"Manusia itu tamak! Tidak pernah bersyukur dengan apa yang dia miliki hingga rela berbuat licik hanya Demi harta!"
****
"Lena ... Lena!" panggil Hilya lalu masuk begitu saja ke rumah Lena yang pintunya yang terbuka.
"Hilya, tumben kamu kesini," ucap Lena gugup melihat kedatangan Hilya di rumahnya yang tiba-tiba.
"Mas Hamish beberapa hari ini nginep di rumah kamu?" tanya Hilya.
"Hem? Bukannya dia lagi di rumah kamu, aku sendiri di sini nggak ada, Mas Hamish." Lena menjawab pertanyaan Hilya sambil celingak-celinguk yang entah apa yang dia Cari.
"Udah hampir seminggu ini, Mas Hamish nggak pulang ke rumah. Handphone nya aku telpon juga nggak di angkat. Makanya, aku ke rumah kamu," ucap Hilya sendu.
"Kenapa kamu nggak tanya Hasya, dia pasti setiap hari kabar-kabaran kokn sama Hamish," jawab Lena dengan tersenyum paksa.
"Aku udah tapi dia jawab nggak tahu," kata Hilya lagi.
"Ehm ... aku nggak tahu, Hil. Mending kamu pulang aja mungkin sekarang dia udah pulang. Biasanya dia udah pulang kok kalau seminggu pergi. Paling ada urusan penting," ucap Lena lagi.
"Iya sih. Kamu kenapa sih celingak-celinguk ada apa?" tanya Hilya melihat ke arah yang dilihat Lena.
"Engga apa-apa kok," ucap Lena tertawa paksa. Tiba-tiba seseorang datang dari arah kiri mereka.
"Sayang dah yuk, kamu dah siapa kan?" ucap laki-laki membetulkan kancing bajunya yang terlepas.
"LENA KAMU?!" pekik Hilya saat melihat laki-laki lain berada di rumahnya.
"Hilya ... Hilya ... Kamu bisa kok kayak aku, Aku janji nggak akan bilangin kamu ke Mas Hamish. Lagian kan Mas Hamish bisa seenaknya sama perempuan jadi kita bisa kayak dia juga. Selama duit dia ngalir ke Kita Hilya," ucap Lena panik ketahuan bahwa dirinya selingkuh.
"Jadi, kamu selingkuh juga selama ini. Makanya kamu bolehin Mas Hamish nikah lagi," ucap Hilya tidak menyangka.
"Nggak gitu, aku nggak niat selingkuh kalau aja Mas Hamish nggak nikah lagi sama kamu. Semua ini gara-gara kamu Hilya!" ucap pelan namun, lama-lama meninggi.
"Kok aku? Kenapa kamu malah nyalahin aku, seharusnya kamu bilang sama Mas Hamish kalau kamu nggak rela di madu," ucap Hilya lagi.
"Terus bikin Aku di usir dari rumah mewah ini? Kehilangan harta yang udah aku idam-idamkan gitu! Nggak akan Hilya aku lebih mentingin kekayaan ini. Aku rela di madu, toh Aku juga bisa ngelakuin hal yang sama, jadi kita impas," jawab Lena santai.
"Kamu keterlaluan Lena! Kamu gila harta, Mas Hamish nyari yang susah payah untuk kamu. Dan kamu malah foya-foya in hartanya dan selingkuh sama laki-laki lain. Kamu matre, Lena!"
"Aku nggak peduli, kamu bilang apa Hilya. Jangan pernah ngusik kehidupan aku, karna kamu cuma Pelakor nggak tahu diri!" ucap Lena kasar.
Hilya menggelengkan kepalanya, "aku bakal bilang ke Mas Hamish, kalau kamu selingkuh!" Hilya pergi dari rumah Lena tetapi langsung di ikuti Lena dan laki-laki tadi.
"Hilya! Kamu jangan berani-berani ya bikin aku pisah sama, Mas Hamish. Inget ya kamu cuma orang baru yang hadir di keluarga aku. Jangan coba-coba main api sama aku, Hil." Lena menarik tangan Hilya yang sedang mengetikan sesuatu di ponselnya. Sepertinya, dia mencoba menelepon Hamish.
"Hilya kamu jangan macem-macem ya," ancam Lena. Lena tidak tahan lalu merampas ponsel Hilya dan membuangnya.
"Lena kamu apa-apaan sih!" Pekik Hilya saat Lena membuang ponselnya. Dia melihat ada tetangga yang lewat Dan berusaha bersandiwara. Lena menjatuhkan dirinya sendiri lalu menangis.
"Hilya, kamu kenapa sih! Kenapa kamu malah nyakitin aku, kamu itu udah ngerebut suami orang terus malah nyakitin aku," ucap Lena memegang kepalanya seolah-olah dia tersakiti.
"Lena kamu apa-apaan sih! Aku nggak ngapa-ngapain kamu," Lena melirik ke arah laki-laki yang di dekatnya.
"Sayang kamu jangan gitu dong," ucap laki-laki itu sadar dengan kode Lena. Ia memegang bahu Hilya untuk menenangkannya.
"Nggak usah pegang-pegang ya, kamu jangan macem-macem," ucap Hilya menyingkirkan tangan laki-laki itu. Tiba-tiba saja ada ibu-ibu yang datang menghampiri mereka.
"Ya Allah, Mba Lena kenapa?" ucap ibu-ibu itu membantu Lena berdiri. Inilah rencana Lena.
"Bu, wanita ini dari tadi aniaya saya bu, karena ketahuan selingkuh," ucap Lena mengadu membuat Hilya melotot dan menggelengkan kepalanya.
"Bohong ibu-ibu Saya nggak kayak gitu. Dia yang selingkuh, dia fitnah."
"Nggak mungkin saya selingkuh, disaat diri saya saja rela di madu dengan wanita ini. Dia sudah merebut suami Saya dan sekarang dia mau memfitnah Saya," ucap Lena lagi. Hilya tak habis fikir dengan kelicikan Lena yang membuat dirinya seakan menjadi kambing hitam atas perilakunya itu.
"Mbak masih muda tapi udah ngerebut suami orang ya! Nggak malu banget jadi orang!" ucap ibu-ibu itu yang membantu Lena.
"Iya ih, pelakor jaman sekarang pinter banget ngerayu suami orang sabar ya, Mbak Lena,"
"Hati-hati ibu-ibu jangan sampe suami Kita tergoda sama pelakor yang modelnya gini. Tampang doang berhijab tapi suka godain suami orang. Nggak pantes, Mba pake hijab gitu. Hijab buat orang suci nggak kayak Mbaknya pelakor. Udah pelakor selingkuh lagi, ketahuan banget cewe kayak gini cuma ngincer harta doang!" Cuitan-cuitan kasar orang-orang membuat Lena tersenyum kemenangan sedangkan Hilya hanya mampu meneteskan air matanya.
"Ibu-ibu kalian salah, dia yang selingkuh, saya cuma di tuduh sama Lena," ucap Hilya mempertahankan harga dirinya yang di injak-injak.
"Sayang, kamu kok nggak ngakuin aku sih. Kamu yang bilang setelah kamu ngerampas harta suami kamu kita bakal nikah. Lagian kita Kan udah sering ngelakuin itu kalau suami kamu lagi nggak ada," ucap laki-laki itu memeluk Hilya sedangkan Hilya berusaha untuk melepaskannya.
"Aku nggak kenal sama kamu! Jangan macem-macem ya. Jelas kalian berdua yang selingkuh, jangan berani nyalahin aku," ucap Hilya mengelak.
"Ibu-ibu udah Kita usir aja mereka berdua. Perempuan nggak Ada harga dirinya, bikin komplek kita Kotor Aja karna Zina. Bisa jadi, nanti suami-suami Kita gantian digituin. Ayo ibu-ibu usir mereka," ucap salah satu dari mereka yang propokator.
"Iya benar!" Saut mereka mendorong-dorong Hilya secara tidak manusiawi.
"Ibu-ibu tolong jangan dengerin dia! Saya nggak salah ini fitnah." jawab Hilya yang nyaris terjatuh di dorong-dorong.
"Halah lepas aja kerudung kamu! Pelakor jaman sekarang emang benar-benar licik! Tabiat kamu Aja malaikat tapi kelakuan kamu iblis! Iblis yang menyamar lewat kerudung sialan ini!" ucap mereka mencoba melepas kerudung yang digunakan Hilya. Namun, sekuat tenaga ia mempertahankannya.
"Ibu-ibu jangan, ini aurat bu. Saya nggak mau lepas kerudung ini!" ucap Hilya menangis mempertahankan hijabnya.
"Halah! Aurat-aurat. Pelakor kayak kamu nggak pantes bilang aurat. Tubuh kamu udah nggak suci! Udah berapa banyak Lelaki yang kamu Cobain hah!"
"Astagfirullah Saya nggak pernah kayak gitu," mereka terus menendang Hilya hingga terjatuh.
"Udah ibu-ibu kasian mereka. Gimana juga dia istri dari suami Saya. Saya ikhlas kok dia gituin," ucap Lena membantu Hilya.
"Untung, Bu Lena baik kalau engga kamu udah Saya laporin!"
"Udah yuk ibu-ibu kita pergi. Hati-hati sama suami-suami Kita. Jangan sampe deket sama Wanita pezina kayak gini!"
"Iya bener!"
.
"Yaudah, Bu Lena udah nggak papa kan? Kami ingin pamit dulu," ucap ibu-ibu itu menanyakan Lena.
"Nggak papa kok, ibu-ibu. Makasih ya udah bantuin saya," jawab Lena sambil tersenyum.
"Sama-sama bu, semoga wanita ini kena azab yang pedih ya ibu-ibu," ucapan Ibu itu dianggukin yang lainnya. Setelah itu mereka pergi meninggalkan Hilya yang dibantu Lena.
Lena tersenyum sangat puas rencananya kali ini berhasil, tinggal memisahkan Hilya saja dengan Hamish. "Jangan pernah macem-macem sama gue ngerti!" Setelah itu Lena pergi meninggalkan Hilya untuk Masuk ke dalam. Lelaki tadi pun tersenyum sinis lalu meninggalkan Hilya yang menangis dengan kondisi berantakan.
....
"Tidak ada yang lebih menyakitkan dari sebuah fitnah. Inilah yang dinamakan korban yang tiba-tiba menjadi tersangka. Hanya karna sebuah fitnah."
****