Naoy, Ibu selalu mengatakan bahwa nama itu akan menjadi tunas dan mengakar di dalam diriku agar aku berkembang tergambar menjadi wanita manis, energik dan disenangi banyak orang. Benar saja, nama adalah doa. Kandungan dalam nama itu terbawa di alam bawah sadarku dan aku tumbuh sesuai dengan yang ibu inginkan.
Sangat disayangkan ibuku tidak dapat melihat ku hidup menjadi pribadi seperti yang dia inginkan. Beliau terlalu sempurna untuk bersemayam di dunia. Tuhan menginginkannya di saat aku masih bergelut dengan pergolakan dunia remaja. Bahkan, di sisa hidupnya dia mendonorkan penglihatan berharganya untuk seseorang.
Aku sangat membenci orang tersebut. Mereka menghilangkan terang dalam hidup kami.
Jangan tanya bagaimana dengan ayah ku. Dia tidak pernah ada, aku menganggapnya pergi menjelajahi perut bumi dan tak bisa kembali. Aku tumbuh besar melalui semuanya sendiri. Ohh.. tidak , aku melupakan sahabat kecilku, Yoto. Bersama dengan keluarganya aku bersemi, dipupuk dengan rasa kasih sayang hingga membuatku selalu kenyang dan tidak pernah merasa kurang kasih sayang.
____________________________
"Oy!!!" Teriak Yoto membangunkan ku.
" Ya Tuhan, gak bisa apa kau bangunin aku lembut-lembut apa?" Jawab ku refleks memegang kupingku yang berdengung mendengarkan suara cempreng Yoto.
Yoto terlihat buru-buru menyiapkan semua bahan untuk presentasi kami. "Gak bisa! Hari ini kita ada mitting sama klien baru! inget gak!" Tangannya masih saja aktif ke sana-sini untuk mengambil bahan yang diperlukan.
"Tau aku, Inget!!" Jawabku santai.
"Yaudah, kalau gitu aku duluan ya! Nanti kalau lewat toko buku Quality, aku titip beliin novel." Pintanya, memegang tanganku. Seperti dejavu kejadian ini sering sekali terulang antara aku dan Yoto. Kenapa dia tidak ada insiatif untuk membelinya sendiri?
"Gilak kau ya! Gak mau ah!! Nanti aku telat kalau singgah-singgah !" Protes ku yang refleks menepuk punggung Yoto. Seperti tak mau kalah Yoto mencekram kembali punggungku ,"Kau kan bos nya, telat sedikit gapapa kali! nama novelnya Pluto."
Aku yang terlalu lunak memang tidak pernah bisa menang melawan anak zebra satu ini. Aku berkeluh menghela nafas mengambil handuk ku hendak beranjak mandi.
"Pokoknya kau harus dapatin n****+ itu! Cepet banget itu n****+ sold out, harus pagi-pagi buat bisa kebeli itu novel." Seru Yoto memaksa.
"Iya iya ah!!! Ribut kali pun kau." Balasku yang tidak lagi mempunyai tenaga untuk terus meladeninya
Yoto buru - buru mencium pipi ku, aku memang sudah terbiasa dengan tingkahnya ini tapi, entah kenapa rasanya masih terasa geli hampir ke jijik.
"Minta disepak kau ya!! Dah pergi sana , jangan sampai ku ganti juga itu password kunci ku!" Teriak ku sambil masuk ke kamar mandi.
"Ey Jangan!! Yodah aku ke kantor duluan ya, aku kesini cuma mau ambil berkas. Jangan lupa Novelnya Oy!!" Seru Yoto semakin menguatkan nada bicaranya.
"Ya" aku menjawab dari kamar mandi.
Begitu lah hubunganku dengan Yoto. Perempuan cantik, anggun bermata lentik, anak dari ibu Domini pemilik warung mi bihun terenak sedunia. Yoto memang suka sekali membaca. Hampir semua n****+ dengan gendre unik tertata rapi di kamarnya.
Berbeda sekali dengan ku yang memang tidak ada sedikit pun punya minat membaca. Bagiku, membaca hanyalah membuang-buang waktu dengan sekumpulan tulisan.
Aku perempuan yang mencintai sesuatu yang jarang sekali disukai banyak perempuan. Hal-hal menantang, seperti jatuh dari ketinggian atau terlempar jauh ke angkasa. Rasanya membuat ku merasakan beban yang menggeleot manja di pundak terlepas. Aku senang melakukannya mungkin setiap 6 bulan sekali.
Terkadang, aku juga sangat ingin sekali mempunyai pasangan yang memiliki hobi yang sama. Namun, rasanya siapapun akan takut melakukan hal yang aku sukai ini.
__________________________________________
Aku berangkat dari apartementku dan berhenti di toko buku yang Yoko sudah wanti-wanti dari pagi untuk ku kunjungi. Aku masuk dan melihat kesana kesini mencari n****+ yang Yoto inginkan. Tak butuh waktu lama, aku menemukannya terletak di 3 rak buku paling depan bagian paling atas.
Saat itu ada seorang wanita berambut panjang, berpenampilan rapi dengan style yang sepertinya dia sangat jago mempadu-padankannya berdiri di depan rak buku tujuanku. Wanita imut itu berusaha untuk meraih n****+ yang sama seperti yang kucari. n****+ tersebut terletak di rak paling atas yang tingginya tidak dapat diraih wanita itu. Aku pun mengambil gampang n****+ tersebut yang kebetulan memang tersisa 1. Ternyata benar sekali kata Yoto, n****+ ini cepat sekali sold out nya.
"Ah terimakasih." Ucap wanita itu.
Aku menoleh ke bawah melihat wanita imut itu yang tersenyum nikmat, se-nikmat nasi berkat yang selalu ku terima setiap jum'at. Aku yang gugup berusaha untuk membalas senyumannya, "Buat apa?" tanya ku keheranan.
"Novelnya? Makasih udah diambilin." Dia menjawab penuh dengan kepolosan. Wajahnya sangat lucu saat ini. Sangat berharap aku memberikan n****+ itu. Aku tertawa kecil saat melihatnya. Aku tidak akan mengalah kali ini.
"Tapi aku juga mau ambil n****+ ini." Ledekku sambil tersenyum.
Wanita itu menarik paksa n****+ yang sudah bersarang di tanganku, "Loh? Gak bisa dong!! Kan aku duluan yang nemuin!" Protesnya.
"Ya kan, kamu gak bisa ngambilnya." Jawab ku cekikikan.
Kami beradu tarik menarik. Ini bukan perlombaan yang di gelar saat 17 agustus, tapi aku merasakan euforia itu menggunduk di hati ku. Aku menariknya lebih kencang lagi dan mengangkat tangan ku ke atas bersama dengan n****+ rebutan kami. Wanita imut itu tak bisa berkutik , jangkauannya terlalu jauh tapi, usahanya sangat keras hingga membuatnya terus melompat kecil untuk meraih n****+ ini. Mirip sekali seperti hamster.
"Kamu macem-macem ya sama ku!" Ancam wanita kecil itu yang terus melototi ku dengan mata sipitnya.
Aku cekikikan sedari tadi melihat hamster ini berusaha untuk melawan ku yang mempunyai tinggi jauh berbeda dengannya. "Kenapa? Mau ngadu mamak?" Ledek ku lagi sambil berjalan pergi meninggalkan wanita tersebut.
Wanita itu menarik tangan ku! Membuat tubuh kami terseret sangat berdekatan.
'sangat manis', aku memujinya di dalam hati.
Tubuhnya memang tidak terlalu tinggi tapi itu yang membuatnya sangat terlihat imut dan manis. Posisi kami yang berhimpit satu sama lain membuat ku dapat mencium aroma tubuhnya. Wangi sekali, wangi yang sangat manis seperti buah melon.
Duk.. Duk.. Dukk..
'Hatiku berdebar?' Aku bertanya-tanya dalam hati.
Apa yang telah terjadi? Mungkin aku hanya kaget karena wanita itu cukup kuat menarik ku.
Aku meletakan tangan ku ke atas kepala wanita tersebut dan mundur selangkah dari nya, "Dek, jangan kayak gitu ya. Kalau kita berdua jatuh gimana?"
Aku melanjutkan langkah ku ke kasir. Meninggalkan jauh wanita itu di sekumpulan rak buku. Aku hendak membayar n****+ yang diinginkan Yoto tapi mataku melihat ada sesuatu yang menarik minat ku. Aku pergi sebentar untuk melihat koleksi terbaru mobil-mobilan hot wheels yang terpajang tidak jauh dari kasir.
"Ih ini aku belum punya." Seru ku.
Aku mengambil salah satu mobil-mobilan tersebut dan kembali lagi ke meja kasir. Tak bisa di pungkiri aku memang sedikit suka mengkoleksi mobil-mobilan.
"Kak , sekalian ini 1 ya- , lohh??" Aku kaget n****+ yang tadi terletak di meja kasir tiba-tiba menghilang.
"Kak n****+ nya mana?" Tanyaku panik.
"Oh tadi udah dibayarin sama teman kakak. Kata nya biar dia aja yang bayar sekalian dibawa untuk diberikan ke kakak kan?" Kasir itu mencoba menjelaskan kronologi n****+ hilang ini.
"Yang mana orangnya?" Aku masih dalam suasana kepanikan dan emosi sudah menjalar sampai ke ubun-ubun.
"Itu mbak, yang baru keluar." Kasir itu menunjuk pintu keluar.
Terlihat dari jauh, wanita kerdil yang ku ledek belari kabur merebut n****+ yang tadinya sudah menjadi milikku.
"Ah,, anak itu ternyata!!" Keluh ku kesal.
Wanita itu membawa lari n****+ Yoto dan berita buruknya lagi adalah buku itu stok terakhir.
Penuh dengan kekesalan aku meninggalkan toko tersebut lalu pergi ke kantor. Antara kesal dan juga lucu, wanita itu punya ide licik seperti itu untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Rasanya sungguh menggemaskan kalau mengingat tingkahnya.
"Senyum – senyum sendiri ngapa dah?" Yoto datang menganggetkan. Suasana hatiku secara tiba-tiba berubah, aku merasakan khawatir. Bisa saja aku akan berakhir menjadi daging panggang kalau Yoto tau aku tidak mendapatkan n****+ yang dia mau.
"Lapar Yoo.... belikan makan untuk ku!" Pinta ku lembut sambil mengelus-elus perutku.
"Novelnya dulu mana?" Tanya Yoto sambil mendekatkan wajahnya ke arahku. Bulu halus tubuh seketika berdiri naik. Hawa sejuk berasa sangat panas menjangkau luar kulitku. Aku harus terlihat tenang dan berlagak menjadi korban "Huft.. dimaling." Jawabku memejamkan mata.
Alis Yoto naik, Pertanda dia akan mengamuk dan menjadi godzila "Oy!! Kok bisa di maling. Aduh ,malah susah dapetin itu novel." Teriak Yoto penuh dengan kegaduhan.
"Tadi aku udah dapet, tinggal bayar. Eh, di salip sama Ular!" Aku mencoba menjelaskan kerjadian yang sebenarnya terjadi.
"Oy!! Gimana sih? Males ah! Beli sendiri sana makan siang mu!" Yoto pergi dengan bibir yang maju 5 cm. Aku merasa lega, sepertinya neraka sedang tidak memiliki mood untuk membakarku.
Aku terduduk bersandar memikirkan betapa liciknya wanita itu sambil tersenyum kecil sebelum melanjutkan menggambar beberapa design di pad untuk klien ku yang akan datang 2 hari lagi.
Aku memang suka sekali menggambar. Namun, hanya senang menggambar rumah beserta ruang-ruang di dalamnya. Aku tidak menyangka ternyata hobi inilah yang membuatku bisa hidup dengan penghasilan yang dihasilkannya. Aku mempunyai usaha kecil-kecilan di bidang design interior dan Yoto bekerja sebagai asisten pribadi ku untuk berinteraksi langsung dengan client dinegosiasi harga.
______________________________________________
"Maaf banget kak, kayaknya bos cafenya bakal telat dikit deh soalnya macet. Boleh aku lihat dulu gak ya design untuk cafe nya? " Kata seorang wanita berparas cantik yang sepertinya merupakan seketaris bos cafe clientku.
"Oh iya gapapa kak, ini beberapa design interior yang udah dibuat Naoy kak."Balas Yoto santai menyodorkan pad ku.
Tak lama kemudian seorang wanita datang memasuki ruang mitting. Wanita itu tak asing bagi ku, aku mengingat seluruh perawakannya. Refleks aku terhentak berdiri saat melihatnya. "Ular!!" kata itu terucap dengan tegas dari mulutku.
Wanita itu kaget saat melihat ku, matanya tersimpan penuh kejengkelan. Rasanya aku ingin menarik rambutnya dan menggantungnya di atas kipas angin yang berdejit di ruangan mitting ini.
"Kak, dia design interiornya?" Tanya wanita imut itu dengan nada bergetar sambil menunjuk ke arahku.
"Iya Mey." Seketarisnya menjawab sambil terus fokus memeriksa hasil designku.
"Gak ada design interior lain apa? Ayok cabut." Kesal wanita imut itu menarik tangan sekertarisnya.
Amarah ku memuncak, benar-benar tidak punya sopan santun. "Dasar Maling!" Teriak ku.
Langkah wanita imut itu terhenti mendengar teriakanku. Yoto juga sontak langsung menepuk mulut ku. "Yo!! Dia ini yang ambil n****+ yang udah mau ku bayar!" Protesku.
"Mulut mu!! Tetap aja dia client kita." Yoto membekap mulutku.
Suasana menjadi berantakan semenjak kehadiran ular berwujud manusia. Yoto dan seketaris itu terlihat bingung dengan apa yang tengah terjadi.
"Ini ada apa sih sebenarnya?" Tanya seketaris itu.
"Dia ini ambil n****+ yang udah aku coba ambil sampai jinjit-jinjit karena aku gak bisa raih. Manusia ini ngambil se-enak jidatnya n****+ ku. Mentang-mentang badan mirip jerapah!" Wanita itu menjelaskan detailnya dengan memandangku penuh dengan kesal.
"Udah udah Mey!!Kakak udah tanda tangan kontrak deal! Kita gak bisa ganti design interior begitu aja. Kakak jamin, design dia yang terbaik!" Ucap seketaris itu yang ternyata adalah kakaknya.
Mendengar kakaknya yang mengucapkan itu dengan lantang, membuatku sedikit membanggakan diri dengan menaikan alisku sambil tersenyum sombong ke arah wanita ular itu.
"Yo, kau urus ya! Aku mau keluar! Males ngeliat ular disini." Aku pergi meninggalkan ruang mitting yang terlihat kacau itu. Dengan rasa kesal yang menghujani mood ku aku berjalan melewati wanita ular yang sedari tadi seperti mengutukku. Aku tak peduli lagi akan tanggapan mereka tentang ku akan seperti apa nantinya.
Namun, entah kenapa dari sisi ku yang lain ada rasa senang tersendiri aku bisa bertemu lagi dengan ular itu.