Ku Menjauh Kau Mendekat

1210 Kata
                Notifikasi email masuk membangunkan tidur Reina. Ia tersenyum membaca pesan itu. Sebuah email yang dikirim seseorang yang menyebut dirinya ‘Bumi’. ‘Waktu terus saja berputar, mengiringi terangnya siang dan gelapnya malam. Terbit tenggelam setiap hari, seiring bertambah umur dan usiamu. Yakinlah bahagia akan selalu menyertai langkahmu mulai saat ini. Tak peduli apa yang telah terjadi. Itu hanyalah bagian dari masalalu yang semakin membentukmu menjadi dewasa. Dari masalalu, Kenanglah apa yang memang ingin kamu kenang, lupakan apa yang memang seharusnya dilupakan. Hiduplah untuk bahagiamu sendiri. Semoga harimu berbahagia. Selamat ulang tahun dan selamat menikmati hari special ini.’ Bumi selalu menjadi orang pertama yang memberinya ucapan selamat ulang tahun. Reina sebenarnya penasaran dengan sosok bumi yang hanya mau berkomunikasi dengannya lewat email saja. Jangankan wajahnya, suaranya saja Reina tidak tahu seperti apa meski mereka sudah beberapa tahun ini berkomunikasi.             Sore ini Reina tiba-tiba harus ke bogor mengantarkan dokumen penting yang tertinggal pada rekan divisinya. Membuatnya harus membatalkan rencananya. Padahal rencananya ia, Ibra dan Yasmin akan ke Bandung menghadiri undangan makan malam opa. Sebuah kebiasaan bertahun-tahun lalu saat dirinya tengah berulang tahun. Untunglah besok weekend jadi ia akan mengunjungi opanya besok saja. Tiba di salah satu resto di bogor Reina langsung dihampiri oleh salah satu pelayan disana. Hari itu langit sudah gelap. “Mba Reina ya?” sapanya. Reina hanya menggangguk saja. “Mba Reina sudah ditunggu dari tadi. Mari ikut saya”. Reinapun berjalan mengekori pelayan itu memasuki salah satu ruang VVIP yang ada di resto itu. ‘Mungkin ini klien penting makanya meetingnya di resto besar dan ruang VVIP’ pikirnya.         Pelayan itu tampak membukakan pintu itu lantas mempersilahkan Reina masuk. Saat tubuhnya telah masuk sempurna kedalam ruang itu, tampak pelayan itu memberinya senyum tipis lantas menutup kembali pintu itu. Pandangannya mengitari ruangan itu. Kakinya melangkah tanpa komando. Ternyata ruang itu terhubung dengan balkon besar yang hanya dibatasi kaca besar yang transparan. Di tengah ruangan itu tampak sebuah meja dan dua kursi lengkap dengan hidangannya. Ia begitu terpana dengan desainnya. Sehingga bulan dan bintang yang malam itu bersinar bisa Reina saksikan dengan jelas. Membayangkan makan malam romantis dinaungi langit malam yang cerah dan disinari rembulan. Ditambah banyaknya bintang yang kian mempercantik langit malam ini. Sungguh perpaduan yang memanjakan mata. ‘tapi tunggu, kenapa ruangan ini sepi’ saking terpana dengan apa yang dilihatnya Reina sampai lupa tujuannya datang kemari. Sepertinya ia salah masuk ruangan. Ia harus menelpon rekannya dan menanyakan keberadaan mereka. Saat tengah sibuk dengan ponselnya, Reina mendengar suara pintu di buka, disusul dengan derap Langkah seseorang. Terdengar suara seseorang yang menyanyikan lagu. ‘Happy birthday to you’ Reinapun membalikkan badannya. Ia terlonjak kaget hingga tanpa sadar ia mundur beberapa Langkah. Orang itu terus melangkah dengan kue ulang tahun di kedua tangannya sambil menyayikan lagu itu. Happy birthday to you Happy birthday Happy birthday Happy birthday to you         Kini ia tepat berada di depan Reina saat lagu itu selesai dinyanyikannya. Bisa ia lihat Reina masih tampak menegang. Mematung pada posisinya. “Selamat ulang tahun Na” ucapnya tanpa beban lengkap dengan senyum manisnya. Reina mengerjap, mencoba mengembalikan kesadarannya. Mencerna apa yang terjadi. Pikirannya mendadak buntu. Otaknya tidak bisa diajak berpikir. Reina hanya menurut saja saat di tuntun untuk duduk. Tepat seperti kerbau yang di cucuk hidungnya. “Make a wish Na” ucapnya lagi saat kami sudah duduk berhadapan. Ada banyak pertanyaan yang ingin di lontarkan Reina. Tapi lidahnya masih kelu. “Ka..yy...” hanya itu yang melintas di otaknya. Itu pun Reina ucapkan dengan terbata. “Make a wish dulu Na. ini lilinnya keburu memeleh. Simpan dulu semua pertanyaan kamu.” Reina pun menurut. Memejamkan matanya, lantas memanjatkan doa dan pengharapan pada sang pencipta. Setelah selesai ia pun membuka mata. Tepat saat matanya terbuka yang pertama ia lihat adalah manik mata Kay yang tengah memperhatikannya. “Tiup lilinnya”. Reina masih menurut. Meniup lilinnya tanpa buka suara apalagi protes. “Sekali lagi selamat ulang tahun Na” ucapnya lagi. Ia lantas mengambil sesuatu dari balik saku jasnya. Sebuah kotak berbentuk persegi panjang berwarna biru. “Semoga kamu suka” ucapnya sambil mengulurkan kotak itu ke depan Reina. Perlahan Reina pun membuka kotak itu. Ternyata sebuah kalung berbandul huruf R. Huruf R yang dihiasi dengan taburan berlian kecil-kecil di sepanjang sisinya. Sederhana tapi elegan. Tampak biasa tapi berkelas. Reina terpana akan kesederhanaan dan kemewahan yang terlihat dalam kalung itu. “Boleh aku bantu pakaikan?” pertanyaan itu membuyarkan lamunannya yang tengah mengagumi kalung itu. Entah mengapa Reina pun mengangguk. Hal yang tentu saja seharusnya tidak ia lakukan jika tidak ingin semakin terhanyut.         Bagai gayung bersambut. Kay tersenyum melihat Reina mengangguk. Tanpa membuang waktu ia pun berdiri, mendekat, mengambil kalung itu dari kotaknya dan memakaikannya di leher jenjang Reina. Saat jari tangannya menyentuh leher jenjang Reina, Kay merasa seperti ada sengatan listrik yang menjalar sampai ke ulu hatinya. Sengatan yang membuatnya bahagia. Hal yang juga dirasakan oleh Reina. Tampak dari rona pipinya yang semakin bersemu. “Apa ini tidak berlebihan? Ini berlian….” “ssttt” kay memotong ucapannya. “Tidak ada yang berlebihan buat kamu Na. itu sudah aku persiapkan sejak lama. Kalung itu adalah hasil tender pertama AMAAI”. Reina tentu saja terharu mendengar itu. Ia terhanyut semakin dalam pada rindu yang sekian lama terpendam. Rindu itu mengalahkan logikanya.         Mereka lantas makan dalam diam. Menikmati kebahagiaan yang jelas terpancar dari rona wajah keduanya. Biarlah untuk saat ini saja mereka menikmati momen ini. mengabaikan kenyataan yang ada. Hanya bercerita hal-hal lucu yang membuat bahagia. Keduanya seakan sepakat tanpa kata tidak mengungkit apapun yang membuat luka di masalalu. Kayhan ingin menikmati rona bahagia yang terpancar diwajah Reina saat ini tanpa harus mengingatkan gadis itu pada kejadian pahit apapun. Sedangkan Reina terbuai dengan situasi dan sikap Kay yang berubah drastis. Sikap kay yang seperti ini mengingatkannya pada Kayhan yang dulu, saat mereka masih menjadi sepasang kekasih. Reina sebenarnya ingin menanyakan banyak hal tentang masalalu mereka. Tapi hal itu ia urungkan. Reina hanya ingin menikmati momen ini dengan damai. Toh saat ini sudah terlambat rasanya jika ia masih mengungkit masalalu. Sudah ada Ibra disisinya. Ah, mengingat Ibra membuatnya menyadari bahwa kebersamaannya dengan Kay, kebahagiaan yang ia rasakan sekarang tentu akan menambah luka pada hati Ibra. Mengecewakannya lagi. Entah untuk yang kesekian kalinya.                 Waktu akan terasa berlalu begitu cepat jika kita tengah melakukan hal-hal yang menyenangkan. Itu pula yang Reina rasakan. “Sudah larut Kay, aku harus pulang”. Ah benar saja, Kay sampai tidak menyadari bahwa mereka telah mnghabiskan waktu berjam-jam. Rasanya baru lima menit. Berlebih bukan? “Ah iya, udah malem. Ya udah aku anter ya”. Reina menggeleng. “Ibra dan Yasmin juga mau ke apartemenku. Mereka akan menginap karna subuh nanti kita mau langsung ke Bandung. Ketempat opa. Habisnya kamu menggagalkan rencana kami. Harusnya kan kami sore tadi berangkat ke Bandungnya” ucapnya kesal tapi bibirnya masih dihiasi dengan senyuman. Kay hanya cecengesan mendengar itu karena faktanya memang seperti itu. “Ga enak kalau nanti papasan sama Ibra” Kay tentu mengerti itu. Tak ingin memperpanjang hal yang bisa merusak kesan manis dalam pertemuannya kali ini dengan Reina. “Tapi ini udah malem banget Na. Aku anter sampai depan mall yang deket apartemen kamu aja ya. Nanti kamu bisa naik taksi dari sana”. Reina pun mengangguk.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN