Secuil Harapan

1180 Kata
Secuil Harapan             Rendi sampai di kediaman Kay tepat saat mereka selesai sarapan. Merekapun lantas segera pamit kembali ke hotel karena rencananya sore nanti mereka akan kembali ke Jakarta. Dalam perjalanan, suasana hening menemani perjalanan pagi mereka. Baik Kay dan Reina tampak sibuk dengan pikiran masing-masing. Rendi yang melihat itu pun jadi serba salah, mencoba menerka apa yang sudah terjadi antara mereka.            Rayhan terus saja merasa terusik dengan jawaban Reina tadi saat sarapan. Hingga akhirnya siang itu ia memutuskan untuk menemui Reina di hotel. Ia merasa penasaran atas pengakuan Reina itu. Saat tiba di hotel ia melihat Reina yang baru saja turun dari taxi. “Kak Reina”. Reina yang merasa dirinya dipanggil menoleh dan mengedarkan pandangan. Bisa ia lihat Ray tampak berjalan menghampirinya. “Bisa bicara sebentar kak?” lanjutnya lagi. “tentu saja, kita bicara di cafetaria hotel aja ya”. Ray mengangguk. Mereka berjalan beriringan menuju cafetaria hotel yang masih terletak di lantai satu. Setelah memesan minum untuk keduanya, mereka lantas duduk di sudut café itu.         Kayhan dan Rendi yang kebetulan melewati café itu tampak terkejut melihat Ray dengan Reina. Awalnya Kay hendak menghampiri keduanya. Ia takut Ray akan berbuat hal yang tidak-tidak pada Reina, mengingat kebencian yang Ray miliki untuk Reina.  Tapi saat dirinya hendak beranjak, Rendi mencegahnya “Biarin aja bro, kita lihat aja apa yang mereka bicarakan”. Rendi yakin obrolan Ray dengan Reina akan menuntaskan kesalahpahaman tentang status Reina, mengingat kesalah pahaman itu berawal dari Rayhan. Kay pun akhirnya menurut, ia pun penasaran apakah obrolan mereka berkaitan dengan pengakuan Reina tadi saat sarapan. Karena tidak bisa dipungkiri ia juga merasa penasaran akan kebenarannya. Mereka lantas duduk di tempat yang tak jauh dari Ray dan Reina. Karena situasi café saat itu sepi, membuat mereka mampu mendengar dengan jelas percakapan Ray dan Reina. Reina mencoba membuka obrolan “ada yang bisa kakak bantu Ray?”. “Aku ingin minta penjelasan dari pernyataan kakak tadi di rumah”. “kakak mengaku belum menikah. Kenapa?” tanya nya lagi. “Kakak memang belum menikah Ray. Saat ini kakak memang memiliki hubungan dengan Ibra melebihi sahabat.” Ia ingat betul beberapa tahun lalu saat mereka bertemu, ia mengakui Ibra sebagai sahabatnya. Karena saat itu memang kenyataannya seperti itu. “tapi hubungan kami baru berjalan sebulan ini. lihat saja tidak ada cincin pernikahan bukan yang melingkar dijari kakak.” lanjutnya lagi lengkap dengan senyum khasnya. "Kalau kamu masih belum percaya juga silahkan tanyakan sendiri pada opa Jefri". Ray tentu saja kaget dengan pernyataan itu. Reina tampak mengambil sesuatu dari dompetnya. Mengeluarkannya lantas menyodorkannya pada Rayhan "Silahkan liat sendiri status Kakak di KTP itu". Rayhan semakin gemetar setelah melihat KTP itu. “Memang kalau kakak boleh tau apa yang membuat kamu mengira kakak sudah menikah dengan Ibra?”. Ray diam sejenak, menyadari mungkin saja selama ini dirinya salah paham. Ia pun lantas menceritakan kejadian dua tahun lalu. “Dua tahun lalu saat aku ingin mengunjungi kak Rein di apartemen, aku melihat kak Rein jalan dengan kak Ibra. Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti kalian. Ternyata tujuan kalian adalah butik. Aku semakin kaget saat melihat kalian fitthing baju pengantin. Ditambah lagi seorang pelayan disana yang aku tanya mengatakan bahwa kalian akan menikah dua minggu lagi. Aku sempat mengambil foto kalian saat sedang memakai baju pengantin itu dan mengirimkannya pada kak Kay. Saat keluar butik aku masih mengikuti kalian sampai ke toko perhiasan. Dugaan aku semakin kuat melihat kalian mengambil cincin kawin dari salah satu toko perhiasan itu. Jujur saja saat itu akan sangat marah mengetahui kalau cinta kak Rein pada kak Kay tidak sebesar itu. Aku bahkan sampai membenci kak Rein karena Kak Rein tidak mau menunggu kak Kay yang sedang memperjuangkan hubungan kalian”. Rein mendengarkan dengan seksama semua cerita Ray. Rupanya niatnya membantu saat itu membuat kesalahpahaman ini. Tapi hati Reina tergelitik dengan kalimat terakhir yang disampaikan Ray. ‘Memperjuangkan hubungan mereka? Apa maksudnya?’. “Kak Rein..”panggilan Ray membuyarkan lamunannya. Reina tau betul tatapan Ray menuntut penjelas darinya atas kejadian itu. Ia pun menarik nafas dan menghembuskannya. “Saat itu kakak menolong teman kakak yang kebetulan adalah pemilik butik itu untuk mencoba gaun pengantin rancangannya yang akan ia ikut sertakan dalam acara fashion show. Kalau tentang ucapan karyawan butik itu kakak tidak tau apa tujuannya mengatakan hal itu pada kamu. Teman kakak juga minta tolong kakak dan Ibra untuk mengambil cincin pernikahan yang katanya akan digunakan dalam fashion show gaun pengantin nantinya". Ray merasa sangat bersalah, raut penyesalan tampak pada bola matanya. “Maafin Ray kak, Ray membuat kesalahpaman dalam hubungan kalian” “Tidak apa-apa Ray. Lagian hubungan kami sudah lama berakhir jauh sebelum kesalahpahaman itu. Ada tidaknya kesalahpahaman itu tidak akan merubah apapun. Kakak kamu juga sudah punya pilihannya sendiri” ucap Reina yang diakhiri dengan senyum datarnya. Sungguh kalimat yang ia ucapkan itu masih saja mampu melukai hatinya. Membuatnya lupa untuk menanyakan maksud ‘memperjuangkan’ yang sempat Ray ucapkan. Ray yang melihat perubahan wajah sendu Reina menjadi bingung sendiri dengan arah pembicaraan mereka. “Maksud kak Rein?”.  “Sudahlah tidak perlu di perpanjang lagi Ray. Kakak harus segera kembali ke kamar karena belum packing. Sebentar lagi kami akan checkout soalnya” ucapnya mengalihkan pembicaraan. Reina tidak mau Ray melihat perubahan pada raut wajahnya kalau pembicaraan ini diteruskan. Ia tahu betul kelemahannya yang tidak bisa menyembunyikan ekspresi wajahnya apalagi yang berkaitan dengan Kayhan.                 Pada akhirnya Rayhan hanya bisa pasrah saat Reina meninggalkannya. Ia tidak punya hak untuk memaksa kak Reinanya berbicara. Meski ia yakin sekali ada hal yang disembunyikan oleh Kak Reina. Setidaknya ia bisa merasa lega karena sudah dapat klarifikasi dan maaf langsung dari kak Reina. Sekarang ia tinggal menjelaskan kesalahpahaman ini pada kakak dan orangtuanya.                 Rendi dan Kayhan menyaksikan saat Rayhan meninggalkan café itu. Sepertinya baik Reina ataupun Ray tidak menyadari kehadiran mereka. Rendi menghembuskan nafas lega. Akhirnya kesalahpahaman tentang status Reina bisa terselesaikan juga. Rendi sempat menimbang apakah saat ini waktu yang tepat baginya menceritakan tentang depresi yang pernah Reina alami? Ah tapi sepertinya lebih baik ia cari tau dulu sendiri penyebabnya agar ia bisa secara utuh menceritakan ini pada Kayhan, tidak lagi setengah-setengah.         Saat tiba di Jakarta nanti ia akan coba kembali menemui Yasmin. Sebelum berangkat ke Surabaya Rendi sempat mendatangi tempat pemotretan Yasmin, tapi ia tidak bisa menemuinya langsung. Ternyata ingin bertemu model pun sama seperti ingin bertemu dengan pengusaha sukses, tidak mudah. Dan tentunya harus membuat janji temu terlebih dahulu. Membuat janji temu pun tidak mudah karena pertemuannya bukan untuk membicarakan bisnis. Melalui orang suruhannya, Rendi berhasil mendapatkan no kontak asisten pribadi Yasmin. Setidaknya itu cukup membantu untuk mengetahui posisi Yasmin berada. Sebenarnya Rendi pun sempat menyuruh beberapa orang kepercayaannya untuk mencari tau tentang Reina. Tapi ternyata gagal. Padahal orang kepercayaan Rendi itu biasanya sangat bisa diandalkan untuk mencari tau informasi apapun. Menurut mereka, seperti ada orang berpengaruh yang menutup semua akses tentang masalalu Reina. Rendi sempat berpikir tentang siapa dalang yang menutup akses tentang Reina. Tapi karena ia tidak menemukan petunjuk apapun akhirnya ia mengesampingkan hal itu. Jalan terakhir untuk mengetahui tentang depresi Reina hanya melalui Yasmin.   ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN