Joana duduk di kursinya, memutar dirinya beberapa kali, sebelum akhirnya menatap Sekretaris Kang dengan tatapannya yang menyebalkan. Sekretaris Kang tersenyum secara paksa, bahkan orang bodoh sekalipun tahu bahwa senyum itu palsu.
"Bagaimana proses pencarian calon suamiku?" Tanya Joana dengan ekspresi yang amat sangat tidak ramah.
"Ada beberapa lamaran yang masuk Nona. Tapi, Mereka tidak tahu posisi yang sebenarnya."
"Good. Bisa gawat jika mereka tahu, mereka pasti akan berebut memasukkan lamaran, bikin tak nyaman saja."
"Yang benar saja, jabatan gila seperti itu, siapa yang mau melamar?" Sekretaris Kang, meracau dalam hati.
"Bacakan kandidatnya." Joana memutar kursinya sekali lagi, lalu berhenti, menyilangkan kakinya, bersiap mendengarkan.
"Nona. Kenapa butuh CV segala?"
"Kau lupa? Pekerjaan ini penting! Posisinya bukan main-main, Aku harus merekrut orang yang tepat!"
"Dasar stres, gila, sin ..."
"Kang Juri! Kau berpikiran jelek tentang Aku?"
Racauan Sekretaris Kang yang tak terdengar itu, terhenti seketika. Sekretaris Kang menelan ludah, lalu membuka berkas yang ada di tangannya sejak tadi.
"Saya tak pernah berpikir Nona, otak saya kosong."
"Jika Aku punya otak, Aku tak kan bekerja di sini." Batinnya lagi. Sekretaris Kang memberikan salinan pelamar kepada Joana. dia berdehem sejenak. Joana menyentuh bulpen yang tergeletak di meja. Sekretaris Kang segera membuka lamaran pertama, karena jika lebih lama lagi, bulpen tersebut bisa berakhir mendarat ke wajahnya.
"Kwon Hyunbin, seorang model ..."
"No! Terlalu tinggi. Next!"
Sekretaris Kang menghela nafas, lalu mengambil lamaran yang ke dua. "Kim Jinwoo. Seorang idol pen ..."
"Terlalu tampan. Next!"
Sekretaris Kang menggaruk kepalanya. "Selanjutnya ... Seorang idol, model dan ..."
"Next! Profesinya terlalu banyak."
"Park Ji ..."
"Hah! Wajahnya cantik seperti wanita! Out!"
"L-Lee ..."
"Duda? No! Next!"
Joana melempar lamaran demi lamaran di depannya. Kata "Next" menjadi kata berhantu untuk Sekretaris Kang hari ini. Setiap Joana mengucapkan kata itu, keringat dingin membasahi dahinya, tubuhnya merinding, dan ada indikasi akan pingsan.
"Nona. Tak ada lagi yang tersisa." Wajah Sekretaris Kang lesu, nafasnya terdengar lelah.
"Sial! Buang semua ini ke tong sampah! Membuatku sakit kepala, Arggh!"
Joana mengacak-ngacak rambutnya, Sekretaris Kang shock seketika. "Nona! Jangan mengacak-ngacak rambut anda, sebentar lagi kita ada meeting!"
"b******k! kenapa tak bilang dari tadi!"
Joana beranjak dari duduknya, bergegas ke luar ruangan.
"Nona, Mau kemana!"
"Mencari calon suamiku!"
Joana membanting pintu. Sekretaris Kang berlari mengikutinya. Sesampainya di depan lift, Joana memberi aba-aba ke Sekretaris Kang agar memencet tombol lift.
"Kita mau ke mana Nona? Sebentar lagi ada meeting."
"Kau tidak bisa diandalkan! Biar kucari calon suamiku sendiri."
Joana menjelajahi gedungnya, bahkan ke tempat yang tak pernah dia lewati selama ini. Sekretaris Kang mengeluh beberapa kali. Kakinya sakit karena mengikuti Joana tanpa henti.
"Dia bahkan tak kenal, artis di agensinya sendiri, sekarang dia mau mencari apa?" Sekretaris Kang hampir menangis. Kini mereka berada di lantai dasar. Joana menatap kesekitar.
"Sekretaris Kang, itu siapa?"
"Itu Choi Jinhyuk Nona, salah satu aktor kita, tapi dia sudah menikah."
"Sial! Yang berkualitas selalu saja sudah milik orang lain."
"Nona, 10 menit lagi meeting, kita harus pergi."
"Shut up Kang Juri! Jika aku tak menemukan calon suamiku hari ini! Kau dapat kehormatan besar untuk menikah denganku!"
"Maksud Nona? Aku ..."
Belum sempat Sekretaris Kang bicara, Joana sudah menghilang. Sekretaris Kang terpaksa berlari Mengejarnya. Joana terhenti. Satu pemandangan menarik perhatiannya.
"Sekretaris Kang, Kau belum beruntung. Aku menemukan calon suamiku."
"A-apa? Mana? Aktor yang mana?"
Sekretaris Kang, berusaha menemukan orang yang dimaksud Joana.
"Itu!" Joana menunjuk mangsanya. Tampak pemuda dengan tinggi kurang lebih 185cm, wajahnya tersenyum ceria, dengan tangannya yang sibuk menggulung kabel lampu sorot.
"Tukang Kopi?" Sekretaris Kang terbelalak. "Nona, dia hanya pekerja paruh waktu. Dia tak bisa akting."
"Bagus, berarti dia akan melakukannya secara alami. Bawa dia keruanganku."
"Kenapa harus dia? Dia hanya bocah lugu. Nona, tolong jangan merusak hidup orang lain."
"Merusak? Justru dia harusnya merasa terhormat karena Aku sendiri yang memilihnya!"
"Nona Tuan Lee sedang sakit, Jika ada masalah nantinya ..."
"Bawa dia ke ruanganku dalam lima menit. Atau kau mati! Ah, batalkan semua meeting hari ini, Aku sedang malas."
Joana berlalu meninggalkan Sekretaris Kang yang frustasi. "Ibu, Aku ingin berhenti, tapi Ibu baru saja kredit lemari, kredit mesin cuci, kenapa Ibu selalu mengambil kredit? Anakmu menderita Bu ...."
***
Wooseok melongo di ruangan Joana. Dia tak percaya dengan apa yang dia lihat. Ternyata benar, Joana adalah CEO gila yang selalu dibicarakan orang-orang.
"Nona, Anda pemilik perusahaan ini? Maaf Aku tidak tahu dari awal."
"Sekarang kau tahu. Siapa namamu?"
"Wooseok, Park Wooseok Nona, Aku sudah pernah memperkenalkan diri sebelumnya."
"Berapa umurmu?"
"28 Tahun Nona, tapi kenapa ...."
Joana tak menggubris Wooseok, dia sibuk mencatat segala informasi tentang Wooseok di atas selembar kertas.
"Kau pernah terlibat kasus kriminal?"
"Tentu saja tidak pernah Nona, Tapi ..."
"Kau merokok?"
"Tidak Nona."
"Bagus. Wajah bodoh, gaji pekerja paruh waktu sedikit kan?"
"Tapi untuk saat ini masih cukup Nona."
"Bekerjalah untukku. Aku akan beri bayaran tinggi, siapkan lamaran dan berikan ke Sekretaris Kang sebagai formalitas."
Sekretaris Kang menepuk keningnya. "Nona, setidaknya tanya dulu, dia mau bekerja dengan Nona, atau tidak?"
"Shut Up Sekretaris Kang! Wajah bodoh, ini bukan permintaan, ini perintah! mulai besok, Kau harus bekerja untukku."
"Tapi, Aku harus bekerja di bagian apa Nona?"
"Jabatanmu cukup tinggi. Menjadi suamiku."
"A-apa!"
To Be Continue