"Wanita bukan mainan yang bisa kamu pakai saat kamu mengingingkannnya dan kamu buang saat kamu bosan. Kamu salah wahai makhluk yang bernama PRIA."
****
Malam-malam sekali suaminya itu pulang ke rumah dengan keadaan berantakan. Hilya yang melihatnya pun menghampirinya dengan bingung.
"Mas kamu baru pulang," ucap Hilya saat ingin menyalimi suaminya tetapi di tolak mentah-mentah.
"Berapa banyak laki-laki yang kamu cobain selama aku nggak ada?" tanya Hamish dingin menatap Hilya.
"Maksudnya apa, Mas? Aku nggak ngerti," jawab Hilya mengerutkan keningnya bingung.
Hamish tidak menjawab perkataan Hilya. Dia benar-benar sedang emosi dengan istrinya ini. Dia menjatuhkan istrinya di kasur dengan posisi Hilya di bawahnya.
"Kamu tahu? Aku sama Lena pernikahan kita bahagia. Nggak pernah ribut terus kayak gini. Lena juga selalu nurut apa yang aku minta. Kenapa cuma kamu yang berani-beraninya jual badan kamu ke Lelaki lain selain aku!" ucap Hamish dingin di telinga Hilya membuatnya bergidik ketakutan.
"Ma ... Maksud ... Kamu apa, Mas. Aku benar-benar nggak ngerti," ucap Hilya dengan suara terbata-bata ia takut dengan suaminya saat ini.
"Kamu selingkuh Kan! Kamu sering jual tubuh kamu ke Lelaki lain tanpa sepengetahuan Aku! Apa selama ini aku kurang ngasih kamu segalanya HILYA!" ucap Hamish kasar di depan wajah istrinya.
"TATAP MATA AKU HILYA!" ucap Hamish membentak saat melihat Hilya yang di bawahnya hanya memejamkan matanya.
"Aku ... Aku nggak pernah kayak gitu, Mas. Lena yang selingkuh," ucap Hilya pelan tanpa berani membuka matanya.
"Kurang ajar! Jangan pernah salahin Lena kalau kamu yang salah!" Hamish melakukan hubungan kasar secara tiba-tiba membuat Hilya berontak. Namun, keliatannya tidak seberapa, ia hanya mampu menangis tidak berani melihat wajah suaminya. Dia seperti wanita yang tidak punya harga diri saat disetubuhi suaminya. Tidak ada kelembutan hanya rasa sakit yang diterima Hilya.
Hamish melampiaskan semua emosinya kepada istrinya yang sudah berani-beraninya berselingkuh hingga membuatnua malu. Dia tadi sempat ke rumah Lena dan tetangga mereka di sana mengatakan bahwa Hilya bukan perempuan yang baik-baik. Membuat emosinya membuncah.
"Ini Kan yang kamu nikmatin sama laki-laki lain. IYAKAN!" ucap Hamish kasar tanpa memikirkan perasaan Hilya sedikitpun.
"Sa ... Sakit, Mas ... Hiks...." kata Hilya meringis merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Suaminya tidak tanggung-tanggung menyakiti tubuh dan hatinya.
"NGGAK USAH MUNAFIK JADI PEREMPUAN INI KAN YANG KAMU LAKUIN SAMA PEREMPUAN LAIN DI LUAR SANA!" ucap Hamish marah tetapi tetap melanjutkan kegiatan mereka dengan paksa. Hilya berusaha mendorong tubuh Hamish namun usahanya sia-sia dia tidak lebih kuat dari suaminya itu.
....
Keesokan harinya Hilya memilih pergi dari rumah tersebut. Tidak memikirkan lagi apa yang mesti dipertahankannya. Hatinya dan tubuhnya sakit disini.
"Aku minta Kita cerai!" ucap Hilya menyeret kopernya dan membawa seluruh pakaiannya. Hamish dan Hasya menengok ke arah Hilya dengan mata sembab dan wajah terlihat sangat pucat.
"Cerai kamu bilang? Kamu fikir semudah itu aku bakal cerain kamu?" ucap Hamish santai sambil memakan rotinya tanpa memikirkan Hilya yang sudah menangis.
"Aku nggak peduli lagi, Mas. Disini aku cuma dianggep pembantu sama Hasya, dan dijadiin mainan s*x kamu Aja! Kamu fikir aku istri apa, Mas!" ucap Hilya muak dengan mereka semua.
"Jaga ya ucapan kamu Hil! Aku nggak pernah nganggep kamu pembantu! Kamu yang nggak sadar diri numpang tinggal di rumah ini!" ucap Hasya tidak terima dengan tuduhan Hilya. Hamish tidak membela Hilya dia hanya diam saja mendengarkan Hasya yang mencaci maki istrinya. Toh, istrinya memang salah. Adiknya akan selalu membela yang benar pasti, selama ini dia percaya dengan adiknya.
"Mas! Adik kamu nggak sopan sama aku Aja kamu masih diam aja, Mas! Dimana posisi kamu sebagai suami yang harusnya membela istrinya, Mas!" ucap Hilya tak habis pikir dengan dua manusia di depannya ini. Mereka punya jantung tapi tidak punya hati.
"Adik Aku wajar ngomong kayak gitu, toh kan itu salah kamu juga bikin malu aku di depan orang-orang. Masih untuk aku nikahin kamu dan ngakuin kamu sebagai istri. Eh, dengan nggak tahu dirinya selingkuh sama laki-laki lain," ucap Hamish membela Hasya membuat Hasya tersenyum penuh kemenangan.
"Mas, Aku nggak pernah selingkuh. Lena yang selingkuh, dia main sama Lelaki lain dan dibawa ke rumahnya. Dia cuma mau harta kamu aja mas makanya dia rela di madu. Dia nggak Cinta kamu, aku yang Cinta sama kamu."
"Heh! Jangan sok tahu yang jadi perempuan. Kak Lena nggak seperti yang lo ucapin, dia wanita baik-baik gue kenal dia lama. Dan dia jauh nggak seperti lo. Yang alim tapi munafik!" ucap Hasya berdiri di hadapan Hilya Lalu pergi setelah mengucapkan kata-kata menusuk tersebut.
"Kamu mau minta cerai? Yaudah silahkan aja. Tapi jangan harap kamu dapet harta gono-gini dari Aku!" ucap Hamish berdiri di hadapan Hilya.
"Aku nggak butuh harta kamu, Mas. Setidaknya kebun Ayah masih bisa Aku pergunakan untuk kehidupan aku kedepannya. Walaupun nggak seberapa sama harta kamu," ucap Hilya berusaha ikhlas.
Hamish tertawa mendengar ucapan Hilya, membuat Hilya bingung dibuatnya.
"Kenapa kamu malah ketawa-ketawa?" tanya Hilya Tak terima.
"Aduh, aku belum bilang ya. Sebelum Ayah kamu itu tahu kamu istri kedua, surat-surat tanah dan usahanya Ayah kamu tuh udah jadi milik aku semua. Hahaha," ucap Hamish tertawa puas. Membuat Hilya terkejut dan menggelengkan kepalanya tidak percaya.
"Nggak, nggak mungkin! Ayah nggak mungkin nyerahin kebunnya gitu aja," ucap Hilya tidak percaya.
"Tunggu sini ya, Sayang," ucap Hamish meninggalkan Hilya begitu saja. Hilya masih menunggu di tempatnya tanpa bergerak sedikitpun. Hingga, beberapa saat kemudian suaminya kembali sembari menyerahkan map berwarna hijau.
"Tuh, baca." Hamish menyerahkan map tersebut, Hilya mengambilnya dan membaca map itu. Hilya terkejut melihat nama surat-surat tanah, kebun dah rumahnya di kampung yang sudah berganti menjadi nama suaminya tanpa sepengetahuannya. Bahkan Ayahnya pun tidak mengatakannya pada dirinya.
"Nggak! Nggak mungkin Ayah aku ngasih ini semua ke kamu! Nggak mungkin!" ucap Hilya menangis memukul map itu ke d**a Hamish.
"Terserah kamu! Intinya kamu udah nggak bisa balik ke sana. Karna kalau kamu minta cerai artinya kamu nggak punya apa-apa! Setelah kamu keluar dari rumah ini pun aku nggak ijinin kamu bawa sepeser pun harta aku. Ngerti kamu!" ucap Hamish mengambil map itu lagi lalu meninggalkan Hilya yang menangis disana. Hilya tidak menyangka suaminya itu licik, dia tega mengambil harta milih Ayahnya. Kapan itu terjadi kenapa Ayahnya menyerahkan begitu saja. Lalu bagaimana dengan hidupnya saat ini. Dia tidak sanggup untuk terus berada di rumah ini. Tapi, dia tidak tahu harus kemana sekarang.
.
.
.
"Ada saat dimana Kita harus memperjuangkan sesuatu yang Kita anggap tepat. Namun, ada saat Kita harus melepaskan apa yang sudah tidak bisa dipertahankan."
****