Insiden

1425 Kata

Pak Aji mendengar saksama masukan dariku. Senyumnya menghilang saat menyeruput kopi. Aku menghela napas panjang, meletakkan pena di atas buku catatan, lantas meraih gelas minumku. Dalam sekali tegukan, Lime Squash di gelas itu habis. Udara hari ini panas menyengat. Kata Mama, biasanya akan turun hujan malam hari jika siangnya sepanas ini. “Sabda tidak pernah menyusahkan kamu, kan?” Mendengar pertanyaan itu, aku sontak mengangkat kepala. “Ah, tidak. Saya senang membantu dia dan sebaliknya.” Aku menyunggingkan senyum semringah. Membantu mengendalikan pasukan Sheila kuanggap sebagai prestasi yang luar biasa. Pak Aji terkekeh. “Kalau begini saya yang ikut senang. Sudah lama dia tidak berhubungan dengan perempuan. Jadi rasanya, keberadaan kamu sangat membantunya melupakan rasa kehilangannya.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN