Fakta (Bagian 1)

1331 Kata
        Kayhan tampak berjalan dengan tergesa-gesa, masih mengenakan kaos putih dan celana olahraga. Sepuluh menit yang lalu Rendi menelpon, mengajaknya bertemu dan mengatakan bahwa ia sudah ada di parkiran apartemennya. Tidak biasanya Rendi bersikap seperti ini. Buru-buru jelas bukan tipe seorang Rendi. Kay tahu bahwa biasanya hal sekecil apapun selalu direncanakan dengan baik oleh sahabatnya itu. “Ada apa Ren? Buru-buru sekali nyuruh aku turun. Padahal aku lagi olahraga” ucapnya saat sudah memasuki mobil Rendi. Saat Rendi menelpon ia memang sedang olahraga di ruang khusus olahraga yang tersedia dalam apartemennya. “Ada hal penting yang ingin aku sampaikan”. Rendipun lantas menceritakan semuanya dari awal. Mulai dari ia mengikuti Reina hari itu. Reina yang ternyata masih single. Lalu pertemuannya dengan dr Vera. Lantas terakhir tentang Yasmin. Kayhan yang mendengar semua yang Rendi ucapkan terang saja membuatnya terkejut. Bahkan matanya sudah berkaca-kaca. Semua hal tentang Reina memang sangat mampu mengusik sisi sensitifnya sebagai pria. Kayhan jelas tidak menyangka bahwa Reina pernah ada di kondisi sulit hingga depresi dan mengalami GAD. Apakah ini ada kaitannya dengan dirinya yang waktu itu memutuskan sepihak hubungan mereka? Tapi rasanya tidak mungkin. Dulu saat orang tua Reina meninggal karena kecelakaan tidak lantas membuat gadis itu depresi padahal jelas ia sangat tahu bahwa Reina sangat dekat sekali dengan papanya. Reina bukanlah gadis yang lemah. Kayhan meyakini pasti ada hal besar yang terjadi hingga gadis itu bisa depresi. Ia menyesal kenapa baru tahu hal itu sekarang. Kenapa ia bisa melewatkan hal sebesar ini. Padahal selama ini ia selalu berusaha memantau Reina dari jauh. “Awalnya aku ingin mencari tau sendiri kejelasan semuanya baru menceritakan hal ini sama aku” “Tapi aku kesulitan. Orang-orang kepercayaan ku tidak bisa mendapatkan info apapun tentang Reina yang pernah mengalami depresi. Padahal biasanya mereka sangat bisa diandalkan untuk mencari informasi apapun. Sepertinya ada orang penting yang berhasil menutup akses tentang masalalu Reina” ucapnya lesu. “Iya. Mudah baginya melakukan hal itu” Rendi menoleh sejenak sebelum kembali focus pada kemudinya. “Maksud kamu?” “Reina adalah cucu perempuan satu-satunya dari Jefri Tahir” Ciiittttt “APA?” Mobil yang tiba-tiba di rem membuat tubuh Kayhan terbentur dashbor mobil “RENDIII” beruntunglah jalanan sepi sehingga mobil mereka tidak ditabrak dari belakang. “Sorry bro. Abisnya aku kaget banget dengernya”. Siapa yang tidak kenal Jefri Tahir. Ia adalah pengusaha batubara sukses di Indonesia. Ah bukannya hanya batubara, setau dia usahanya juga sudah merambah ke berbagai sector seperti furniture di jawa, perkebunan di Kalimantan, dan hotel di Raja ampat dan Bali. “Reina beneran cucu nya Jefri Tahir?” Rendi masih mencoba memastikan kalau dirinya tidak salah dengar. Anggukan Kay pun menyiratkan bahwa Kay memang seperti tidak sedang bercanda. “Bagaimana mungkin? Selama ini yang aku tau Jefri Tahir hanya punya cucu laki-laki. Lagipula tidak ada nama Tahir tercantum dalam nama Reina”. Sebagai pengusaha yang berpengaruh di Indonesia tentu saja kehidupan keluarga Jefri Tahir banyak dilirik orang. “Aku juga tidak tau alasan keluarga mereka tidak menyematkan nama Tahir pada nama Reina. Tapi Reina memang benar-benar cucunya. Tepat nya anak kedua dari almarhum Om Revan dan Tante Syeina. Satu-satunya cucu perempuan Jefri Tahir” jelasnya lagi. “Sudahlah, biarkan itu menjadi urusan keluarga mereka. Terus kemana tujuan kita sekarang?”. “Apartemen Yasmin. Dia suruh aku bawa kamu sekalian. Baru dia mau ceritain semuanya” “Kamu punya hubungan khusus dengan Yasmin?” “Sampai saat ini kita hanya berteman”. Entahlah. Tapi memang saat ini mereka hanya berteman meski Rendi jelas menyadari bahwa Yasmin dapat membuatnya nyaman. Kebersamaan mereka selalu ia rindukan.                 Yasmin tampak beranjak dari duduknya saat suara bel apartemennya terdengar. Itu pasti Rendi dan Kayhan. Benar saja dugaannya, tepat saat pintu ia buka tampak Rendi dengan senyumnya manisnya. “Masuk” Rendi dan Kay tampak berjalan mengikuti Yasmin, duduk di sofa yang berada di ruangan itu. Untuk sesaat mereka terdiam. Tampak kecanggungan diantara ketiganya. “Apa kabar Yas? Long time no see” Kay yang akhirnya memulai obrolan. Yasmin tersenyum samar “Aku baik”. Hhhh setelah menghembuskan nafas dalam Yasmin kembali berujar “Jadi apa yang ingin kalian tahu?” “Penyebab depresi dan GAD yang diderita Reina” Rendi mendahului Kay menjawab pertanyaan itu. “Enam tahun yang lalu Reina memang pernah mengalami depresi dan gangguan Generalized anxiety disorder. Gangguan kecemasan umum yang disebabkan oleh pengalaman negative sehingga menyebabkan stress dan trauma psikologis” terangnya. “Enam tahun lalu? Apa itu berkaitan dengan aku?” tanya Kayhan tampak khawatir. “Jelas semua ini gara-gara kamu” ucap Yasmin dengan nada bicara satu oktaf lebih tinggi. Kayhan hanya bisa menunduk dengan bentakan Yasmin. Semakin merasa bersalah. Rendi yang menyadari situasinya mulai panas memberikan minum kepada Yasmin. Setelah dirasa emosinya mulai mereda, Yasmin kembali menjelaskan. “Saat kamu tiba-tiba memutuskan hubungan kalian hanya melalui chat singkat, membuat Reina sedih dan bingung. Ia merasa hubungan kalian baik-baik aja. Reina terus berusaha meminta penjelasan tapi semua pesan dan telpon darinya sama sekali tidak kamu anggap. Ia tidak menyerah. Ia memutuskan memberimu waktu karena ia yakin kamu hanya sedang emosi saja. Hingga kurang lebih dua minggu kemudian ia datang ke Bandung bermaksud menemuimu karena dia tidak bisa menghubungimu lewat telpon. Tapi ternyata saat di Bandung dia baru tahu kalau keluarga kalian telah pindah ke Surabaya. Mengetahui hal itu, Reina makin merasa yakin bahwa ada masalah yang kamu dan keluargamu alami hingga sampai membuat kamu memutuskan hubungan kalian yang telah enam tahun terjalin itu. Reina juga meyakini bahwa opa Jefri terlibat dalam masalah ini. Hingga saat itu ia sangat membenci opanya. Reina sampai berbulan-bulan tidak mau bertemu dengan opa nya lagi. Saat itu hanya aku dan Ibra yang menemani setiap harinya. Untungnya saat itu ia mengalihkan sakit hatinya pada hal-hal yang positif. Menyelesaikan skripsinya dalam waktu singkat dan mulai membuka usaha konveksi.  Kami pikir dia sudah baik-baik saja. Tapi ternyata tidak, disela-sela kesibukannya ia masih terus mencari informasi tentang kamu karena kamu bagai ditelan bumi. Telepon dan social media kamu sama sekali tidak bisa dihubungi. Reina juga kehilangan kontak keluarga kamu. Akhirnya aku dan Ibra membantunya. Kami menghubungi teman-teman kami yang juga kuliah di Bandung. Tidak sulit bagi kami untuk menanyakan kamu karena kamu pernah menjabat ketua BEM di kampus. Jadi hampir semua orang di kampus itu mengenal kamu.  Hingga adik sepupu ku yang kuliah satu kampus dengan kamu mengatakan bahwa ia sering melihat kamu bersama Vanesha. Sepupu ku itu bahkan sempat mengirimkan beberapa foto kalian yang terlihat mesra di beberapa momen. Ditambah lagi, sepupuku bilang bahwa dikampus tersebar rumor kamu memang menjalin hubungan dengan Velisha. Aku dan Ibra sangat marah mengetahui hal itu. Kami semakin dibuat kesal karena setelah aku menceritakan hal ini pada Reina dia sama sekali tidak mempercayainya. Dia sangat yakin bahwa cinta kalian tidak sedangkal itu. Sampai suatu hari ia terlihat sangat bahagia saat dapat pesan melalui media sosial bahwa kamu menyuruh Reina ke Bandung. Aku dan Ibra awalnya tidak setuju Reina ke Bandung tapi melihat binar kebahagiaan pada matanya, kami tidak tega mencegahnya. Reina juga bersikeras tidak ingin ditemani siapapun. Karena merasa khawatir, Ibra memutuskan menyusul Reina tanpa sepengetahuanku. Dan ternyata…” Yasmin menjeda ucapannya. Hatinya kembali merasa sesak mengingat kejadian yang menimpa sahabat baiknya itu. Tanpa sadar, air matanya menetes. “Yas..” suara Rendi mengembalikan kesadarannya “Reina hampir di…” ia tak kuasa mengatakannya. Airmatanya semakin deras, usapan Rendi di punggungnya malah semakin membuat tangisnya pecah. Tapi Yasmin tau ia harus menyelesaikan kalimatnya. “PER... hiks hiks...KOSA” ucapnya semakin terisak. Rendi membawanya kedalam pelukan pria itu. Mencoba menenagkannya.                 Sedangkan Kayhan yang mendengar itu bagai disambar petir di siang bolong. Jantungnya seakan tidak lagi berdetak. Rasanya tidak ada kata-kata yang benar-benar bisa menggambarkan perasaannya saat itu. Ia merasa ikut hancur seketika. Rasanya berkali-kali lipat lebih sakit mendengar gadisnya mengalami pelecehan, daripada saat melihat Reina bersama Ibra. Airmatanya tentu saja tak bisa dibendung. Tak peduli jika ada yang menyebutnya cengeng. Toh ia sudah pernah bilang bahwa Reina selalu mampu mengusik sisi sensitifnya sebagai pria. To be continue...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN