"Nona, hari ini saham turun," lapor Sekretaris Kang begitu Joana masuk ke ruangannya.
"Berapa persen?"
"Satu koma tiga persen ..."
"Oh, hanya segitu?"
"Oh? Nona, saham kita bisa lebih turun lagi. Apa tak sebaiknya kita buat pernyataan dan meminta maaf?"
"Kau pernah melihatku minta maaf?"
"Ya tidak pernah, tapi kan ..."
"Dia yang salah, kita tak perlu minta maaf."
"Laura salah apa? dia selama ini ..."
"Salah masuk perusahaan."
Perkataan Joana membuat Sekretaris Kang terdiam. Dia tak bisa mengatakan apapun lagi. Sekretaris Kang menghela nafas lalu membungkuk dan segera keluar dari ruangan Joana.
Joana membuka gawainya dan membaca berita. Semua penuh dengan berita LJ Entertainment yang bermasalah, "Gadis bermasalah ini, benar-benar tak punya kesadaran," ucapnya lalu menyeringai.
***
Joana baru saja pulang ke rumahnya. Dia bergegas memasuki kamar dengan raut wajah menyeramkan. Prang! Jo melempar vas bunga yang ada di kamar, membuat para pelayan tertunduk dan tak ada satupun yang berani bergerak,
“Aaa! brengsekk!, brengsekkk!" Jo mengacak-ngacak seprai dan bantal lalu menghamburkan semuanya ke seluruh ruangan, “Ya ampun aku kenapa? apa aku sudah gila? aku benar-benar sudah gila? aaa!" Joana menjambak rambutnya sendiri, dan kembali mengamuk.
“Jo!" Wooseok tiba-tiba masuk ke kamar, Jo bergegas merapikan rambutnya yang berantakan, lalu seperti biasa menaikkan dagunya dan memasang wajah ketus.
“Kau kenapa? kenapa mengacak-ngacak kamar seperti ini?" tanya Wooseok sambil melihat kamar yang seperti kapal pecah.
“Peláyan, semua keluar!" perintah Joana kepada para pelãyannya. Para pêlayan tanpa pikir panjang langsung berlari keluar dan menutup pintu kamar.
“Jo, kau baik-baik saja?” Wooseok mendekat, tapi dia tetap tak melewati tangga, batas wilayah mereka, "Kau stres karena masalah perusahaan? seharusnya kau berikan pernyataan yang jelas ke media, dan ..."
“Panda bodoh! apa yang kau tahu tentang perusahaan? ini tak ada hubungannya dengan perusahaan!"
"Lalu kau kenapa?"
"Kau benar-benar mau tahu? sebelum itu, jawab pertanyaanku. Apa yang kau lakukan di taman siang ini?"
“Aku? kenapa kau tiba-tiba ..."
“Kau benar-benar bodoh? Kau tidak mengerti maksudku? kau bertemu dengan wanita itu. Kau di taman bersama wanita itu, kan?”
“Wanita? maksudmu Seulgi?"
“Seulgi atau siapapun namanya, apa yang kalian lakukan di sana!?"
“Kami hanya bertemu, dan dia seperti biasa membawakanku makanan,”
“Dia membawakanmu makanan? dia selalu membawakanmu makanan, sepertinya dia pelayãn yang baik, dan kalian berduaan di taman, kau tidak punya otak? kau mau mati?"
“Apa maksudmu? kau bisa tidak bicara dengan kalimat yang baik!? memangnya kenapa jika aku bertemu dengannya? ingat perjanjian kita, tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing,”
“Kau tidak bisa berpikir? kau suamiku dan kau berduaan dengan wanita di taman? di tempat terbuka seperti itu? setidaknya pakai otakmu, jika media melihat, itu bisa bahaya, dasar kampungan!"
"Media bahkan tidak tahu siapa aku! tidak mungkin media meliput tentangku, jangan mengarang cerita!"
"Kau setiap hari keluar masuk dari rumahku, kau pikir media tidak akan mencari tahu? otakmu bisa kau gunakan, tidak?"
“Jo!" Wooseok menghela nafas sejenak, "Baik. Aku minta maaf, tapi bisakah kau berhenti mengucapkan kata-kata kasar?, dan kau bicara seolah Seulgi wanita buruk. Dia bukan seperti yang kau pikirkan, dia gadis baik,"
"Aku memang selalu bicara begini, kenapa itu jadi masalah? apa karena aku mengatainya? kau membelanya. Kenapa? karena kau pernah menyukainya?"
"Jo! sudah, cukup! kenapa kau seperti ini? lagipula bukankah itu bagus ?, di kontrak kita, kau bisa menceraikanku setiap saat, kenapa ini jadi masalah? ini bisa jadi alasan untuk menceraikanku,”
“Hahaha, dasar gila. Kau pikir aku tidak ingin membuangmu?, aku masih bertahan karena Ayah!" Joana memekik. Dia melempar sebuah vas lagi ke lantai, lalu menarik nafas panjang, sambil menatap Wooseok dengan tajam, "Kau masih menyukainya? kau masih menyukai wanita bodoh itu!?"
"Lee Joana!"
“Apa sampai sekarang kau masih menyukainya? wanita sialann itu, apa kau masih menyukainya!!"
“Jo, hentikan!"
Plak! Joana menampar Wooseok. Wooseok terdiam. Dia menutup mata dan mengepalkan tangannya, menahan amarah.
“Berani-beraninya kau berteriak padaku,” Jo menatap Wooseok tajam. Namun seketika Jo terduduk di kasurnya, berusaha meredakan emosi yang memuncak di kepalanya. Joana menatap pecahan vas yang berserakan di lantai, "Bersihkan pecahan kaca itu!" perintah Joana.
Wooseok menatap Jo. Namun Joana mengalihkan pandangannya. Dengan kesal Wooseok berjongkok dan memungut pecahan kaca di lantai, "Aishh …” Wooseok kesakitan. Pecahan tersebut melukai tangan Wooseok, hingga mengeluarkan dara. Entah kenapa Jo sekilas tampak khawatir, namun dia hanya diam dan menggenggam selimut, berusaha untuk tidak beranjak ke arah Wooseok.
“Bodoh, dengar, setelah ini jangan menampakkan wajahmu di hadapanku. Ayah akan keluar kota selama tiga hari. Selama itu, aku tidak ingin melihatmu di sini, datanglah setelah Ayah kembali, kau mengerti?”
Wooseok tak menjawab. Dia berdiri dengan membawa pecahan kaca, dan keluar dari kamar Joana.
"Park Wooseok. Dia tetaplah wanita gila seperti sebelumnya. Jangan menyukainya. Kau mengerti? jangan sampai menyukainya," batin Wooseok kepada dirinya sendiri.
***
Dua hari setelah Wooseok tidak berada di rumah Joana. Media heboh karena skandal aktor yang menggunakan obat-obatan di klub malam. Laura Kim juga tertangkap kamera berada di klub tersebut. Berita itu menghebohkan jagad raya hiburan. Para penggemar Laura kebanyakan kecewa karena Laura positif memakai obat-obatan terlarang. Berbagai berita muncul di media masa. Komentar dari netizenpun tidak terbendung lagi.
"Laura Kim pecandu? apa LJ Entertainment tahu ini? makanya mereka memecat Laura Kim?"
"LJ Entertainment mengerikan. Mereka membuang artis mereka yang dianggap mengancam perusahaan".
"Aku tertipu dengan wajah polos Laura Kim. Tapi, bukankah LJ Entertainment bergerak cepat? Aku bergidik".
"CEO Lee tak bisa mengatur artisnya, maka dari itu dia membuang mereka".
Sekretaris Kang yang baru saja tiba di rumah Joana, berlari terengah-engah sambil membaca komentar di situs berita.
Sementara itu, Joana tampak uring-uringan. Mondar-mandir tak karuan di ruang kerjanya.
"Nona!" Sekretaris Kang menerobos masuk, "Nona tahu hal ini akan terjadi? makanya Nona memecat Laura Kim?" tanya Sekretaris Kang sambil membelalakkan matanya.
"Jangan ribut Kang Juri. Kau membuat moodku makin buruk."
"Aku tahu Nona bergerak cepat. Tapi, kita dikritik karena membuang artis kita,"
"Kau bisa diam tidak! menyebalkan sekali."
Joana menatap Sekretaris Kang tajam. Sekretaris Kang menelan ludahnya, lalu menunduk, "J-Jadi masalah Laura Kim bagaimana?" tanya Sekretaris Kang terbata.
"Persetan dengan Laura Kim. Apa Panda menghubungimu? tanya Joana sambil melipat tangannya.
“Tidak Nona, bukankah Nona menyuruhnya untuk menghilang selama Tuan Besar tidak ada?"
“Tapi bukan berarti dia tidak menghubungi sama sekali. Sudah dua hari dia menghilang, si b******k itu, apa begitu sukanya dia terbebas dariku?”
“Nona, kenapa anda khawatir, dia akan pulang pada waktunya,”
“Jaga bicaramu Sekretaris Kang! aku tidak khawatir, aku hanya berjaga-jaga. Bagaimana jika Ayah pulang lebih cepat? bisa gawat,"
“T-Tapi, menurutku Nona tampak khawatir."
“Sudah kubilang, aku tidak mengkhawatirkan dia!" Joana berteriak.
Sekretaris Kang menutup mulutnya, “M-Maaf Nona, s-saya hanya ..."
“Bicara seperti itu sekali lagi, kau mati, kau mengerti?”
“M-Maaf Nona, saya tidak akan bicara lagi,” Sekretaris Kang makin merapatkan mulutnya, sementara Jo tampak gusar, menatap terus menerus ke gawainya.
***
Sementara itu, Wooseok yang sedang berada di rumah ibunya, duduk di depan rumah bersama Seulgi, sambil menatap langit.
“Oppa, senang sekali bisa melihatmu di rumah, seperti kembali ke masa lalu,” Seulgi duduk di samping Wooseok, menatap Wooseok dengan lembut sambil tersenyum.
“Seulgi, apa kau langsung ke sini setelah pulang kerja?, kau tidak lelah?”
“Tidak Oppa, aku senang disini, apalagi sekarang ada Oppa. Sudah dua hari Oppa disini apa istri Oppa tidak khawatir?"
“Joana? Kau pikir dia bisa mengkhawatirkan orang lain?” Wooseok tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
“Oppa, selama ini aku bertanya-tanya, aku merasa aneh saat oppa tiba-tiba menikah, apa selama ini hubungan kalian baik-baik saja? Oppa maaf, apa Oppa ... maksudku Eonni itu orang kaya, dan aku tahu dia yang membeli rumah ini, apa dia memanfaatkan oppa untuk sesuatu?”
“Seulgi. Kau tahu sendiri dia kaya-raya, untuk apa orang kaya sepertinya memanfaatkanku?"
“Oppa, kau bohong. Aku tahu pasti ada yang salah, apa Eonni itu benar-benar mencintaimu?” Wooseok hanya diam dan tersenyum ke arah Seulgi tanpa mengatakan apapun, “Jika ada sesuatu, ceritakan padaku. Aku pasti akan membantu Oppa,”
"Terimakasih Seulgi. Tapi kami benar-benar baik-baik saja, dia hanya sedikit kasar, itu saja,”
“Oppa benar, Jo Eonni tampak kasar, mungkin karena dia kaya,”
“Hahaha ... seperti banyak gosip yang beredar. Dia itu wanita gila. Dia kaya dan dia bisa melakukan segalanya, dia sangat keras kepala, kau tahu ayahnya bahkan menyiapkan lonceng besar untuk membangunkannya tiap pagi, tentu saja sekarang sudah tidak lagi karena ada aku. Saat tidur dia selalu mengoceh, terkadang dia menangis, dia melemparkan barang apapun ke Bibi Kim. Tapi, Bibi Kim sangat gesit, tak pernah sekalipun gagal menangkap barang-barang yang Jo lemparkan. Jika di luar, dia tidak pernah melepaskan kacamata hitamnya, Boot adalah model sepatu kesukaannya, ketika berjalan dia akan menaikkan dagunya dan bicara kasar ke siapapun, dia benar-benar ..."
“O-Oppa ..." Seulgi memotong Wooseok yang tiada hentinya bicara dengan pandangannya yang menerawang dan tersenyum manis.
“Ah, maaf Seulgi, aki terlalu banyak bicara?” Wooseok menatap Seulgi sambil menutup mulutnya.
“Oppa, sepertinya kau sangat mengenal Eonni itu,”
“Oh itu, tidak ... bukan hanya aku, siapapun bisa melihatnya, orang lain akan berpikiran sama denganku,”
“Orang lain memang berpikiran sama ketika melihat Jo Eonni, tapi mereka tidak akan menceritakannya dengan wajah bahagia dan dengan tersenyum seperti yang Oppa lakukan,”
Wooseok terdiam, “Seulgi benar, kenapa aku tiba-tiba tersenyum saat menceritakan Joana?” batin Wooseok.
“Oppa. Maaf aku tahu dia istrimu, tapi aku tetap merasa ada yang salah."
“Sudah, jangan dipikirkan, kau selalu saja khawatir padaku, aku baik-baik saja,”
“Itu karena aku menyukai Oppa,” Wooseok seketika terdiam menatap Seulgi, “Oppa ... a-apa Oppa masih menyukaiku?”
“Seulgi kenapa tiba-tiba ..."
“Jika Eonni itu tidak menyukai Oppa, dan suatu saat Oppa ingin pergi, aku selalu ada di sini, aku menyukai Oppa, aku tahu dulu Oppa pernah menyukaiku, aku harap sekarangpun Oppa masih menyukaiku, Oppa, jika kau merasa tertekan tinggalkan saja Jo Eonni dan datanglah padaku,”
“Seulgi, a-aku ..."
“Pikirkanlah, aku akan tunggu jawaban darimu, sekarang Oppa harus siap-siap, ingat nanti malam kita harus menghadiri reuni sekolah kita, Oppa tidak lupa, kan?"
“Oh iya, aku hampir lupa,”
“Aku pulang dulu, nanti aku akan jemput Oppa ya. Kita pergi sama-sama,”
“I-iya, kita akan pergi sama-sama,”
Seulgi berlalu pergi dengan tersenyum, Wooseok hanya menatap seulgi dari kejauhan, "Kenapa aku tiba-tiba teringat Joana? dan ... apa yang harus aku lakukan tentang Seulgi? hah, aku benar-benar bingung," Wooseok mengacak rambutnya, "Jangan berpikir yang bukan-bukan. Sebaiknya aku memikirkan cara bagaimana membuat Joana jatuh cinta. Iya, aku harus fokus dengan tujuanku. Fokus, Wooseok."
TBC