Pertemuan yang Terencana

762 Kata
Pertemuan Yang Terencana         Jika model itu menolak bertemu dengannya saat ia meminta secara baik-baik, maka Rendi akan gunakan cara lain agar model cantik itu tidak lagi bisa mengelak darinya. Rendi sebenarnya heran mengapa Yasmin tidak bersedia bertemu dengannya setelah mengetahui bahwa ia adalah sahabatnya Kayhan. Setelah pulang dari Surabaya Rendi sempat menemui Yasmin dan memperkenalkan diri sebagai sahabatnya Kayhan. Anehnya, wanita itu langsung pergi tanpa mendengarkannya dulu. Dari situ juga Yasmin selalu saja menghindar jika Rendi kembali menemuinya. Sepertinya salahnya juga kenapa langsung memperkenalkan diri sebagai sahabatnya Kayhan. Awalnya Rendi hanya ingin mempersingkat waktu saja dengan tidak bertele-tele. Bukankah aneh jika ia datang sebagai orang asing lantas menanyakan perihal penyakit dari sahabat wanita itu.             Pagi itu Yasmin terlihat sangat buru-buru keluar dari apartemennya karena tiga puluh menit lagi pemotretan akan segera dimulai. Asistennya sudah uring-uringan mengingat Yasmin sulit dihubungi sejak pagi. Beruntunglah sepertinya hari ini jalanan tidak begitu macet. Yasmin mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Meski ia sedang buru-buru tapi keselamatan dirinya adalah hal yang utama. Tiba-tiba Yasmin merasa ada yang aneh dengan laju mobilnya hingga mau tidak mau ia menepikan mobilnya dan mengeceknya langsung. Hari yang sial. Ban mobilnya kempes disaat genting. Tanpa pikir panjang ia segera memesan taxi online dan sepertinya ini memang hari yang sial. Taxi terdekat berjarak sepuluh menit dari tempatnya. Harusnya ia tadi melewati jalur utama saja. Bukan malah menggunakan jalur alternatif yang sepi. Niat hati ingin cepat sampai tujuan malah terjebak dengan kesialan.         Sebuah mobil tampak berhenti. Saat pengemudi itu menurunkan kaca mobilnya, Yasmin bisa melihat siapa orang dibalik kemudi itu. Hari ini memang benar-benar sial. “Butuh tumpangan nona? Sepertinya anda sedang buru-buru”. Yasmin berpikir sejenak. Menimbang apakah ia harus menerima ajakan Rendi, orang yang beberapa hari ini ia hindari, atau lebih baik ia menunggu taxi online saja meski jika begitu sudah dipastikan ia bakal terlambat. Pesan dari asistennya membuat Yasmin akhirnya menerima tumpangan itu. “Bolehkah saya menumpang sampai taman Himalaya? Kebetulan dua puluh menit lagi saya ada pemotretan disana” “Masuklah, aku akan mengantarmu dengan cepat” “Terimakasih” ucap Yasmin sambil membuka pintu penumpang mobil mewah itu. “Ini tidak gratis nona.” Suara Rendi tiba-tiba mengintrupsi. Memecah keheningan antara mereka. Mendengar itu membuat Yasmin geram. “Saya pasti akan membayarnya”.  “Tapi aku tidak ingin dibayar dengan uangmu nona” Yasmin melihat sejenak pada Rendi yang tengah mengemudi lantas mendelik. “Ah seharusnya dari awal saya menyadari kalau laki-laki seperti anda pasti membutuhan pamrih” “Tidak ada yang benar-benar gratis didunia ini” “Tentu. Lantas apa yang anda inginkan?” “Sepertinya kita belum kenalan dengan benar” Rendi tampak mengulurkan tangannya tepat ketika mobil yang dikendarainya berhenti di depan taman Himalaya “Perkenalkan namaku Rendi”. Mau tak mau Yasmin menerima uluran tangan itu. Menjabatnya “Yasmin” “Mulai saat ini kita berteman Yas” ucapnya “Jadi sebagai teman kita tidak perlu tampak formal bukan?” senyum manis menyertai kalimat itu. Yasmin sempat dibuat terpana dengan senyum itu. “Sepertinya disini aku tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemauan mu bukan?” sinis nya. Tentu saja Rendi menyadari bahwa Yasmin masih kesal padanya. Tapi setidaknya Yasmin tidak lagi menggunakan kata saya dan anda. Perkembangan yang lumayan menurutnya. “Smart girl”. Yasmin mendengus mendengar itu.  “Baiklah, sekali lagi terimakasih atas tumpangannya” ucapnya sambil membuka pintu mobil dan keluar. Ia terkejut begitu melihat Rendi juga ikut turun dan berjalan mengekorinya “Ada apa lagi?” “Aku hanya ingin menemanimu hari ini. Tidak masalah bukan?” “Memangnya kamu tidak bekerja?” “Ini weekend Yas. Jadi boleh kan aku menemanimu?”. Ah iya, ini memang hari sabtu. Pekerjaannya sebagai model membuatnya tidak memiliki hari libur yang pasti.  “Up to you”.                 Sudah hampir sebulan ini hubungan Yasmin dengan Rendi semakin dekat. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama sekedar untuk makan atau nonton film bioskop. Terkadang saat senggang Rendi juga selalu menemani Yasmin bekerja. Meski selama ini Rendi tidak pernah membahas tentang Reina tapi Yasmin menyadari bahwa cepat atau lambat hal itu pasti akan Rendi tanyakan. Selama sebulan mereka dekat cukup membuat Yasmin tahu bahwa Rendi orang yang pantang menyerah. Mengingat tujuan pertama dulu menemuinya adalah untuk mengetahui tentang Reina, membuat Yasmin selama ini waspada. Ia tahu betul tujuan Rendi mendekatinya. Oleh sebab itu Yasmin bersedia untuk membuka pertemanan dengan Rendi. Bukankah untuk bisa mengalahkan lawan kita harus tahu kelemahannya? Waspada bukan berarti menjauh. Justru dengan menjadi dekat kita bisa lebih waspada dan dapat juga mengecoh kewaspadaan lawan. Itulah yang selama ini ada dipikiran Yasmin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN