Joana berkeliaran ke sekeliling rumahnya. Sesekali dia melirik jam dinding, menatap gawainya lalu berputar lagi. Sekretaris Kang yang ikut mengekor di belakang Jo sudah menunjukkan wajah lelah, dia berjalan seperti zombie yang lamban, sementara Bibi Kim yang juga ikut berkeliling di belakang Sekretaris Kang masih menunjukkan wajah segar dengan senyumnya yang tak pudar. Entah berapa kali sudah Joana berkeliling, dia tak duduk sedikitpun. Joana menggigit kuku ibu jarinya dan tampak gusar.
"Sekretaris Kang!" Tiba-tiba Jo berhenti. Sekretaris Kang yang tidak menyadari hampir menabrak hal tersebut hampir saja menabrak Joana. Untung dia sempat mengerem kakinya, diikuti Bibi Kim yang juga dengan gesit berhenti di belakang Sekretaris Kang.
"I-Iya Nona," Sekretaris Kang mengelap dahinya yang berkeringat dengan sapu tangan beberapa kali.
"Kita harus ke rumah Si Panda,"
"A-Apa? Nona, besok dia juga akan kembali kesini, kenapa harus ke rumahnya segala? memangnya ada masalah apa?"
"Jangan banyak omong! bawa mobilnya, Bibi Kim, kunci!" Kim Ahjumma membungkuk sambil memberikan kunci mobil. Jo mengambil kunci tersebut, lalu melemparnya ke Sekretaris Kang.
Buk! kunci mendarat tepat di kepala sekretaris kang, membuatnya meringis kesakitan, "A-aduh ... Nona, sakit ..." Sekretaris menggosok-gosok kepalanya.
"Ck ... ck ... Sekretaris Kang, kau tidak bisa menangkap itu? Bibi Kim ternyata lebih hebat darimu," Joana menggelengkan kepalanya lalu melangkah menuju pintu. Bibi Kim tersenyum mengejek Sekretaris Kang dengan mengangkat tangan kanannya ala binaragawan. Sekretaris Kang terlihat kesal, lalu berlari mengikuti Joana.
***
"Nona, setelah di rumah Wooseok, anda mau melakukan apa?" tanya Sekretaris Kang sambil menyetir mobil.
"Tentu saja aku akan menyeretnya."
"Tidak biasanya. Tuan Besar kan belum pulang, Nona selalu ingin dia jauh dari Nona ketika Tuan tak ada. Kenapa sekarang malah dijemput?"
"Kau bisa tidak jangan asal bicara? siapa yang mau menjemput Panda bodoh itu!?"
"B-Bukankah sekarang kita dalam perjalanan menjemputnya?"
"Kau ..." buk! Joana menendang bagian belakang kursi pengemudi.
Sekretaris Kang kaget, lalu menatap ke depan dengan fokus, "Baik Nona, Aku tidak akan bicara lagi."
***
Tok, tok, tok. Sekretaris Kang mengetuk pintu rumah Wooseok. Sementara Joana. berdiri di belakangnya dengan wajah datar. Membuat Sekretaris Kang bergidik. Sekretaris Kang mengetuk sekali lagi. Kali ini lebih keras, dia merasa Joana tengah mempersiapkan cakarnya, Sekretaris Kang seperti diawasi oleh hewan buas yang bisa menerkamnya setiap saat.
"Iya, sebentar!" seru suara dari dalam rumah. begitu pintu terbuka, Hanbi adik Wooseok segera melangkah keluar. Namun, baru melangkah sekali, Hanbi terdiam dan melongo melihat orang yang sekarang berada tepat di depan matanya. Bagi Hanbi, Joana adalah seorang idol dan dia adalah fans sejati Joana. Melihat idolanya itu mengunjungi rumahnya dan berdiri di depan matanya, membuat Hanbi tak bisa menutup mulut karena sangat kagum akan penampilan Joana.
"Eonni!" Hanbi berteriak seperti biasa. Dia berlonjak kegirangan, dan menatap Joana dengan mata yang berbinar.
"Hanbi, dimana Oppamu?" tanya Joana tanpa basa-basi.
"Oppa ... ah iya, sedang pergi ke acara reuni bersama Seulgi Eonni," jawab Hanbi polos.
"Reuni? kenapa dia pergi ke acara tak penting seperti itu? kampungan sekali," Jo menghela nafas kesal, lalu menyentuh kacamata hitamnya, "Lalu ... dia pergi dengan wanita itu? benar-benar sialann!"
"Eonni. Ayo masuk, Ibu ada di dalam, sedang menyetrika pakaian."
Joana berpikir sejenak sambil menatap lantai di bawahnya, "Hanbi, terimakasih atas informasimu, aku pergi dulu," ucap Joana kemudian.
"J-Jo Eonni, Eonni mau ke tempat reuninya Oppa?"
"Iya, dimana tempatnya?"
"Lighter Cafe di Jalan Hannam. Wah! Oppa pasti senang sekali, teman-teman Oppa pasti akan terpana melihat eonni disana,"
"Kau bilang dia pergi dengan Seulgi, kan?" Hanbi mengangguk sambil tersenyum menampakkan giginya.
"Ok, I see," Joana berbalik, Sekretaris Kang, Kau tinggal disini. Pesankan makan malam yang enak untuk Hanbi dan Ibu, aku akan pergi sendiri."
"Tapi Nona...."
Belum sempat Sekretaris Kang bicara. Joana langsung merebut kunci mobil dari tangan Sekretaris Kang, lalu menghilang seperti bayangan.
"Pasti akan ada masalah, apa lagi yang akan dilakukan wanita gila itu?" Batin sekretaris Kang.
***
Di tempat reuni semua orang sudah berkumpul. Mereka saling tertawa, ada beberapa yang membawa pasangan lalu memperkenalkan kepada teman-temannya
"Wah, akhirnya kita semua berkumpul di sini, perkenalkan ini tunanganku," Salah seorang teman Wooseok memperkenalkan tunangannya, sudah hampir dua tahun mereka tidak berkumpul seperti ini, "Seulgi, kau bertambah cantik saja, hahaha," sambungnya lagi.
"Biasa saja, Oppa. Aku tidak menyangka kau punya tunangan dan akan segera menikah. Selamat Oppa,"
"Hahaha benar, aku juga tidak menyangka bisa menikah secepat ini," laki-laki dengan stelan formal tersebut. Menggenggam tangan tunangannya, "Wooseok, kau masih mengekori Seulg ke mana - mana? kenapa kalian tidak menikah saja?,"
"Oppa, jangan bicara seperti itu," Seulgi menutup wajahnya seraya tersipu malu, sementara Wooseok hanya diam dan tak menanggapi lawakan temannya.
"Bukankah Wooseok katanya sudah menikah? aku dengar beberapa gosip," sambung seorang teman,
"Benarkah?" sambung teman di sebelahnya sambil menatap Wooseok.
"Aku dengar istrinya seorang yang kaya-raya, Wooseok apa berita itu bohong? kau tidak mungkin menikah dengan wanita seperti itu, kan?"
Wooseok merasa risih, dia kemudian berdiri, lalu minum beberapa teguk, "Aku mau ke Toilet dulu," ucap Wooseok. Wooseok hendak berbalik, namun seorang teman menahannya.
"Eits, mau kemana? setidaknya jelaskan dulu. Aku juga mendengar gosip itu. Apa itu cuma gosip? apa kau mencoba menutupi kekurangan keluargamu dengan menyebar gosip seperti itu? atau kau menjual dirimu?" Joong min, laki-laki dengan wajah menyebalkan ini sebenarnya tak bisa dikatakan teman Wooseok. Di sekolah dia selalu membully Wooseok dan selalu membuat masalah.
"Joong min Oppa! jangan bicara sembarangan. Untuk apa Wooseok Oppa melakukan hal seperti itu?" Seulgi ikut berdiri mencoba membela Wooseok.
"Lalu, kenapa dia diam saja? Ah, pasti wanita yang katanya kaya raya itu membayarmu. Apa dia seorang Bibi tua yang genit? ya ampun Wooseok. cari uang memang susah, tapi kau tak perlu menjual dirimu demi uang, kan?"
"Hentikan Joong min!" Wooseok menatap tajam temannya.
"Hahaha, Park Wooseok, kenapa kau jadi emosi begini? Wah, biasanya kau diam saja, tapi sekarang kau bisa marah?"
"Joong min Oppa hentikan! jangan membahas hal yang tidak-tidak," Seulgi menggenggam tangan Wooseok, "Wooseok Oppa tenanglah ..." bisik Seulgi.
"Hahaha, Wooseok kau beruntung sekali. kau punya istri bibi tua kaya raya, dan sekaligus punya pacar yang cantik,"
Wooseok melepaskan genggaman Seulgi dari tangannya, "Joong min, jaga bicaramu, istriku wanita terhormat. Dia bukan bibi tua yang genit, dan jangan bawa bawa Seulgi dalam masalah ini!*
"Wah, coba lihat, si Polos Wooseok sekarang sudah berani bicara. apa bibi itu sekaligus gurumu? Kau pintar sekali, hahaha. Wanita terhormat katanya. Kalian dengar itu? siapa wanita terhormat yang mau menikah denganmu? dasar i***t miskin, tak tahu diri."
"Sialann! apa anak ini kurang didikan? omongannya seperti sampah!" seseorang masuk dengan bunyi hak sepatu yang memekakkan telinga. Seketika semua mata tertuju ke arah suara tersebut, tampak seorang wanita mengenakan pakaian glamor berdiri sambil menyilangkan tangannya menatap remeh kearah Joong Min. Salah seorang teman Wooseok tak sengaja menumpahkan air karena gugup. Semua orang terkejut, Wooseok lebih terkejut lagi.
TBC