Di ruang praktek, Luna duduk di hadapan dokter itu. Dia menangis dengan sunggingan senyum tipis di bibir merah delimanya. Dia menatap kertas hasil periksa yang dijalaninya beberapa saat lalu. “Doumo arigatou ...” Tak henti dia mengalirkan air mata. Dia tengah mengandung bayi Arvin. Seperti keinginan Arvin dan ayahnya selama ini. Dia melangkah keluar, sudah ada Kairi yang menungguinya setelah Eun Bi pergi meninggalkannya. “Luna, bagaimana? Kamu tidak apa-apa, kan?” Luna tak bisa bicara lagi. Dia memberikan secarik kertas tentang bukti kehamilannya. Kairi tersenyum membaca hasil tes itu. “Kamu ... hamil?” Luna mengangguk dan mendapatkan pelukan bahagia dari Kairi. “Selamat, ya. Ini kabar baik.” “Aku sudah tidak sabar memberitahukan ini pada Arvin.” Kairi segera menarik tangan