Mulai Terungkap

1125 Kata
Mulai Terungkap         Flashback On     Pagi itu saat ia mengendarai mobil hendak pergi kekantor, ia melihat Reina dan seorang perempuan memasuki sebuah mobil honda jazz, sepertinya mereka habis sarapan karena mereka tampak keluar dari sebuah warung bubur. Ia mengendarai mobilnya tepat dibelakang mobil yang ditumpangi Reina. Awalnya ia kira Reina akan menuju kekantor mengingat pagi itu mereka ada rapat penting. Namun Rendi tersadar bahwa jalur yang dilalui bukanlah jalan menuju kantor. Kenapa Reina tidak menuju kantor padahal ada rapat penting pagi ini. Rendi tahu betul Reina bukan orang yang akan dengan mudahnya mengabaikan tanggung jawab. Karena rasa penasaran, akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti mereka. Tak lupa ia menghubungi kay dulu kalau ia ada urusan mendesak .     Saat mobil didepannya berhenti, Rendi mengernyit heran mengetahui tempat tujuan Reina dan temannya itu. Rendi bisa membaca dengan jelas papan nama didepan rumah itu, dr. Vera Anggraeni, SpKJ, M.Psi. Rendi jelas tau maksud dari gelar tersebut, seorang dokter ahli kejiwaan sekaligus master psikolog. Sepertinya orang yang bernama Vera itu kuliah di dua jurusan hingga ia mendapat dua gelar yang masih berkaitan satu sama lain. Hingga membuatnya menjadi seorang psikolog sekaligus psikiater atau dokter kejiwaan. Tapi untuk apa Reina ke tempat ini?. Setelah ia melihat Reina dan temannya itu menghilang dibalik bangunan megah itu, Rendipun akhirnya turun dari mobil dari menghampiri satpam yang berjaga di gerbang depan. “Permisi pak, maaf mau tanya bapak kenal sama dua perempuan yang baru saja masuk?” tanya nya pada satpam itu. “Oh, itu non Reina sama non Yasmin. Bapak ini siapa ya?” tanya sang satpam “oh, saya Rendi pak, temennya Reina. Saya tadi kebetulan lewat sini dan heran saja melihat Reina datang ke tempat ini. kira-kira bapak tau tujun mereka datang?” “Saya kurang tau sih tujuan mereka datang hari ini, soalnya sudah lama mereka tidak datang kesini lagi” “Jadi mereka sering datang kesini pak?” Rendi semakin dibuat penasaran. “Iya pak, mereka biasanya rutin kesini setahun tiga sampai empat kali untuk berdonasi”. “Donasi?” “Iya pak, kebetulan dokter Vera juga menjadikan klinik ini sebagai rumah singgah bagi mereka yang terganggu kejiwaannya tapi keluarganya tidak memiliki biaya untuk pengobatan” jelas satpam itu. Penjelasan itu membuat Rendi bernafas lega, ternyata mereka datang kesini sebagai donator. Tapi kelegaan itu tak bertahan lama karena di detik selanjutnya satpam tersebut tampak melanjutkan perkataannya. “Non Reina juga dulu sempat menjadi pasien disini. Tapi tidak tinggal di rumah ini sih, hanya berkunjung rutin setiap minggunya. Makanya saya bisa kenal sama mereka”. Tentu saja penjelasan itu mampu membuat Rendi terkejut sampai tanpa sadar ia menahan nafasnya beberapa saat. Fakta baru yang ia temukan, Reina pernah mengalami masalah kejiwaan? Karna apa? Apa Kay tau soal ini? ah sepertinya tidak. Masih banyak lagi pertanyaan yang bermunculan diotaknya. “Kalau boleh saya tau pak kenapa Reina bisa jadi pasien disini pak? Itu kejadiannya kapan?” “Wah kalau karena apa saya kurang tau pak, tapi sepertinya depresi pak. Non Reina pertama kali datang ke tempat ini enam tahun lalu”. “Setelah dinyatakan sembuh pun, mereka rutin datang kemari sebagai donator. Mereka sangat baik dan sopan hingga disukai banyak orang disini”. Ucap satpam itu Kembali. Ah, sepertinya ia tidak bisa mendapatkan informasi detail dari satpam ini. “Yaudah terimakasih ya pak, atas informasinya”. Akhirnya Rendipun pamit undur diri pada satpam itu. Lain kali ia akan mencari lebih detail lagi informasi tentang Reina.            Flasback Off     Siang ini Rendi tampak mendatangi kembali sebuah tempat yang beberapa hari lalu sempat ia kunjungi. Lebih tepatnya ia mengikuti Reina sampai kesini. Rendi menyakinkan dirinya bahwa keputusan yang diambilnya dengan mendatangi tempat ini sudah benar. Ia harus secepatnya mengetahui apa yang sebenarnya terjadi enam tahun lalu dengan Reina. Terlebih setelah ia mengetahui satu fakta lainnya yang juga tak kalah mengejutkannya. Kemarin ia menerima data diri Reina dari pihak HRD, dan apa yang ia baca dalam kertas data diri itu membuatnya tercengang. Ternyata status Reina single? Kok bisa? Reina benar-benar masih single atau dia justru menutupi status pernikahannya dengan Ibra?. Tapi rasanya tidak mungkin jika Reina dengan sengaja menutupi pernikahannya.     Meski dengan sedikit ragu, ia tampak memasuki ruang prakter dr. Vera. Setelah ia membuka gagang pintu tampak seorang wanita berusia sekitar 45 tahunan  menyambutnya dengan senyum hangat. “Silahkan duduk...” ucapnya dengan senyum yang tidak pernah luntur dari bibirnya. Entah mengapa senyum itu terasa sangat menyejukan sampai terasa ke dasar hatinya. Layaknya senyum seorang ibu yang tak pernah ia dapatkan. Mungkin karena ia seorang psikiater dan psikolog pikir Rendi. “Terimakasih” ucapnya sambil duduk di sofa yang terletak di ruang itu. “Ada yang bisa saya bantu? Kamu mau konsultasi atau….” Tanya psikiater itu. Rendi tampak langsung memotong ucapan dokter itu. “Bukan dok.. bukan. Saya tidak datang untuk berkonsultasi” setelah menghela nafas sejenak, ia Kembali berucap “Begini dok, tujuan saya datang kesini adalah untuk menanyakan terkait teman saya yang beberapa hari lalu berkunjung kemari. Namanya Reina Agnella” wanita itu tampak mengernyit  mendengar tujuannya datang. “Kalau boleh tau bapak siapa nya Reina? Tanya dokter itu dengan ekspresi damai Kembali. “Saya rekan kantornya dok. Maaf dok, saya ingin tau kenapa Reina bisa depresi enam tahun lalu? Penyebabnya apa?” “Kalau hanya rekan kantor kenapa kamu ingin tahu sekali tentang masalalu Reina? Siapa sebenarnya kamu? Tujuan kamu apa ingin tahu masalalu Reina?” tanyanya dengan nada mengintimidasi, yang cukup menohok Rendi. Ia tahu tidak akan mudah mendapat informasi seorang pasien dari dokternya. “Apa kamu ada kaitannya dengan Kayhan?” Rendi yang mendengar pertanyaan itu tampak membulatkan matanya terkejut. Dokter ini tau tentang Kayhan? Berarti dugaannya benar. “Saya sahabatnya Kayhan dok. Saya hanya ingin membantu saja karena sepertinya banyak kesalah pahaman yang terjadi diantara mereka berdua. Saya ingin membantu meluruskan semuanya supaya sahabat saya itu tidak lagi terbebani dengan penyesalan dari masalalunya” jelasnya. Dokter itu tampak Kembali tersenyum dengan tenang, seakan menyadari hal penting dari kasus pasiennya itu. “Mohon maaf sebelumnya tapi saya tidak dapat memberikan informasi tentang pasien pada siapapun tanpa persetujuan pasien, karena bagaimanapun saya terikat kode etik profesi”.  “Iya dok, saya mengerti..” “Tapi kalau kamu memang ingin tahu banyak tentang Reina kamu bisa tanyakan pada Yasmin atau Ibra. Mereka tahu banyak soal Reina.” Sepertinya Yasmin yang dimaksud itu adalah perempuan cantik yang menemani Reina kesini beberapa hari lalu, pikir Rendi. Tapi Ibra…     "Maaf dok, apa Ibra yang dokter maksud itu suami Reina?” dokter itu hanya tertawa mendengar pertanyaan Rendi. “Mereka belum menikah. Meski Ibra sudah dari dulu jatuh hati pada Reina, tapi sepertinya Reina baru membuka hatinya untuk Ibra akhir-akhir ini.” Rendi tersenyum mendengar jawaban itu. Berarti Reina belum menikah. Lantas bagaimana dengan foto itu? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN