocelin kedalam pelukan hangatnya. "Antar Kakak ke tempat kerjamu. Biarkan Kakak membawamu pulang." Adira memeluk erat tubuh Rocelin. Entah kenapa dia sangat menyayangi Rocelin padahal pertemuan mereka sangatlah singkat. Adira hanya terlalu iba melihat bocah polos nan menggemaskan harus melakukan hal kotor seperti ini. Dia punya segalanya, harta, keluarga, kasih sayang dia mempunyai itu semua. Lalu kenapa ia tak membaginya kepada orang lain yang membutuhkan seperti Rocelin misalnya? "J-jangan Kak. Aku tak apa melakukan ini semua." Rocelin terlihat memohon kepada Adira. Adira menggeleng dengan tegas, la menarik lengan Rocelin lalu membawanya menuju kamar Jiyo. Tok tok tok! "Antarkan aku ke tempat dimana kau menyewanya. Sekarang juga Jiyo!" Adira terlihat marah. Juan dan Jiyo mengernyit tidak suka, Jiyo hendak menarik tubuh Rocelin namun dengan cepat didorong oleh Adira. "Antarkan aku sekarang!" Adira menjerit marah. Jiyo menghela napasnya kasar sembari mengusak surainya frustasi. Seharusnya dia tahu jika sahabatnya ini yang berhati malaikat akan melakukan ini. Dia muak sekali dengan kenaikan Adira yangmembuatnya merugi. "Aku sudah mengeluarkan banyak uang untuknya kau tahu! Biarkan aku memakainya lebih dulu!" Kesal Jiyo sembari menarik tubuh Rocelin. Adira menampar wajah Jiyo dengan kuat, tangan wanita cantik itu bergetar karena emosinya "Aku akan mengganti uangmu sialan. Kembalikan Rocelin!" Adira menarik paksa tubuh Rocelin lalu memeluknya posesif. Juan menatap datar istrinya, dia tidak tahu kenapa Adira bertingkah berlebihan seperti ini. la merasa istrinya bertindak di luar batas dan terlalu mencampuri urusan seseorang. "Apa yang kau lakukan? Kau tidak pernah saperti ini sebelumnya hm?" Dengan lembut Juan bertanya kepada Adira. Ia mengelus kepala Adira dengan sayang agar istrinya bisa mengatakan yang sebenarnya, Adira menghela napasnya pelan, ia menggelengkan kepalanya. "Tidak ada Juan. Aku hanya tidak ingin bocah polos dan lagu sepertinya harus menyentuh dunia malam seperti itu. Aku akan memberikan dia kehidupan yang lebih layak. Kumohon ... Aku hanya ingin membantunya." Adira berkata dengan jujur. Juan terdiam sesaat, dia melihat Rocelin menghapus air matanya dengan kasar dibalik tubuh Adira. Bocah itu masuk dipeluk oleh istrinya dengan pesesif. Dia tidak cemburu, sama sekali, tidak. Ia hanya merasa tidak suka jika Rocelin mendapatkan kehidupan yang baik. la ingin bocah itu hancur seperti dahulu. "Apa untungnya buatmu? Dia tidak bisa memberikanmu apa-apa." Juan menukik alisnya tajam. Jiyo hanya menyimak pertengkaran keluarga sahabatnya, la garam sekali ingin membanting Rocelin di ranjang lalu menyetubuhinya hingga pagi. "Juan Aku hanya ingin membantunya! Hanya itu!" Adira berteriak marah. Ia pun menarik Rocelin dengan paksa dari sana. "Aantarkan aku ke pria sialan itu!" Ujar Adira menggebu. Rocelin menengok kebelakang menatap Jiyo meminta bantuan. Pria tampan itu hanya menganggukkan kepalanya, karena Jiyo pun tak bisa berbuat apapun jika Adira Aksana sudah berkehendak. "Aku sudah melunasi semua hutang Rocelin sekaligus bunganya. Dan ini untuk membeli kontrak kerja Rocelin. jangan pernah mengganggunya lagi!" Adira memberikan 2 lembar cak kepada pemilik bar tersebut. Setelahnya Adira membawa Rocelin pulang ke rumahnya. Juan dan Jiyo seperti karung yang mengikut kemanapun mobil Adira pergi. "Aku mengganti uangmu, Ji," Adira memberikan secarik cek kepada Jiyo. Jiyo menerimanya dengan berat hati, la pun membaringkan tubutunya di sofa dengan wajah melasnya menatap Rocelin. Wanita manis itu sedari tadi hanya diam tak berani mengucapkan sepatah katapun. Jujur saja dia senang sekali sudah terbebas dari tempat kotor itu namun ia sekarang merasa tidak nyaman dan bersalah kepada Adira karena mengeluarkan banyak uang untuknya. "Kau punya tempat tinggal?" Tanya Adira semban meletakkan bantal sofa di atas paha Rocelin untuk menutupi bagian bawahnya yang tercetak jelas. Dia mendesis ke arah Jiyo yang sedari tadi menatap paha Rocelin. "Aku akan mencarinya Kak. Terima kasih banyak." Rocelin menatap penuh rasa bersyukur ke arah Adita. Adira mengangguk pelan sembari tersenyum. "Sayang-bukankah rumah besar kita membutuhkan asisten rumah tangga?" Tanya Adira dengan wajah berbinarnya. Perasaan Juan menjadi tidak nyaman dia mengangguk kaku. "Biarkan Rocelin bekerja di sini. Eum?" Adira memberikan ekspresi terbaiknya. Dengan tegas Juan menggelengkan kepalanya. Adira merengut sedih, Jiyo bangun dari rebahannya dengan cepat. "Kalau begiru biar dia bekerja di rumahku saja. Ujar Jiyo dengan semangat. "Tidak! Kau akan berbuat m***m kepadanya!" Adira nenggeleng dengan luras. Jiyo mendengus kasar, tahu saja wanita itu apa yang ada didalam pikirannya. Juan menatap Rocelin dengan seksama, jujur saja ia jijik melihat wanita itu berada di rumahnya. Apalagi setelah la tahu jika wanita itu bekerja di bar karena hutangnya. Sangat menjijikkan dan rendahan seperti ayahnya. Namun tiba-tiba sesuatu terbesit di kepala Juan. "Baiklah terserah apa maumu Baby." Juan mengendikkan batunya cuek lalu naik ke atas. Adira tersenyum riang sembari memeluk Rocelin, sedangkan wanita manis itu hanya diam tak berkutik karena tidak percaya jika Juan membiarkan nya bekerja di rumah ini. "Sebaiknya aku bekerja di tempat lain Kak." Ujar Rocelin diangguki oleh Jiyo, pria itu menepuk dadanya sendiri memberi kode agar Rocelin bekerja bersamanya. "Aku sudah mengeluarkan banyak uang untukmu. Kau setega itu menolak permintaanku?" Adira terlihat kecewa. Wanita itu dengan terpaksa mengatakan hal kejam seperti itu agar Rocelin mau bekerja di rumahnya. Wajah Rocelin pun berubah menjadi terkejut dan merasa bersalah, la pun akhirnya mengangguk pasrah. Sejak hari itu Rocelin merasa hidup didalam neraka. Tidak ada perasaan tenang didalam dirinya. Yang la rasakan hanya rasa sakit dan ketakutan yang luar biasa. Dia tidak bisa berbuat apapun kecuali menerimanya dengan lapang d**a. . "Bukankah sudah kubilang? Aku tidak suka gula!" Juan berteriak marah sembari mengguyur kopi panas ke tubuh Rocelin. Rocelin memekik terkejut karena rasa panas menjalar di sekitar perutnya. la berusaha menahan air matanya sembari memunguti pecahan gelas di lantai. "Kak Adira kembalilah." Batin Rocelin menjerit kan nama wanita cantik itu. Sudah setahun lamanya la hidup serumah bersama Juan tanpa wanita cantik itu. Rasanya ia ingin pergi dari rumah ini namun llia tak sanggup melakukannya. "Dasar tidak berguna! Selalu saja menyusahkan ku." Gerutu Juan lalu memukul kepala Rocelin dengan kuat sebelum ia beranjak pergi dari sana. Dengan tangan bergetar Rocelin membersihkan semuanya lalu membawanya kebelakang, Dia menaikkan kaosnya sebatas d**a dan la meringis saat melihat kulitnya yang melepuh karena kopi panas tadi. "Lebih baik aku menjadi jalang jika seperti ini." Rocelin tersenyum hancur. Dia bukanlah jalang-namun ia merasa lebih rendah dari seorang jalang. Setiap malam tubuhnya dipakai oleh Juan tanpa henti, ia diperlakukan kasar dan tidak manusiawi oleh pria itu. la harus menahan semuanya karena janjinya kepada wanita yang sangat berjasa kepadanya yaitu Adira. "Kembali dengan cepat Kak. Biarkan aku hidup dengan bahagia walau menjadi jalang di luaran sana." Juan menggigit bibirnya dengan kuat ia berusaha menghalau air matanya yang mendesak ingin keluar. "CEPAT KEMARI!!!" Rocelin menghapus air matanya dengan kasar lalu ia berlari kecil menuju kamar Juan. Rocelin menelan ludahnya gugup saat Juan sudah tak memakai apapun. Tanpa interuksi ia tahu apa yang harus ia lakukan. Dia melepas semua pakaiannya tanpa penolakan. Lalu ia berjongkok di lantai, tangannya mulai memanjakan milik Juan. "Good girl-kau harus menjadi istri yang baik." Juan mengelus kepala Rocelin dengan lembut sembari terkekeh pelan. Juan hanya diam tak merespon. la sibuk memberikan kenikmatan untuk sang suami. Pernikahan mereka sudah berjalan 6 bulan lamanya, dan selama itu pula Juan merasa menyesal telah menerima kebaikan Adira. "Lihat Sayang. Lukamu membuatku tak bergairah." Juan menatap jijik kulit Rocelin yang melepuh. Rocelin berusaha tak mendengarkan perkataan Juan. Dia hanya fakus melakukan tugasnya. Juan menggeram rendah menikmati permainan sang istri. Dia menekan kuat kepala Rocelin hingga sang istri memukuli paha kencangnya, Juan tak peduli. Mata Rocelin mengeluarkan air mata, Juan menggerakkan tubuhnya dengan kasar, ia menarik dengan kuat surai Rocelin hingga sang empu merasakan pening luar biasa. "Hiik, cukup!!" Rocelin berusaha melepaskan kepalanya namun tak bisa. Kekuatan Juan tidak main-main, ia menarik rambut Rocelin, Rocelin terbatuk dengan kuat hingga ia memuntahkan. saliva bening. "Dengar. Walau kau sudah menjadi istriku namun kau hanya seonggok sampah bagiku." Bisik Juan dengan menatap jijik wajah Rocelin yang berderai air mata. Rocelin menatap kedua mata Juan yang menyiratkan rasa benci luar biasa, la memberanikan diri untuk mengelus rahang tegas Juan. "Juan," panggil Rocelin dengan lirih Juan menatap dingin Rocelin, ia melihat rasa takut dan sakit luar biasa di mata Rocelin. Namun ia justru tersenyum karena merasa puas. "Selamanya kau tetap jalang murahan." Bisik Juan lalu mendorong kepala Rocelin dengan kuat hingga tubuh Rocelin tersungkur ke lantai. Rocelin hanya diam sembari menangis dalam diam. la menatap sendu Juan yang sedang melebarkan kedua kakinya bersiap melakukan keinginannya. "Bukankah kau menyukai milikku?" Juan menyeringai sembari mengeluar masukkan miliknya dengan Rocelin mengalihkan kepalanya kesamping enggan menatap wajah tampan Juan yang terlihat menikmati tubuhnya. "Kenapa aku mencintai pria breengsek sepertimu?" Batin Rocelin sembari mendesah lirih. Walau Juan kerap kali kasar kepadanya jika berhubungan. Walau tak jarang ia harus merelakan miliknya berdarah dan terluka. "Juanhhh!" Rocelin meremas bisep Juan dengan kuat saat merasakan semburan hangat di dalam rahimnya. "Kau tidak akan mungkin mengandung, bukan? Karena kau mandul." bisikan Juan bagaikan mantra mengerikan yang selalu terdengar di telinga Rocelin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN