Jamuan Opa

1279 Kata
        Saat turun dari taxi Reina bisa melihat mobil Ibra terparkir disana. Berarti Yasmin dan Ibra sudah lebih dulu sampai di apartemennya. “Yang lagi ulang tahun baru balik. Kemana aja Rein, malem banget pulangnya” cecar Yasmin begitu melihat Reina masuk. “Sorry, tadi setelah aku nganterin dokumen rekan kerja ku ngajak main dulu di bogor. Nikmati udara malam Bogor”. Ia tidak berbohong kan? Kayhan memang rekan kerjanya. Lebih tepatnya atasannya. “Ya udah ah, aku mandi dulu ya” ujarnya sambil berlalu menuju kamar. Reina tentu menyadari kalau Yasmin akan bertanya lagi jika ia masih ada di dekatnya. “Eh tunggu, ini kado dari kita belum di buka” “Entar aja” “Kita sama-sama tau kalau Reina itu tidak pandai berbohong” ucap Ibra yang melihat gelagat aneh pada sikap Reina. Yasmin hanya mendengus menanggapi itu. Reina tidak pernah menyembunyikan apapun kecuali kalau itu berhubungan dengan… Kayhan.                 Sesuai rencana subuh itu mereka menuju Bandung dengan menggunakan mobil Ibra. Reina duduk disamping Ibra yang tengah mengemudi, sedangkan Yasmin duduk di belakang. Dari kaca depan Yasmin bisa melihat ada yang berkilau di leher Reina. Lantas ia pun memajukan badannya ke depan. Tepat di celah kursi yang diduduki Reina dan Ibra. Mendongak pada Reina. Lantas berkata “Kalung baru Rein?” tanyanya sambil mengulurkan tangannya menyentuh kalung itu. Reina yang tengah mengantuk pun terlonjak. Menegakkan badannya. “Ah i.. iiiya. Kenang-kenangan dari bogor kemarin” ucapnya sambil menenggalamkan kalung itu pada celah kaos yang ia gunakan. Tak ingin Yasmin ataupun Ibra memperhatikan kalung itu terus. “Itu berlian ya?” Yasmin masih saja penasaran “Bukan kok, ini permata biasa” “Indah banget kaya berlian asli”. Yasmin jelas tau Reina tengah gugup. Ia juga sangat bisa membedakan mana berlian asli dan palsu. ‘Berjanji padaku Na, mulai saat ini kamu hanya kan hidup untuk kebahagiaan kamu sendiri’. tiba-tiba ia teringat pesan Kay sesaat sebelum ia turun dari mobil. Tanpa di duga Kay juga membuntuti taxi yang ia tumpangi sampai di apartemennya. Mengingat kejadian itu Reina tersenyum sendiri. ia tersipu sendiri mengetahui bahwa Kay masih bersikap manis. Yasmin dan Ibra saling pandang menyaksikan tingkah Reina. Rona bahagia jelas terpancar dari matanya. Melalui tatapan matanya Yasmin seakan bertanya kenapa?. Ibra hanya mengedikan bahu tanda ia tidak tau penyebab perubahan sikap Reina.                 Jalanan Jakarta-Bandung masih lancar pagi itu, hingga tidak butuh waktu lama bagi mereka bertiga sampai di kediaman opa. Mereka lantas disambut dengan hangat oleh opa. “Apa kabar opa?” sapa Reina sambil memeluk opa “Baik sayang. O iya selamat ulang tahun cucu opa yang cantik” “Terima kasih opa” jawabnya sambil mengecup opanya. Pengganti kedua orangtuanya. “Selamat ulang tahun Rein”. Reina menoleh “Eh ada dr Vera juga”. Lantas ia pun menghampiri dan memeluk wanita yang sudah ia anggap ibunya itu meski beberapa tahun ini mereka jarang bertemu. Lantas Yasmin dan Ibra bergantian menyalami opa dan dr Vera.         Mereka semua lantas menuju meja makan. Sarapan bersama. Opa memang meminta kami bertiga untuk datang selain karena Reina ulang tahun, ada hal lain yang ingin opa sampaikan pada mereka semua. Setelah sarapan mereka berbincang di ruang keluarga. Dr Vera juga terlibat. Semenjak ia membantuku pulih dari trauma, opa sudah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga. Agak berlebihan sih, tapi Reina tidak mempermasalahkan itu. “Rein, kapan kamu akan membantu opa mengurus perusahan opa dan perusahaan yang orangtuamu tinggalkan?”. Reina menghela nafas berat. Lagi-lagi topik ini yang dibicarakan “Reina kan sudah sering bilang kalau Reina sama sekali tidak tertarik dengan semua itu opa. Biarkan kak Revan yang meneruskan bisnis papa. Ada kak Gerald juga yang bisa bantu opa mengurus perusahaan opa” “Kakak mu itu sama keras kepala nya dengan kamu. Ia lebih memilih membangun bisnis yang ia rintis dengan sahabatnya di Amerika itu dibandingkan pulang ke Indonesia mengembangkan bisnis keluarga” jelasnya frustasi. “Opa belum bisa percayakan bisnis opa pada Gerald. Anak itu masih belum bisa serius” “Masih ada om Akmal kan, papanya Gerald” “Dia juga sibuk dengan bisnisnya”. Bisnis yang akan menghancurkan keluarga kita. Ucap nya dalam hati. Belum saatnya cucu nya tau tentang pelik nya masalah dalam keluarga ini. Yasmin dan Ibra hanya mendengarkan, tak berani angkat suara. Karena ini persoalan pribadi keluarga Reina. “Reina hanya akan bantu ngurus pabrik kain mama aja opa. Itu pun setelah proyek Reina di kantor selesai. Raut bahagia jelas terpancar di wajah opa “Jadi kamu akan resign dari kantor?”. Reina mengangguk. Sudah saatnya ia membantu meringankan beban opa. Saat ini tidak ada lagi alasan baginya untuk mengelak dari tanggung jawab keluarga. Semoga dengan begitu ia juga tidak lagi mengecewakan Ibra. Karena dekat dengan Kay mampu membuat hatinya goyah. Reina tidak ingin menyakiti Ibra sedikitpun. Yang lalu biarlah berlalu.        “O iya maksud opa mengundang kalian berdua kemari” tatapannya beranjak pada Ibra dan Yasmin “Opa ingin memberikan ruko yang ada di daerah kemang pada mu Yas. Ruko itu kosong sudah lama. Sayang kalau tidak dimanfaatkan. Kamu bisa buka butik. Kerjasama dengan garment milik Reina”. Yasmin terkejut, tidak begitu dengan Reina. Karena ia sudah pernah membicarakan hal ini dengan opa. “Tidak perlu opa. Itu terlalu berlebihan”. Bukankah berlebihan memberikan sebuah ruko megah di kemang dengan percuma? Meski ia bukan orang asing tapi ia tetaplah bukan bagian dari keluarga ini. “Kamu tau Yas opa tidak suka di bantah” ucapnya tajam. Yasmin menunduk. “Untuk masalah modal dan renovasinya kamu bisa obrolkan dengan Reina dan Ibra. Mereka pasti akan membantu kamu. Kalau semuanya sudah beres rancangan biayanya bisa kamu kirim ke opa” “Baiklah kalau begitu opa. Terimakasih” jawabnya. Opa pun tersenyum menanggapi itu. Lantas pandangannya beralih pada Ibra. “Dan untuk kamu Ibra, kamu bisa ambil alih perusahaan furniture yang di Tangerang. Opa sudah urus berkas peralihannya. Perusahaan itu sudah bukan lagi bagian dari Tahir Grup. Cabang itu memang belum terlalu berkembang, karena baru dibuka juga. Tugas kamu membesarkannya. Kamu bisa focus ke salah satu furniture untuk menghilangkan image Tahir yang sudah melekat disana” “Tapi opa....” sela Ibra “Opa tau apa yang kamu khawatirkan”. Ia sudah sangat lama mengenal Ibra. Tentu ia bisa tau jalan pikiran anak itu. Terlebih Ibra juga mengetahui banyak rahasia dalam keluarganya melebihi Reina. “Perusahaan itu terpisah dari asset Tahir Grup. Jadi kelak siapapun dari keturunan Tahir tidak akan bisa menggugatnya”. “Sudah ya. Itu saja yang ingin opa sampaikan” ucapnya sambil beranjak dari duduknya. “Sisanya akan diurus oleh pengacara opa”. “Masih ada yang ingin opa bahas dengan dr Vera” lantas opa pun melangkah menuju ruang kerjanya dengan diikuti dr. Vera. *** Sesaat setelah mereka berlalu, Ibra pun menyusul opa ke ruang kerjanya. “Ibra, terimakasih sudah menjaga Reina dengan baik selama ini. Entah bagaimana opa harus membalas semua kebaikan kamu” “Tidak masalah opa. Lagian Ibra juga senang bisa menjaga Reina” “Maaf, lagi lagi Reina mengecewakan kamu”. Ibra tentu paham maksud opa. Lagi.. entah untuk yang kesekian kalinya ia kembali kecewa. Tapi Ibra sadar, ini adalah konsekuensi dari pilihannya. Mencintai seseorang yang sudah jelas telah melabuhkan cintanya pada pria lain. “Tidak masalah opa. Lagian dari dulu Ibra sadar bahwa Ibra hanya penjaga Reina. Bukan pemilik hatinya. Ibra tau suatu saat Ibra harus mengembalikan Reina pada pemilik yang sebenarnya”. “Ibra sudah cukup senang beberapa tahun ini bisa menjaga Reina dari dekat”. Ucapnya lagi. “O iya opa, informasi terbaru tentang dia sudah Ibra kirim lewat email”. Ucapnya mengalihkan pembicaraan. “Terimakasih”. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN