Manusia Comedy

1849 Kata
“Namanya Mey!” Celetuk Yoto! “Apa sih Yo! Jangan sebut nama ular bertanduk kerbau itu di depan ku!” Kesal ku sambil mengambil mi bihun yang sudah dihidangkan Mama Domini. Sejak hari itu terjadi, Yoto terus saja menceritakan kekagumannya terhadap wanita ular itu. Umurnya masih muda sudah punya usaha cafe cabang di mana-mana dan saat ini sedang membuka cafe baru dengan nama baru yang sekaligus juga akan bersebelahan dengan tempat tinggalnya. Wanita ular itu diceritakan penuh dengan kebaikan dan kecantikannya yang menyilaukan mata Yoto. Rambutnya yang panjang berwarna coklat menambah kesan indah pada dirinya. Dia membangun cafe dengan target pengunjung anak sekolah. Dia menyediakan wifi gratis beserta makan minum gratis untuk anak sekolah yang bertujuan untuk mengerjakan pekerjaan Ssekolah. “Lagi ceritain siapa Yo? Seru banget.” Tanya Mama Yoto sambil menyodorkan kami es kelapa. “Ma, Oy dapat client cantik banget.. terus baik banget. Ngomong juga halus banget!” “Ah ela.. Halus dari mana?” Celetuk ku merebut es kelapa yang sudah dihidangkan oleh mama. Mama tersenyum tipis dan membelai lenganku, sangat menunjukan bawa mama sedang mengkhawatirkan aku, “Oy kenapa kayaknya gak suka banget sama client mu sendiri?" “Gak suka aja ma! Muka nya aneh kayak ular!” Jawabku ketus. Mama Yoto sontak terbahak-bahak mendengar ocehan ku. “ Gak boleh begitu Oy, begitu juga dia client mu! Hargai dan hormati dia. Kalian sudah bekerjasama.” Ucap Mama Yoto mencoba menenangkan gemuruh di hatiku. Yoto dengan ringannya menyikut kepala ku dengan kencang. “ Hati-hati suka loh kau sama dia!” Celetuk Yoto. Aku terbatuk mendengar ocehan Yoto, mulutnya serasa seperti menggelitik kerongkonganku. “ Ih najis!! Gilak apa! Dia loh perempuan.” Jawab ku kesal sambil meminum es kelapa yang diberikan mama untuk kami. “Memangnya kenapa kalau perempuan? Cinta emang bisa milih?” Protes Yoto. Yoto memutar semua menjadi lebih pembicaraab intens, membuat menjadi tidak enak hati dengannya. “Ah maa!! Anak mu kebanyakan nonton series GL ni!! n****+ juga GL semua.” Seru ku menggoda Yoto untuk mencairkan suasana. “ Ah udah udah !! abisini makan kalian! Hari ini Oy nginep kan?” Tanya mama. “ Nginep!!” Celetuk Yoto masih terlihat cemberut dan lanjut memakan mi bihunnya. Aku reflek menjewernya, “ Kok kau yang jawab!” Protesku Kami tertawa terbahak-bahak. Suasana hangat keluarga, aku dapatkan dari keluarga Yoto. Betapa senangnya bisa menjadi bagian dari keluarga mereka. Seperti setiap hari adalah comedy jika kami bersama. Namun, adakala aku sangat merindukan ibu ku. Bagaimana kabarnya saat ini di belahan dunia lain? Aku merindukan setiap belaian halus dari jari-jarinya untuk menenangkan ku di tengah masalah yang ku hadapi. Aku merindukan dekapan hangat yang sering ibu salurkan di tengah kegelisahanku. Ibu, Ibu harus tau aku sekarang sudah berhasil melalui kesedihan masa lalu ku dengan bantuan sahabat Ibu yaitu, mama Domini. Ibu maafkan aku karena aku masih belum bisa memaafkan masa lalu yang menimpa kita dulu. Aku sangat ingin sekali bertemu Ibu. Apakah ibu mendengar jeritan hati ku saat ini? Kini, aku hanya bisa menatap Ibu ku terbatas oleh benda mati berbentuk kertas terbingkai. Raganya tak bisa lagi ku jangkau. Kata orang mungkin doa nya masih menemani hari-hariku tapi, tak bisa ku sangkal keinginan akan hadirnya Ibu di sisi ku sangat kuat. “Kangen Ibu ya?” Tanya Yoto menghampiriku. Yoto merangkul ku, sepertinya dia tahu aku berada di tengah dinginnya rasa rindu. “Nangis aja kali jangan ditahan!” Candanya sambil terus mengelus kepalaku. Aku yang sedari tadi terikut suasana hati seketika menjadi jengkel dengan ucapan anak biadab ini. Yoto hanya tertawa melihat ku memasang muka masam bermata sinis ke arahnya. Sedikit rasa lega terpancar dari matanya. “Yo, Aku merinding kayaknya ibu lagi di sini deh.” Bisik ku pelan sedikit menggoda Yo. Aku sangat hapal kalau Yoto itu tipikal anak yang takut banget dengan hal-hal mistis. Sesuai dugaan ku, Yo langsung lonjat ke atas tempat tidurnya dengan teriakan kuat yang bisa membangkitkan bencana alam di dunia ini. Aku tertawa puas sekali sedikit hiburan dari Yoto yang dapat membuyarkan fokus ku mengenang kenangan bersama Ibuku. ————————————————————————— Kring..Kring... Pengingat ponsel ku berdering pagi ini. Mengingatkan ku tentang pertemuan dengan wanita ular itu. Dikarenakan pembangunan cafe nya sudah mulai dalam tahap pengerjaan, jadi aku harus tersedia untuk mengatur semua pengerjaan di sana. Aku berusaha menggerakkan tubuhku untuk menyegarkan diri. Menyiapkan baju dan membawanya ke kamar mandi untuk dipakai hari ini. Dalam perjalananku menuju kamar mandi, aku merasakan perut ini membentuk beberapa pusaran-pusaran angin topan dan saling bercengkrama di sana. Kotoran yang bersemayam lama di dalam serasa mengetuk tergesa-gesa gerbang pembuanganku. Aku langsung berlari kencang meraih pintu kamar mandi. Namun apa daya, aku lupa kalau aku masih menginap di rumah Yoto. Kamar mandi di sini hanya ada 1 dan kebiasaan di rumah ini adalah setiap pagi diwajibkan mengantri untuk bisa bersemedi di dalam kamar mandi. “Yo, aduh masih lama gak?” Aku mengetuk pintu kamar mandi dengan kencang. “Ngantriiii....” Teriaknya dari dalam kamar mandi sambil cekikian dan melanjutkan nyanyiannya. “Yo, udah gak bisa nahan ini. Aku sesak pup.” Bentak ku sambil terus menggedor pintu kamar mandi. “Gali lubang sana!” Jawabnya melece. Mama menghampiri ku. Mungkin mama melihat hidupku seperti di ambang kematian. Dengan santai mama membuka pintu kamar mandi. Pintu perlahan terbuka, terlihat samar dari luar Yoto bernyanyi riang. Perlahan, Yoto membalikkan badannya ke arah kami. Semua gerakan saat ini terasa bergerak lebih lambat dari biasanya. “Aaahhhhhhhh!!!!!” Yoto teriak kencang. Teriakannya yang menggetarkan 1 rumah juga membuat handuk yang melilit di tubuhnya lebih memilih terlepas dan menjatuhkan diri ke bawah. “Ahhhhhhhhhhhhh!!” Aku sontak ikut teriak keras karena disuguhkan pemandangan itu. Mama refleks menutup mataku dengan suara tawa menggelegar dari mulutnya. Yoto tergesa-gesa langsung mengambil handuk dan melilitkannya kembali ke tubuhnya lalu berjalan kesal keluar dari kamar mandi menabrak pundakku. Namun, Secara tiba-tiba aroma tidak sedap tercium penuh satu ruangan. Kami bertiga terdiam. “Ihhh Ini bau apa?” Yo spontan bertanya. Aku terdiam pucat, aku sangat hapal bau busuk ini berasal darimana. Aku yang mencurigai diriku sendiri refleks mengarahkan tanganku ke arah gerbang pembuangan tubuhku. Benar saja , semua sesuai dugaanku. “Aku cepirit!” Teriakku yang terburu-buru masuk ke dalam kamar mandi. Tawa mama makin menguat. Yoto juga ikut tertawa lepas. Mereka seperti melihat tontonan bagus hari ini untuk menaikkan mood di pagi hari. Setelah selesai mandi pun rasanya seperti tidak ingin keluar dari sini, mungkin aku suah berdiam diri di sini selama 1 jam 45 menit. Kejadian itu sangat memalukan, bahkan sampai sekarang aku masih bisa mendengar suara Yoto tertawa cekikikan. “Gak keriput apa itu jari di kamar mandi terus? udah jam segini Oy.” Teriak Yoto dengan penuh tawa. Aku perlahan membuka pintu kamar mandi. Dengan wajah memerah aku berusaha bersikap cuek dan berperilaku seperti kejadian tadi tidak pernah terjadi. “Hari ini mau berangkat bareng?” Tanya ku canggung kepada Yoto. “Ihh Kakunya. Malu ya ?” Godanya sambil mengambilkan nasi dan lauk di piringku. Aku tertunduk malu, rasanya seperti ingin terus selamanya menghilang. “Yoooooo!! Tolong lah. Mau bahas kejadian handuk jatuh gak? ” Aku menggoda Yoto balik. “Haha.. Oke oke cukup. Hari ini, aku gak bisa ikut kau.” Ujarnya yang masih tertawa kecil sambil menyantap makanan di depannya. “Masih ngurusin kantor?” Tanyaku yang juga menyantap makanan ku. “Hem, ribet banget. Yang punya gedung ngotot mau naikin harga sewa. Jadi kayaknya kita gak bakal lanjut deh di tempat itu Oy.” Jelas Yoto. Aku mengangguk-angguk kecil mengisyaratkan kalau akan selalu setuju dengan keputusan yang nantinya akan Yoto ambil, “Oh yaudah nanti di lokasi pengerjaan biar aku aja yang urus. Urus aja dulu kantor.” Ini masalah baru kami. Baru se-tahun kami membuka kantor ini tetapi kami berencana untuk menutupnya dan hanya membuka Toko secara daring. Usaha yang aku dan Yoto bangun terbilang usaha kecil-kecilan. Pekerja yang ikut berkerja dengan kami juga tidak terlalu banyak hanya ada 5 orang termasuk aku dan Yoto. Membuka Toko secara online, kami rasa juga dapat menghemat pengeluaran perusahaan. Dikarenakan usaha kami bergerak di bidang jasa jadi tidak terlalu rumit untuk mengadakan pertemuan dengan calon client di cafe yang nyaman atau tempat yang direkomendasikan olen client. ————————————————————————— Aku dan Yo berpamitan dengan mama yang tengah sibuk melayani pelanggannya. Aku berangkat sendirian kali ini ke lokasi yang telah di kirim Yoto melalui whatsappku. Sesampainya di lokasi, betapa terkejutnya aku melihat pemandangan yang sangat indah. Bisa melihat pantai dan laut dari atas sini. Sangat mengherankan, kenapa bisa ada lokasi sebagus ini? Setelah berdecak kagum dengan view yang ku lihat. Aku bergegas memberikan beberapa instruksi gerakan mana terlebih dahulu yang harus dikerjakan kepada mandor pelaksana pembangunan. Pekerja-pekerja di sini sangat ramah-ramah dan saat makan siang kami juga saling berinteraksi dengan beberapa pekerja bangunan di sana. Aku cukup akrab dengan orang-orang sekitar, kita saling melontarkan teka-teki dan candaan. Sampai akhirnya, mata ku tertuju kepada Mey yang duduk sendirian di antara batu batu habel dengan view menghadap ke laut. Aku berjalan mendekatinya yang terlihat seperti membaca n****+. “Kakakmu kemana?” Tanya ku basa basi. “ehm.. lagi ngurusin usahanya yang lain.” Jawabnya cuek. Kami terdiam sesaat, aku yang mati kutu dengan suasana akward ini memutuskan untuk kembali ke tempatku. “Oh, oke kalau gitu.” Aku hendak pergi dari sini. “Gak ada niatan minta maaf?” Celetuknya yang membuat langkahku terhenti. Aku kembali berputar melihatnya untuk bertanya, “Buat?” Tiba-tiba Mey meraih pergelangan tanganku dan menarik ku lebih mendekat dengannya. “Kejadian yang waktu itu!” Ucapnya mendongakkan kepalanya dan menatap ku. Duk.. Duk.. Dukk.. ‘hatiku berdebar lagi?’ Matanya sangat indah, aku hampir tak bisa berpaling dari keindahan ini. “Udah Gilak ya!” Teriak ku mengalihkan pandanganku. Seketika membuat dia melepaskan cengkramannya, mengernyitkan dahinya ke arahku dan kembali fokus ke bukunya. Aku menarik buku yang sedari tadi dibacanya itu. “Memangnya tentang apa sih? Sampai se-gila ini.” Ucapku penasaran. Aku membaca beberapa paragraf dari buku itu. Hingga akhirnya, aku mengerti gendre n****+ seperti apa yang wanita ini baca. “Oh tentang cewek sama cewek!” Celetuk ku. Dia hanya terdiam saat itu. Aku pun mendekatkan wajah ku ke arahnya, sedikit membungkuk. “Kamu Suka Perempuan ya?” Tanyaku sedikit mengernyitkan bibir ku. Terlihat wajahnya berubah menjadi sangat jengkel kepada ku. Aku sedikit kaget dengan perubahan wajah itu, membuatku melangkahkan kaki mundur beberapa langkah dari posisi duduknya. “Kamu hanya ambil point cinta perempuan dengan perempuan, tapi inti dari cerita ini kamu gak tau. Badan mu aja yang tinggi , otak dan mulut mu 0.” Mey Mencampakan n****+ itu ke arahku, lalu pergi berlari dengan cepat sambil menangis. Apakah kata-kata ku terlalu menyakitinya? Kadang mulut ini luar biasa kurang ajar. Pertengkaran itu membuat semua para pekerja melihat kami. Aku tak menduga wanita se-imut Mey bisa semarah itu. Rasa bersalah membanjiri perasaanku. Aku bingung, Apa yang harus aku lakukan setelah ini?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN