Fakta (Bagian 2)

836 Kata
        Setelah dirasa suasana mulai tenang. Baik Yasmin ataupun Kay sudah tidak lagi menangis, Rendi lantas memulai kembali percakapan. Ia harus tahu lebih detail. “Siapa pelakunya?" “Kamu tanyakan saja pada sahabatmu itu” Kayhan tidak mengerti. “Apa maksud kamu Yas?” Yasmin geram mendengar pertanyaan itu. “Kenapa saat itu kamu tidak datang? Padahal kamu sendiri yang meminta untuk bertemu sampai Reina harus menunggu berjam-jam. Malah para brandal jalanan itu yang datang dan mengatakan bahwa kamu tidak akan datang. Kenapa kamu menyuruh brandalan jalanan itu menemui Reina?. Kalau saja kamu tidak menyuruh mereka tentu kejadian buruk itu tidak akan menimpa Reina”, tudingnya. “Jadi brandalan itu yang mencoba melecehkan Reina?” sela Rendi “Bukan, eh entahlah.. Para brandalan itu menggodanya karena ketakutan Reina lari tidak tentu arah. Pelarian itu justru membuat dia bertemu dengan para preman yang mabuk hingga terjadilah hal mengerikan itu. Untung saja Ibra datang tepat waktu dan menghajar mereka semua meskipun Ibra sedikit terlambat karena saat itu kondisi Reina sudah jauh dari kata baik-baik saja”. Rahang Kay tampak mengeras, ia mengepalkan kedua tangan disisinya. Meredam emosi yang kembali naik. Membayangkan kondisi Reina saat itu. “Aku tidak pernah menghubungi Reina apalagi memintanya untuk datang ke Bandung” Yasmin mendengus kasar mendengar itu. Perdebatan demi perdebatan terus terjadi antara Yasmin dan Kay. Yasmin yang terus menyalahkan Kay atas kejadian itu, sedangkan Kay juga ngotot membela dirinya. Rendi hanya diam saja membiarkan mereka berargumen. Pikirannya menerawang jauh. Melihat masalah dan situasi dari sisi yang lain. “Diamlah. Kalian tidak akan dapat apa-apa dengan berdebat seperti ini.” Rendi mencoba menengahinya. “Sahabat mu ini nih, masih saja mengelak” ucap Yasmin kesal. “Tapi aku memang tidak melakukannya Yas. Sumpah demi apapun. Aku tidak segila itu menyuruh para brandalan jalanan untuk menemui Reina” belanya. “Bagaimana mungkin bukan kamu yang menyuruh mereka sedangkan menurut Reina jelas sekali mereka mengatakan bahwa ‘Kayhan tidak akan datang’. Mereka menyebut nama kamu” Yasmin tampak akan melanjutkan kalimatnya itu lagi, tapi Rendi mendahuluinya “Tenanglah dulu Yas”. “Coba kamu gunakan logikamu. Menurut kamu mungkinkah Kay melakukan itu? Tujuannya apa? Sedangkan aku yakin kamu pasti tahu bagaimana mereka saling menyayangi. Kamu menjadi saksi hidup hubungan mereka. Lagian meski pesan itu dikirim dari social media Kay, tapi tidak ada bukti yang menunjukan bahwa Kay pengirimnya. Sekarang jaman semakin canggih. Aku yakin kamu mengerti”. Yasmin terpaku dengan penjelasan Rendi yang menurutnya masuk akal juga. Ia jelas tahu bagaimana saling cintanya Kay dan Reina. “Kay, apa kamu pernah merasa akun social mediamu di hack?”  ucapnya memulai investigasi. “Entahlah, aku tidak sadar. Setelah aku mengakhiri hubunganku dengan Reina, beberapa bulan aku sempat tidak menggunakan social media apapun”. Rendi tampak membuka ponselnya. Mengetikan sesuatu disana. “Apa kamu yang mengunggah kebersamaan kamu dengan Velisha di Australia?” Yasmin kembali bertanya. Kay menggeleng dengan yakin. “Aku tidak pernah mengunggah apapun setelah hubungan kami berakhir. Aku biasanya hanya menggunakan social media untuk mengetahui aktivitas Reina dari akun pribadinya ataupun dari akun kamu dan Ibra”. “Dua tahun setelah kejadian pelecehan itu akun social mediamu mengunggah foto kamu dengan Velisha. Kamu juga menandai Reina dalam postingan itu. Cuma sebentar sih, karena sepertinya unggahan itu kamu hapus” jelasnya. Kay tampak semakin bingung dengan ucapan Yasmin. Sementara Yasmin mulai merasa ada yang aneh dalam hal itu. Berbeda dengan Yasmin dan Kay, Rendi tampak sudah beberapa Langkah maju untuk mencari tahu kebenarannya. Ia masih disibukkan dengan gadgetnya. “Kalau bukan karena Velisha, lalu apa alasan kamu mengakhiri hubungan kalian begitu saja?” Yasmin mulai merasa ia harus mendengar semuanya dari Kay langsung. Kay pun lantas menjelaskan semuanya. Tidak benar-benar semuanya, karena Kay merasa masalah keluarganya tidak berkaitan dengan Reina. “Yas, apa pelaku yang terlibat dalam masalah Reina sudah ditangkap?”. Rendi menyela Kay yang sedang menceritakan kejadian sebenarnya pada Yasmin. “Tentu saja. Opa Jefri pasti tidak akan tinggal diam melihat cucu kesayangannya disakiti” “Terus?” Yasmin menoleh “Terus apa?” “Siapa dalang dibalik semuanya?” “Menurut polisi sih itu hanya preman mabuk. Mereka tidak disuruh oleh siapapun. Murni spontanitas saja.” “Bagaimana dengan para brandal jalanan itu?” Yasmin mengedikan bahu. “Entah. Brandal itu menghilang bahkan sampai sekarang.” “Aneh”. Yasmin dan Kayhan mengernyit bingung. “Rasanya aneh aja. Coba pikir, apa menurut kalian masuk akal seorang Jefri Tahir dengan segala kekuasaannya tidak bisa menemukan para brandal itu?” Rendi kembali menegaskan “Cuma brandal jalanan”. Mereka menggeleng. Hening.  Baik Yasmin ataupun Kayhan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Mencermati kalimat yang Rendi ucapkan. Hingga kayhan menyimpulkan. “kalau begitu kemungkinannya ada orang berpengaruh dibalik para brandal itu. Atau mungkin Opa sebenarnya tidak benar-benar mencari keberadaan brandalan itu” “Opsi kedua tidak mungkin” Yasmin menimpali. “Atau mungkin juga Opa Jefri mengetahui sesuatu tapi menyembunyikannya dari Reina dan semua orang dengan alasan tertentu pastinya” kali ini Rendi kembali berpendapat.  ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN