07. Perjuangan cinta Rocelin.

3739 Kata
Rocelin membuka matanya karena suara petir bersahutan di luar sana, la melihat jam di dinding yang ternyata masih menunjukkan pukul 2 siang, ia pun segera bergegas ke kamar mandi. la bersiap-siap untuk keluar rumah. la sudah menghubungi taxi online yang akan membawanya ke tempat tujuan. Ia mampir ke toko bunga membeli karangan bunga yang cantik. 30 menit kemudian dia sampai di rumah sakit milik keluarga Aksana. Ia menuju tempat yang sudah sangat akrab baginya ia membuka pintu tersebut dengan perlahan lalu tersenyum tipis melihat wanita yang begitu la sayangi. "Maaf terlambat Kak." Rocelin meletakkan karangan bunga di atas meja. la tersenyum sendu melihat wajah cantik Adira yang terlihat sangat pucat. Sudah hampir satu tahun wanita itu terbaring di ranjang ini dengan banyak macam alat medis. "Bagaimana keadaanmu Kak? Apa kau mendengarku?" Rocelin menggenggam tangan Adira yang terasa dingin. la menatap dalam diam wajah Adira ia rindu dengan wanita baik itu. Dia rindu dengan ocehan nya yang selalu memperhatikan nya. "Aku merindukanmu Kak." Rocelin mengecup punggung tangan Adira. Hatinya terasa sesak saat mengingat pesan terakhir wanita itu sebelum terbaring tak sadarkan diri seperti ini. "Aku tahu kau mencintainya Rocelin. Jangan biarkan dia kesepian di rumah, dan jangan pernah menghianatinya. Dia benci itu. Kuharap kau bisa menjadi penggantiku di sisinya Rocelin. Dia terlihat sangat antusias dengan pernikahan kalian." Kejadian itu terjadi begitu saja tanpa ada yang menduganya, Rocelin harus mengalami kecelakaan hebat saat perjalanan menuju bakti sosial. Dia koma selama beberapa hari dan akhirnya dia kembali siuman, namun dia merasa jika hidupnya tak lama lagi. Karena sebagian dari tubuhnya mengalami lumpuh total. Bahkan ada pendarahan di otaknya yang mana bisa membuatnya koma kapanpun, dia teramat menyayangi Rocelin seperti adiknya sendiri. Dia tahu dan sadar jika Rocelin menaruh hati kepada suaminya Adira tidak marah, justru ia berterima kasih kepada Tuhan dan merasa bersyukur karena bocah malaikat itu menaruh hati kepada suaminya. Dia memohon kepada Juan untuk menikahi Rocelin jika ia kembali koma dan pria tampan itu tak punya pilihan karena dia mempunyai skenario kejam untuk Rocelin. Rocelin sendiri pun tak kuasa menolak permintaan Adira, wanita itu menganggapnya mencintai Juan.Memang benar adanya, dan Adira menganggap jika ia bersama Juan maka ia akan bahagia. Namun Rocelin tahu jika hal itu tidaklah mungkin. Dia akan menjemput kehidupan yang seperti di neraka. "Kumohon Rocelin ... aku ingin melihatmu bahagia dengan priaku. Aku takut jika kau diperlakukan tidak baik jika bersama wanita lain. Juan sangat baik, dia sangat menyayangiku sebagai istrinya. Dan ku yakin dia akan memberikan hal yang sama kepadamu. Percayalah, kumohon menikahlah dengannya. Aku ingin dia menjadi pemilik wanita berhati mulia sepertimu." Bagaimana Rocelin bisa menolak setelah mengingat kebaikan Adira kepadanya?! Dia akan merasa sangat jahat dan keterlaluan jika menolak permintaan Adira dengan niat mulia seperti itu. "Cepat kembali Kak. Aku ingin segera pergi dari kehidupan priamu. Aku bertahan hanya untukmu." Rocelin menghembuskan napas beratnya Ia memejamkan matanya erat mengingat semua perlakuan kejam Juan kepadanya. Ia tidak tahu apa salahnya hingga Juan begitu membencinya. Dia tahu jika Juan melakukan itu semua karena rasa bencinya atas perjodohan paksa terdahulu. CKLEK! Rocelin menghapus air matanya dengan cepat, ia berdiri lalu tersenyum hendak menyapa keluarga Aksana. "Selamat siang Tuan." Rocelin menghilangkan senyumannya begitu saja saat melihat Juan di depannya. Rocelin memilih menyingkir dari ranjang Adira dan membiarkan Juan menghampiri istrinya. d**a Rocelin berdenyut sakit kala melihat Juan mengecup dahi Adira dengan lembut, tatapan pria itu terlihat sangat tulus. Terlihat banyak cinta didalamnya. Tak dipungkiri jika ia ingin Juan menatapnya seperti itu. Dia ingin merasakan kasih sayang pria yang sudah menjadi suaminya itu. "Keluar." Ujar Juan dengan dingin. Rocelin menurut tanpa berkata apapun, dia tahu jika Juan akan menyeka tubuh Adira dan tak ingin dia melihat tubuh Adira. Rocelin memutuskan untuk segera pulang karena ia harus memasak untuk Juan. Rocelin mencuci tangannya yang berdarah karena teriris pisau. Dia meringis pelan melihat sayatan di jarinya cukup dalam. Beruntung dia sudah menyelesaikan masakan nya. la mendengar suara pintu tertutup, tentu saja itu adalah Juan la menatap sendu wajah Juan yang terlihat lesu selalu seperti itu jika Juan selesai menjenguk Adira. Rocelin merasa sangat berdosa jika ia cemburu melihat hal itu. Dia ingin mendapatkan cinta dari pria yang sangat dicintainya. "Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu Juan." Cicit Rocelin sembari herjalan di belakang Juan. Rocelin membawa tas kerja dan juga sepatu mahal Juan. Dari pada seorang istri dia lebih terlihat seperti seorang pelayan. "Aku tidak lapar." Jawab Juan singkat. la masuk kedalam kamarnya tanpa menghalau Rocelin masuk kedalam untuk meletakkan sepatu dan tas kerjanya. Tak lupa Rocelin jugamenyiapkan air hangat untuk Juan, walau ia diperlakukan dengan tidak baik-namun Rocelin tidak pernah melalaikan tugasnya sebagai istri termasuk masalah ranjang. Rocelin terkejut saat Juan masuk kedalam kamar mandi sembari melepas pakaian nya dengan santai seakan dia tidak ada di sana. Rocelin berusaha tidak menatap Juan, dia sedang menuangkan sabun di bathub lalu menyalakan lilin aromaterapi kesukaan Adira. Juan masuk kedalam bathub lalu berendam di sana sembari memejamkan matanya, Rocelin terdiam sesaat menatap wajah tenang Juan, kedua matanya kembali memanas karena ia ingin menyentuh wajah tampan itu dengan kedua tangannya. "Aku mencintaimu Juan." Gumam Rocelin lalu beranjak dari sana. JDUG!! Rocelin terdiam sesaat ketika merasakan nyeri di belakang kepalanya. Ia melihat botol sabun yang terjatuh di kakinya, ia pun mengambilnya lalu meletakkan di atas wastafel. "Jangan pernah mengucapkan hal menjijikkan." Peringat Juan sembari menggeram marah. Rocelin bergumam lalu pergi dari sana, namun ia kembali lagi untuk mengambil pakaian kotor Juan. Pria itu akan memukulinya jika ia lupa mengambil pakatan kotor di kamar mandi. Sebelum tidur Rocelin menyimpan makanan yang sudah in masak di dalam lemari es agar bisa ia makan untuk keesokan harinya. Dia tidak suka membuang makanan karena ia tahu bagaimana sulitnya mencari uang untuk sesuap nasi. Dia masuk ke dalam kamarnya sendiri yang berada di seberang kamar Juan. Sedangkan kamar Juan dan Adira ada di samping kamar Juan, dia tidak pernah menginjakkan kakinya di sana sepeninggal Adira karena Juan melarangnya. Kamar yang sekarang ditempati oleh Juan adalah bekas tempat kerja pria itu, namun harus ia jadikan kamar untuk menyalurkan hasratnya kapada Rocelin. "Bodohnya aku." Rocelin tertawa pelan sembari mengobati luka di jarinya. Setelahnya ia berusaha memejamkan matanya namun ia tak bisa. Ia pun memuruskan untuk turun kebawah menuju halaman belakang. Namun la melihat Juan sedang duduk di pinggiran kolam ranpa memakai atasan. Rocelin memberanikan diri untuk menghampiri Juan. Namun ia menghentikan langkahnya saat mendengar isak tangis Juan. Pria itu menangis lirih dengan bahu bergetar nya. Hati Rocelin sakit melihat pria itu menangis, ini pertama kali baginya melihat Juan menangis. Juan yang selalu ia lihat hanyalah pria yang dingin, suka bertindak kasar kepadanya, dan selalu tak tersentuh. Rocelin melangkah ragu ke arah Juan dan sepertinya pria itu menyadari kehadirannya. "Juan, Kak Adira akan sedih jika melihatmu menangis." Ujar Rocelin dengan lembut. Ia mengulurkan tangannya di atas kepala Juan, lalu ia mengelusnya dengan perlahan, la cukup terkejut saat Juan tidak menyingkirkan tangannya. "Kapan istriku kembali? Aku merindukannya." Juan membuka suara. Dia sangat rindu dengan Adira, elusan di kepalanya terhenti. Ia menengok ke arah Rocelin dan ia melihat kedua mata Rocelin bergetar berusaha menghindari tatapan nya. Juan berdiri di depan tubuh Rocelin yang tingginya hanya sebatas dagunya. Ia menatap kedua mata Rocelin tanpa berkedip. "Kau benar-benar jatuh cinta denganku, eh??" Juan menaikkan sebelah alisnya. Rocelin menunduk, dia tahu jika Juan tengah mengejeknya. "Kau boleh merendahkanku-tapi jangan pernah merendahkan cintaku." Ujar Rocelin dengan suara bergetar nya. Juan tertawa terbahak dibuatnya, bahkan ia mendorong kepala Rocelin berkali-kali dengan kuat hingga tubuh Rocelin mundur beberapa langkah. "Dengar." Juan mencengkeram rahang Rocelin dengan kuat. Kedua mata Rocelin sudah mengalirkan air mata, dia menatap sakit terhadap apa yang dilakukan Juan kepadanya. "Aku tidak membutuhkan cintamu. Yang aku butuhkan hanya istriku." Juan menghempaskan kepala Rocelin dengan kasar lalu masuk kedalam rumah. Rocelin menghela napasnya panjang la sangat frustasi hidup berdampingan dengan Juan, Dia seringkali ingin kembali ke kehidupan nya tanpa kehadiran Juan. Dia masuk kedalam kolam renang, ia hanya berdiam di sana sembari meratapi nasibnya yang tak kunjung membaik. "Apa dosa yang sudah kuperbuat hingga Tuhan menghukumku seperti ini?" Rocelin memejamkan matanya menikmati rasa dingin yang menusuk tulangnya. la mengernyit pelan saat merasakan rasa perih di punggungnya karena terbentur pinggiran meja akibat dorongan dari Juan. "Apa yang kau lakukan? Lakukan tugasmu!" Juan berteriak marah dari atas balkon. Rocelin mendongak melihat Juan yang hanya memakai hoxer ketatnya. Dengan patuh dia segera melepas pakaian basahnya lalu hanya memakai bathrobe menuju kamar Juan. "Kau benar-benar lamban!" Kesal Juan sembari membanting tubuh Rocelin dengan kasar di atas ranjang. Juan membuka tali bathrobe Rocelin lalu menyerangnya tanpa aba-aba. Rocelin hanya berusaha menikmati sentuhan Juan, dia meremat surai Juan sebagai pelampiasan karena rasa nikmat dan sakit sekaligus. Tangan Juan mengelus pinggang ramping Rocelin namun terhenti saat mendengar ringisan kecil dari mulut Rocelin. Juan melihat pinggang Rocelin, la melihat memar di sana yang sangat kontras dengan kulit Rocelin yang berwarna putih. "Aku tak apa. Lanjurkan." Ujar Rocelin sembari meremas pelan bahu Juan agar menatapnya. Juan menatap wajah cantik Rocelin dengan seksama, dia melihat kedua mata Rocelin yang terlihat membengkak. Rocelin mengecup bibir Juan dengan lembut, ia cukup terkejut karena sang suami tidak menghentikan kecupannya. Ia pun menangkup rahang tegas Juan lalu mengecupi bilah bibir Juan dengan lembut. "Juan.." Rocelin menatap kedua mata Juan dengan penuh cinta. Rocelin memeluk leher Juan lalu mengusaikan hidung hangirnya di ceruk Jeher Juan dengan manja. "Aku mencintaimu." Bisik Rocelin lalu kembali mengecupi bibir Juan. Juan hanya diam tak bereaksi, ini pertama kalinya Rocelin bertindak berani seperti ini. Rocelin kembali membaringkan kepalanya di atas bantal dengan kedua tangan yang masih mengalung indah di leher Juan. "Apa aku berbuat salah kepadamu?" Tanya Rocelin dengan lembut. Rocelin mengelus pipi tirus Juan dengan sayang ia sedari tadi mati-matian menahan rasa takutnya jika saja Juan marah karena kelancangan nya. "Aku membencimu." Gumam Juan dengan suara huskynya. Rocelin tersenyum kecut, dia menarik tubuh Juan agar berbaring di sampingnya. Juan terkejut saat Rocelin tengkurap di atas tubuhnya. "Apa salahku hm? Kenapa kau membenciku?" Tanya Rocelin sembari menatap sedih Juan. Kedua kaki Rocelin melingkari perut berotot Juan. Dia menumpukan tubuhnya dengan siku agar tidak menindih Juan. "Hm?" Rocelin sedang menunggu jawaban Juan. Juan terdiam sesaat lalu ia menarik sudut bibirnya kecil. "Segala sesuatu yang berhubungan dengan masa lalu kita, maka aku membencinya." Jawab Juan tanpa keraguan. Wajah Rocelin seketika menjadi murung, dia tahu jika Juan membenci ayahnya. Namun ia merasa tidak seharusnya ia merasakan kemarahan Juan, terhadap apa yang terjadi pada mereka terdahulu. "Kenapa harus aku? Kenapa kau hanya menyakitiku?" Suara Rocelin bergetar. Rocelin memeluk tubuh Juan. menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Juan. "A-aku tidak tahu apapun Juan ... hiks aku tidak tahu." Tubuh Rocelin bergetar hebat. Juan mengepalkan tangannya dengan kuat la menyingkirkan tubuh Rocelin dari atas tubuhnya. Braak! Juan duduk di atas perut Rocelin. la mencekik leher Rocelin dengan kuat hingga sang empu berusaha melepaskan tangan Juan. "Nnghhkk!!!" Kedua kaki Rocelin meronta berusaha kabur dari cekikan Juan. "Jalang sialan." Geram Juan sembari mengeratkan cekikan nya. Kedua mata Rocelin memerah hingga berair, mulutmu terbuka lebar berusaha mengais udara. Juan pun melepaskan cekikan nya, Rocelin bernapas dengan kasar bahkan terlihat shock. Juan menyeringai kecil, dia mengangkat tangannya lalu- PLAAK! PLAAK! PLAAK! Juan menampar pipi Rocelin dengan kuat beberapa kali. Rocelin tidak bisa melawan, dia hanya bisa diam agar tidak membuat Juan lebih marah. Dia sangat bodoh karena sempat berharap jika Juan akan luluh kepadanya beberapa saat yang lalu. "A-aku bodoh," Rocelin terlihat kesulitan mengeluarkan suaranya. Juan menatap datar wajah Rocelin yang terlihat berantakan. Sudut bibir Rocelin sobek berdarah karena tamparan kuatnya. "Memang sangat bodoh." Juan terkekeh pelan lalu ia berdiri di atas kasur. "Sangat bodoh." Juan menginjak pipi Rocelin lalu meludahi wajah wanita manis itu tanpa belas kasihan. . Juan bangun dari tidur nyenyak nya, ia segera mandi dan bersiap menuju kantor. Setelah selesai dia turun kebawah untuk sarapan namun kosong, dia tidak menemukan makanan apapun atau bahkan menemukan Rocelin. Dia terlihat kesal, ia pun melangkah lebar menuju kamar Rocelin. Dia membukanya dengan kasar lalu masuk kedalam, langkahnya terhenti saat melihat tubuh Rocelin masih terbuka karena sisa bersama mereka semalam yang tidak bisa dibilang membuatnya nikmat. Karena yang dirasakan Rocelin rasa sakit dan sakit dari perlakuan kasar Juan. Juan melihat bekas cekikan nya di leher Rocelin. Din mendekat ke arah Rocelin lalu menatap dengan seksama wajah cantik Rocelin yang terdapat jejak air mata wanita itu. Kedua sudut bibir Rocelin berdarah karena tamparan kerasnya bahkan dia beberapa kali memukul rahang Rocelin untuk melampiaskan rasa nikmat yang ia rasakan saat menyetubuhi Rocelin. Dia mengambil selimut Rocelin yang terongguk di lantai, dia mengambilnya lalu menyelimuti tubuh telanjang Rocelin dengan ragu. "Sial" Juan mengacak kembali selimutnya lalu melempar ke tubuh Rocelin dengan kesal. Tanpa berkata apapun lagi-ia keluar dan memilih segera pergi ke perusahaan. Suara hujan dan angin ribut terdengar nyaring dari dalam kamar Rocelin. Ia mengerang kecil dalam tidurnya karena tubuhnya terasa sangat sakit dan ngilu dimana-mana, kepalanya terasa pening. Dia berusaha membuka matanya dan ia menyalakan lampu di atas malasnya lalu melihat jam dinding. Ia membulatkan matanya saat menyadari jika sudah menjelang sore, dia seharian belum beranjak dari ranjang karena rasa sakit di tubuhnya. Ia termenung sesaat, itu artinya tadi pagi Juan tidak ada yang melayani. Jantungnya berdegup kencang karena rasa takut, dia takut jika suaminya itu marah dan kembali melampiaskan amarahnya ke tubuhnya. Baru saja semalam dia menerima perlakuan kasar Juan saat bercinta, tubuhnya penuh dengan luka memar keunguan yang rasanya mampu menguncang semua organ tubuhnya jika digerakkan, Ia menghela napasnya panjang dia tidak berani keluar kamar. Ia pun berjalan tertatih menuju pintu kamar. Dia mengunci pintu kamarnya agar Juan tak bisa masuk. Dia benar-benar belum siap jika mendapatkan yang lebih dari semalam. Tanpa Rocelin sadari-Juan sudah berada di rumah beberapa saat yang lalu. Pria tampan itu sibuk dengan laptopnya di ruang keluarga. Juan berusaha tidak menatap lantai atas untuk menahan sesuatu di dalam dirinya yang bergejolak. Dia berada di kegiatan yang sama hingga jam 8 malam, ia terdiam sesaat lalu menutup laptopnya, la hendak berteriak memanggil Rocelin namun ia urungkan saat wanita manis itu sudah turun lebih dulu. Rocelin berjalan tertatih menuruni tangga, mata tajam Juan menatap penampilan Rocelin tanpa berkedip. Rocelin belum menyadari keberadaan nya yang sedang menatap Rocelin intens. Wanita manis itu hanya memakai kaos tanpa lengan sebatas paha saja. "Apa yang kau lakukan seharian ini?! Bermalas-malasan?!" Geram Juan sembari menghampiri Rocelin. Juan terlonjak kecil karena terkejut, dia menatap takut Juan yang mendekat ke arahnya. Bahkan kedua tangan Rocelin bergetar dan terasa dingin. Juan berdiri tepat di depan tubuh Rocelin yang terlihat menegang, la menatap penampilan Rocelin dari atas kebawah dengan seksama, ia menarik sudut bibirnya kecil. "Kau berusaha menggodaku hm?" Juan mengangkat dagu Rocelin agar menatapnya. Rocelin menggelengkan kepalanya kaku, dia berusaha melepaskan tangan Juan dari dagunya. Juan mengapit dagu Rocelin dengan kuat- lalu ia merendahkan kepalanya. Rocelin memejamkan matanya erat, napasnya mulai terdengar kasar karena ia ketakutan. "J-jangan sakiti aku." Cicit Rocelin sembari meremas kedua tangannya dengan kuat hingga memerah. Juan menelisik wajah Rocelin yang penuh dengan lebam. Dia menjilat dengan pelan luka di sudut bibir Rocelin yang mana membuat sang empu memekik kesakitan. Kedua mata Rocelin terbuka dengan genangan air di pelupuk matanya, la berusaha mengucap sesuatu. "Biarkan aku memasak untukmu lebih dulu, Setelah itu kau bisa melakukan apapun." Rocelin melepaskan tangan Juan dari dagunya dengan perlahan. Juan menjauhkan kepalanya lalu naik ke atas begitu saja meninggalkan Rocelin yang bernapas lega. Hembusan napas Rocelin terlihat bergetar karena ia benar-benar takut, dia belum siap menerima kekerasan Juan lagi karena tubuhnya masih sangat sakit. Dia pun segera pergi ke dapur dan memasak untuk mereka berdua. Rocelin terlihat sesekali melamun hingga pisau mengenai beberapa jarinya. Ia pun memanggil Juan agar turun untuk makan malam. Mereka berdua makan dalam keheningan yang mencekam. "Sshh.." Rocelin meringis kecil saat tidak bisa menggunakan sumpitnya karena luka goresan pisau di jarinya. Juan melihat hal itu, dia berdecak kesal karena suara ringisan Rocelin sangat mengganggunya. Rocelin menutup bibirnya rapat rapat, dia pun memutuskan makan menggunakan tangan kiri namun tetap saja kesulitan Ia pun melirik Juan takut-takut. Ia lapar sekali karena sejak pagi tidak makan apapun. In rasa akan pingsan sebentar lagi karena ia butuh asupan. "Aku takut dia marah." Batin Rocelin ragu mengenai apa yang akan ia lakukan. Namun ia membulatkan tekat untuk beralih duduk di samping Juan. Pria tampan itu terlihat mengernyit dan menatapnya tidak suka. Rocelin menarik kecil kaos santai yang dipakai Juan. "Bisakah kau menyuapiku?" Tanya Rocelin dengan satu tarikan napas. Juan menaikkan sebelah alisnya memproses kalimat yang diucapkan Rocelin. Dan beberapa saat ia pun mengerti, la menatap tajam ke arah Rocelin. "Jariku terluka. Aku lapar sekali." Gumam Rocelin sedih sembari menunduk menatap luka goresan di jarinya yang tidak sedikit. Juan mengambil kasar mangkuk Rocelin lalu menyuapi istrinya dengan kasar dan wajahnya terlihat tidak ikhlas, Rocelin menerima suapan bar-bar Juan dengan senang hati. "Terima kasih." Ujar Rocelin di sela-sela kunyahan nya. Juan enggan menatap wajah Rocelin, dia merasa bodoh karena menururi kemauan Rocelin. Tak sengaja mata tajamnya melihat luka memar di lengan Rocelin, ia sadar jika itu karena ulahnya. Rocelin melihat arah pandangan Juan, dia mengintip wajah suaminya dengan kedua mata yang terlihat penasaran. Juan terlihat terkejut karena wajah Rocelin sangat dekat dengan wajahnya, ia pun mendorong kepala Rocelin dengan jarinya. Rocelin merengut lucu lalu tersenyum kecil. "Juan maafkan aku karena pagi tadi tidak membuatkanmu sarapan." Ujar Rocelin setelah menelan makanan nya. Juan hanya diam, dia menyuapi Rocwl untuk suapan terakhir. Dia pun kembali melanjutkan makannya sembari ditemani Rocelin di sampingnya. Rocelin menatap wajah tampan Juan dengan berbinar, hal itu membuat Juan sedikit terganggu. Ia menutup wajah mungil Rocelin dengan tangan kirinya lalu ia lanjut makan. Rocelin tertawa kecil, dia membiarkan Juan menutupi wajahnya hingga pria itu selesai makan. Juan segera meninggalkan Rocelin sendirian yang membereskan meja makan. "Bisakah aku membuatmu membalas cintaku Juan?" Monolog Rocelin kepada dirinya sendiri. Dia merasa putus asa hanya dengan memikirkan nya, namun tak hayal jika ia ingin melakukan itu. Dia ingin Juan membalas cintanya dan dengan itu bisa meredam amarah Juan kepada Ayahnya. Akan kucoba. Dan benar saja, keesokan harinya Rocelin membangunkan Juan dengan cara yang manis "Juan, bangun." Rocelin mengecupi wajah tampan Juan dengan lembut. Dia mengelus surai prianya dengan lembut, mengecup bibirnya berulang kali dengan berani. Dan akhirnya Juan terbangun dengan wajah Rocelin yang berada di dekat wajahnya. "Selamat pagi Juan." Rocwl mengusap lengannya yang terasa sakit. Dia mengekor Juan ke kamar mandi. dia melepas semua pakaian nya dan ikut berendam di bathub bersama Juan. "Bukankah suami istri wajar melakukan hal seperti ini?" Gumam Rocelin dengan tidak percaya diri. Juan tertawa sarkas, dia menekan leher Rocelin dengan telapak kakinya. " Aku akan tetap menghancurkanmu." Ujar Juan dengan wajah dinginnya. Rocelin terdiam, dia mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan Juan. Dia tertawa kecil menertawal ucapan Juan. "Namun aku sudah lebih dari hancur." Rocelin menyingkirkan telapak kaki Juan lalu mengecupaya pelan sebelum ia tersenyum manis dengan luka di sudut bibirnya. Jua menyingkirkan kepala Rocelin dari wajahnya dengan kasar hingga Rocelin membentur nakas di sebelah tempat tidur Juan. "Kasar sekali." Cicit Rocelin sembari mempertahankan senyumannya. "Permainan apa yang kau lakukan?!" Juan berteriak marah. Rocelin terdiam, dia menunduk sesaat lalu menggelengkan kepalanya. Rocelin menatap sedih Juan sembari menahan kaki sang suami agar berhenti menekan lehernya. "Kau benar-benar menjijikkan. Kau tidak lebih dari seorang jalang bagiku, sadarlah jika aku melakukan pernikahan ini hanya untuk Adira." "Tidak perlu berusaha terlalu keras Juan. Sebelum ini hidupku pun sudah hancur." Rocelin keluar dari sana. Juan mendengus dengan kasar karena ucapannya dilawan oleh Rocelin. Dia pun segera menyelesaikan mandinya dan pergi begitu saja mengabaikan Rocelin yang sudah menunggunya di meja makan dengan senyuman penuh harapnya. "Sampai kapan seperti ini?" Rocelin menumpukan kepalanya di atas lipatan tangannya. Dia ingin kembali ke kehidupan nya yang sebelumnya. Dia merasa tidak sanggup jika diperlakukan Juan seperti ini secara terus menerus, dia lebih baik tidak bisa makan dari pada ia bisa makan namun jiwa raganya yang tersakiti. Dia bukan wanita masocist yang dengan senang hati menerima rasa sakit ini semua. la bertahan di sisi Juan hanya karena kebaikan Adira. Dia berjanji kepada dirinya sendiri akan pergi dari kehidupan Juan dengan cepat jika Adira sudah kembali. Dia ingin mencari kebahagiaan nya sendiri dan melenyapkan nama seorang Juan dari hidupnya. . "Bagaimana keadaanmu?" Tanya Mike kepada Rocelin yang sedang duduk di samping Juan, Tiba-tiba saja Mike datang berkunjung ke rumah mereka. Juan terkejut dengan keberadaan adik iparnya, dan la berusaha memperlakukan Rocelin dengan baik. Benar-benar seperti anjing bukan? "Aku baik-baik saja Kak." Rocelin berusaha tersenyum seakan semua memang baik-baik saja. Mike mengangguk pelan, dia menatap Rocelin dengan seksama karena merasa wanita manis itu terlihat semakin kurus. Apa Rocelin tidak makan dengan baik? "Kapan kalian memberiku keponakan?" Tanya Mike dengan wajah antusiasnya. Juan terbatuk kecil karena terkejut akan pertanyaan adik iparnya. Ia meremas pelan pinggang Rocelin agar Juan yang terlihat menyembunyikan rasa kesalnya. "Kau tidak boleh marah." Rocelin tertawa kecil sembari mengecup gemas pipi Juan karena tidak bisa berbuat apapun. Dia menaikkan sebelah alisnya saat Rocelin menghamburkan pelukannya di tubuh Juan. Juan terpaksa diam tak menyingkirkan Rocelin dari tubuhnya. Dan tak lamapun Mike kembali dengan semangkok sereal. "Aku akan tidur di sini Kak. Aku malas pulang." Mike masuk kedalam kamarnya yang ada di sini. Rocelin ingin berterima kasih dengan Mike karena pria itu memperpanjang masa jinak Juan. "Kau harus tidur bersamaku Juan. Tidak ada kekerasan malam ini." Rocelin tersenyum senang hingga kedua matanya menyipit. Juan merasa aneh saat melihat wajah Rocelin yang begitu bahagia mengucapkan hal itu. "Lihat saja apa yang akan kulakukan besok." Geram Juan yang mana membuat Rocelin menghilangkan senyuman nya. melupakannya sejenak malam ini. Dengan berani Rocelin duduk di atas pangkuan Juan. "Kau benar-benar menyebalkan Rocelin." Geram Juan dengan terpaksa dia membiarkan Rocelin berada di pangkuannya sedangkan ia bermain game hingga larut malam. Rocelin sudah tertidur di pangkuannya. la mengerjap beberapa kali lalu mengernyit jijik terhadap apa yang barusan ia lakukan. Ia meletakkan game stick nya lalu menatap wajah damai Rocelin. "Bertahanlah di sisiku hingga kau benar-benar hancur." Ujar Juan sembari mengamati wajah cantik Rocelin. Dia terkejut saat Rocelin membuka matanya, Juan tak mengalihkan pandangannya. Justru dia semakin menatap intens kedua mata Rocelin kembali. "Juan, Selama itu aku akan menjadi orang bodoh yang mencintaimu." Rocelin mengecup bibir Juan lalu melumatnya pelan. Juan memejamkan matanya membiarkan Rocelin melumat bah hibirnya, la memeluk pinggang Rocelin saat pria itu hampir saja terjatuh. Rocelin tersenyum didalam ciumannya. Rocelin melepaskan ciuman nya lalu menatap wajah Juan. Dia mengelus rahang tegas Juan dengan tatapan penuh cintanya. "Kuharap kau bisa bertahan dari serangan cintaku." Rocelin tersenyum kecil lalu menghisap dagu Juan hingga meninggalkan ruam kemerahan di sana. Juan berdehem kecil saat Rocelin mengecupi bibirnya berkali-kali dengan senyuman yang terlihat tulus. "Bocah ini."Geram Juan di dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN