Shireen tiba di kamar kostnya cukup malam, bajunya agak basah. Meski memakai jas hujan, namun bagian dari lehernya tembus yang membuat air hujan tetap masuk.
Dia langsung mandi dengan air dingin, maklum kamar kost tempatnya bernaung tidak dilengkapi pemanas air.
Setelah mandi, dia memutuskan menyeduh teh manis, tampak beberapa bingkai foto dirinya bersama Danna membuatnya sangat geram. Masih terbayang adegan panas yang memuakkan itu di matanya.
Bagaimana bisa sahabatnya mengkhianatinya seperti ini? Padahal dia yang mengenalkan Shireen dengan Danna, jika memang sejak awal dia menyukainya, harusnya mereka saja yang berpacaran!
Shireen melihat ponselnya yang mati, sangat enggan memegangnya, namun dia teringat bahwa dia sering mendapat pesan dari atasannya mengenai hal yang harus dikerjakan besok. Dia masih ingin bekerja di tempat itu.
Dia pun mengisi daya ponsel itu, sambil menunggu, dia pun mengambil kantung berisi roti-roti yang dibelinya tadi. Cukup banyak. Dia pun memeluk roti-roti itu dan membawanya keluar kamar kost.
Diketuk pintu kost sampingnya, seorang wanita memakai pakaian tidur keluar sambil ngulet.
“Reen, ada apa?” tanyanya.
“Maaf ganggu tidurnya, mau roti?” tawar Shireen, wanita yang matanya setengah terpejam itu pun dengan cepat terjaga sepenuhnya.
“Wihhh asik, habis dapet bonus ya? Mau dua ya,” ujarnya.
“Ambil aja,” ucap Shireen. Dia kemudian menuju pintu kost sebelahnya, dia membagikan roti itu hingga seluruh penghuni kost kedapatan. Sebaiknya dia beramal dari pada roti itu dibiarkan berjamur. Lagi pula dia sudah tak bernafsu memakan roti tersebut.
Masuk ke kamarnya, ketika ponselnya sudah terisi daya, dia menyalakan tombolnya. Puluhan bahkan ratusan pesan masuk ke ponselnya.
Dia tak mau membuka pesan dari Danna, dia memilih membaca pesan dari Ayana yang menanyakan keberadaannya. Shireen menjawab pesan itu dengan mengirim gambar dirinya yang sudah berada di rumah.
Ayana membalas dengan foto jempol tangan, ya jempol tangannya yang tidak jelas itu.
Setelahnya Shireen membaca pesan dari ayah Ayana yang mengatakan bahwa Shireen boleh izin besok. Sepertinya Ayana sudah menceritakan secara garis besar pada ayahnya tentang keadaan Shireen. Namun, Shireen akan tetap masuk besok. Di kamar kost hanya akan membuatnya selalu kepikiran dengan perselingkuhan mengesalkan itu.
Shireen juga melihat pesan dari Steffani. Yang meminta maaf padanya, namun tak ada kata-kata penyesalan dari pesannya. Dia hanya berkata bahwa mereka sudah lama berselingkuh! Menyebalkan memang.
“Ambil aja, buat kamu deh. Aku enggak suka barang bekas!” tulis Shireen, setelah pesannya terkirim, dia pun memblokir kontak Steffani.
Shireen tergelitik membaca pesan dari Danna, rupanya pria itu sempat menunggunya di depan kamar kost, namun dia diusir penghuni kost lain karena keberadaannya cukup mengganggu. Shireen menggaruk kepalanya. Apa mungkin para penghuni kost menyangka dia membagikan roti karena kejadian pengusiran pacarnya?
Pantas saja mereka hanya tersenyum tak enak ketika Shireen membagikan roti-roti itu. Biarlah, tak semua hal harus dijelaskan kan?
Mata Shireen mulai mengantuk, dia pun terlelap. Hingga dia bangun cukup kesiangan. Dia tergesa mandi dan berangkat kerja, di atas motor milik Shireen tengah duduk seekor monyet! Ups, maksudnya pria seperti monyet yang menggaruk hidungnya, lalu tanpa tahu malu pria itu justru mengupil.
“MAU APA LAGI KAMU!!!” sentak Shireen pada lelaki yang kemarin masih menjadi kekasihnya itu.
“Sayang, aku mau minta maaf sama kamu,” ucap Danna tanpa tahu malu.
“Enggak akan aku maafin kamu! Aku minta kembali uang muka rumah itu!” ujar Shireen.
“Mana ada, Sayang? Kamu tahu sendiri aku nabung untuk pernikahan kita kan?”
“Nah itu kan ada uang tabungan untuk pernikahan. Aku sudah enggak mau lagi berhubungan sama kamu! Jadi cepat kembalikan atau aku akan menuntut kamu!” geram Shireen.
“Nuntut? Enggak ada hitam di atas putih, Sayang,” tutur Danna menjengkelkan.
“Awas! Aku mau kerja!!” ujar Shireen. Dia mendorong Danna hingga pria itu hampir terjungkal, salah sendiri kakinya ditaruh di atas!
Setelahnya, Shireen melengos pergi ke tempat kerja. Seharian bekerja dia merasa kurang fokus. Dia ingin mengadukan hal ini pada orang tua Danna.
Karena itu di sore hari dia segera menuju rumah orang tua Danna.
Kedua orang tua Danna tampaknya belum tahu dengan permasalahan yang dialami.
“Tumben sendirian?” tanya ibu Danna melihat tangan Shireen yang kosong. Terus apa yang dia harapkan? Membawa buah tangan? Dasar!
“Aku mau bicara serius dengan ibu dan bapak, aku sudah putus dengan mas Danna. Dia selingkuh dengan Steffani,” ucap Shireen dengan suara bergetar. Kedua orang tua Danna saling tatap.
“Kamu ada bukti mereka selingkuh?” tanya ayah Danna.
“Aku lihat langsung, temanku saksinya, Pak. Karena itu ... aku memutuskan hubungan ini, dan aku harap mas Danna bisa mengembalikan uang muka rumah yang kami berikan ke developer,” ujar Shireen. Keduanya justru menahan tawa.
“Jadi Danna benar berselingkuh dengan Steffani?” tanya ibu Dannya sambil menutup mulutnya membuat kening Shireen berkernyit.
“Bu?” panggil Shireen.
“Kami akan tetap melangsungkan pernikahan, tapi tentu saja bukan kamu wanitanya. Jadi tunggu saja uang kamu kembali setelah kami mendapat uang dari kondangan, oke? Jaga diri baik-baik, semoga ada keluarga yang mau menerima kamu ya, anak yatim piatu,” ucap ibu Danna yang benar-benar menyakiti hati Shireen. Dia mengepalkan tangannya dan memaksakan senyumnya.
Shireen berdiri dan menatap kedua orang tua Danna bergantian.
“Aku memang yatim piatu, Bu, Pak. Tapi aku tahu cara menjaga diri, enggak sembarangan melakukan hubungan suami istri dengan laki-laki yang belum menikahinya! Coba tanya aja sama mas Danna, apa selama berpacaran aku pernah melakukan hubungan intim dengannya? Pasti dia jawab enggak. Dan selamat ya, bapak dan ibu akan mendapat menantu yang ‘Gampangan!’ Selamat tinggal, saya akan datang di pesta pernikahan anak bapak dan ibu, jadi jangan kecualikan saya dari undangan!” ujar Shireen sambil lalu.
Shireen membiarkan air matanya menetes di sebalik tubuhnya, orang tua Danna sangat geram dengan kata-kata Shireen yang menurutnya kurang ajar. Apakah itu artinya dia sedang mengajari mereka untuk menjaga anak mereka? Tahu apa anak bau kencur itu!
Shireen melajukan motor maticnya, teringat bahwa dia harus mengembalikan jas hujan, dia merasa sangat sedih. Dia pikir, setidaknya orang tua Danna akan membelanya, namun ternyata tidak! Harusnya dia tidak berekpektasi tinggi akan hal ini.
Padahal Shireen selalu ada di saat mereka butuh, dia selalu membantu orang tua Danna, terlebih ketika ada acara keluarga, dia tak segan membantu mengerjakan seluruh pekerjaan rumah. Dia selalu bersikap baik dan menganggap mereka keluarga. Di hari ibu saja dia selalu membuatkan bucket bunga yang diisi uang, juga hadiah. Namun, apa yang dia dapat? Hanya penghinaan.
Shireen mematung di depan gerbang hitam rumah pria baik yang dia ajak nikah semalam. Dia memang merasa sudah gila! Bagaimana bisa dia mengajak menikah orang yang baru dia kenal.
Lalu sebuah mobil berhenti di depan gerbang, Gyandra keluar dari mobil sambil tersenyum. Dia membuka gerbang dan memasukkan mobilnya, lalu menghampiri Shireen.
“Masukkin aja motornya, ada yang mau saya bicarakan,” tutur Gyandra. Shireen hanya mengangguk sambil menyalakan motornya dan memarkirkan di samping mobil Gyandra. Dia juga mengambil plastik berisi jas hujan Gyandra.
Shireen kemudian masuk ke dalam rumah itu, rumahnya terasa sangat hangat. Meski barang-barangnya tidak banyak, namun semua tertata rapih dan sesuai porsinya.
Gyandra membawakan minuman dingin untuk Shireen dan meletakkan di meja. Shireen menyerahkan jas hujan yang dia pinjam.
“Terima kasih untuk jas hujannya, dan maaf kalau semalam bicara saya melantur,” ucap Shireen pada pria yang memakai kemeja itu.
“Enggak masalah.”
“S-saya pamit ya,” ucap Shireen.
“Jadi tawaran menikah dengan kamu sudah enggak berlaku?” tanya Gyandra, Shireen yang semula akan berdiri itu kembali duduk dengan mata membelalak.
“A-abang ehm maksudnya kenapa abang tanya hal itu?”
“Ya, saya pikir enggak ada salahnya kalau kita menikah, tapi saya mau tahu apa alasan kamu meminta saya menikahi kamu?” tanya Gyandra. Shireen tergagap, semalam dia memang tidak berpikir jernih, namun tidak dengan saat ini. Ya meskipun dia masih sangat kesal dengan orang tua Danna.
“Saya ... saya patah hati jadi saya mengajak abang menikah, maaf ya. Saya hanya lelah menjalani kehidupan saya, saya ingin memiliki apa yang saya impikan tanpa harus bersusah payah.”
“Contohnya?”
“Rumah ini, saya tidak memiliki orang tua, sehingga memiliki rumah adalah sebuah kemewahan yang amat sangat bagi saya,” ucap Shireen.
“Hanya itu? Hanya ingin memiliki rumah?”
“Enggak juga, saya ingin membuktikan pada keluarga mantan saya, bahwa saya juga bisa mendapatkan laki-laki lain, bahwa ... bahwa masih ada keluarga lain yang mau menerima saya sebagai menantu,” ucap Shireen tanpa aba-aba, air matanya mengalir begitu saja. Dia menyekanya dengan kasar.
“Jadi mau balas dendam?”
“Kurang lebih,” jawab Shireen sambil menatap pria di hadapannya.
“Oke kalau gitu, saya akan bantu kamu balas dendam, tapi saya enggak mau melakukannya secara cuma-cuma.”
“Maksudnya?”
“Ya saya mau kita menikah benaran, dengan begitu kamu bisa membuktikan ke pada mereka bahwa kamu juga bisa memiliki keluarga, ya Kan?” tanya Gyandra. Shireen tidak berpikir ulang ketika menyetujui ajakan menikah dari Gyandra. Tak peduli dengan perasaan, toh cinta bisa datang setelah menikah kan? Dari pada cinta yang sempat ada, lalu hilang setelah menikah! Amit-amit!
Mereka pun saling bertukar nomor telepon untuk pertama kalinya. Bahkan Gyandra mengajak Shireen berkeliling di rumah itu. Shireen tidak bisa benar-benar bahagia mengingat kesakitannya, namun dia sedikit lega bahwa dia bisa membalas dendam dalam waktu dekat.
Setelah berkeliling, Shireen pun memutuskan untuk pulang, mereka berjanjian untuk bertemu satu minggu lagi.
Shireen memakai helmnya, lalu dia menyalami calon suaminya dengan canggung.
“Jangan berpikir tentang betapa lelahnya hidup ini, karena ... banyak orang yang justru berjuang untuk bisa hidup,” ucap Gyandra sambil tersenyum. Shireen baru pertama melihat senyum itu, senyumnya tampak tulus namun menyiratkan kesedihan sekaligus. Apakah Gyandra sedang mengasihaninya? Atau ... ada sesuatu yang dia sembunyikan?
***