Pernikahan Anak Sultan

1018 Kata
Di sebuah Hotel bintang lima, Grandballroom yang ada di salah satu lantai hotel tersebut sudah di dekorasi sedemikian mewah dan elegan. Ruangan yang siap menampung ribuan tamu undangan itu sudah siap dari dekorasi, catering yang di buat prasmanan dan beberapa gubuk-gubuk kecil untuk setiap makanan spesial seperti kambing guling, zuppa soup, dim sum, ice cream dan makanan mewah lainnya siap memanjakan para tamu undangan nantinya. Meriahnya pesta pernikahan tidak semeriah hati Arzan. Pria itu malah berkabung untuk pernikahannya dalam arti kata ini bukan pernikahan yang sesungguhnya dia inginkan. Dia hanya ingin menikah dengan Gayatri bukan Naya, gadis pilihan orangtuanya. Arzan menganggapnya hanya pernikahan bisnis belaka. Dia tidak mencintai Naya, tidak sedikitpun ada nama Naya di dalam hatinya. Terkunci hanya untuk Gayatri. *** Kedua pengantin memasuki ruangan Grandballroom diiringi lagu romantis dan tepuk tangan para tamu undangan. Senyum di bibir Naya mengembang sempurna, tapi Arzan hanya tersenyum tipis samar bahkan hampir tidak terlihat. Mata pria itu tidak sedetikpun menatap pengantin wanitanya, apa lagi memujinya, jangan harap! "Senyum dikit dong, Mas," pinta Naya dengan gigi rapat dan senyum masih tercetak sempurna di wajah cantiknya. Arzan akhirnya terpaksa tersenyum, senyum terpaksa tapi tidak mengurangi ketampanannya. Pakaian tuxedo lengkap yang melekat pada dirinya menambah pesona Arzan bagi kaum hawa yang melihatnya. "Mereka pasangan yang serasi, ya." "Iya, satu cantik, satunya tampan." "Beruntungnya Maya mendapat pria seperti Arzan." "Arzan juga beruntung dapat Naya." Beberapa orang terdengar samar berbisik di antara kerumunan para tamu. Mereka tidak tahu kalau di dekat mereka Gayatri ada di sana, salah satu dari mereka. Ya Tuhan! Kalau saja dia bisa berteriak saat itu dan membatalkan pernikahan megah ini pasti sudah dia lakukan sejak awal. Tapi tidak, Gayatri yang lebih di kenal dengan sebutan Aya itu masih memiliki harga diri. Dia tidak mau hanya karena pria itu dirinya malah tambah hancur di kata ribuan orang yang ada d sana. 'Kamu harus kuat, Aya,' ucap Gayatri dalam hatinya. Tiba saatnya para tamu undangan memberi ucapan selamat pada mempelai pengantin. Gayatri menguatkan hatinya naik ke atas panggung. Berulang kali dia menghela napas panjang yang sangat berat. Menahan rasa sakit hatinya. "Selamat ya, Pak Arzan, Bu Naya." Dengan senyum manis Gayatri mengulurkan tangan dan di sambut dengan ragu oleh Arzan bergantian dengan Naya. "Akhirnya kamu datang juga, makasih sudah datang ya. Dan cepat menyusul," balas Naya. Kening Gayatri sontak menyernyit dalam. "Maksudnya?" tanya Gayatri bingung. Naya melirik pria yang berbaris di belakang Gayatri. Gadis itu pun menoleh. Karena pria itu tersenyum ke arah Gayatri, mau tidak mau dia membalas senyum itu. Ketiga orang di sana saling lempar senyum tapi tidak dengan Arzan. Darahnya memanas mengetahui Gayatri datang dengan seorang pria yang baru pertama ini dia lihat. Entah siapa pria ini, tapi sepertinya undangan dari klien ayahnya Arzan. Gayatri sengaja melambatkan langkahnya, menunggu pria yang tadi di belakangnya dan di kira Naya adalah pasangannya. Dia mengira pria itu akan berhenti dan menyapanya ternyata tidak. Dia langsung begitu saja melewati Gayatri tanpa menoeh sedikitpun, malah terkesan menghindari tatap muka meski Gayatri sudah tersenyum. Gadis itu mengikuti sang pria dari belakang tapi tidak lama langkah Gayatri terhenti karena si pria malah keluar dari ruang mewah itu. Tujuan Gayatri hanya satu sebenernya, meminta maaf atas kesalah pahaman tadi saat Naya mengira mereka adalah sepasang kekasih. Gayatri menggedikan kedua pundaknya, "Ah! Ya sudah lah," gumamnya. Tidak ingin terlalu lama di sana, gadis cantik itu meninggalkan pesta karena tidak ingin menambah rasa sakit hatinya lagi nanti jika dia sampai mengikuti pesta pernikahan itu di mana akan ada acara potong kue pernikahan dan pengantin saling suap kemudian berciuman. *** Pesta berjalan dengan lancar, pengantin baru itu langsung masuk ke dalam kamar pengantin mereka yang sudah disediakan pihak hotel. Arzan yang sudah berganti piyama tidurnya merasa resah dan gelisah sejak tadi dia mengetahui kalau Gayatri datang bersama seorang pria ke pesta pernikahannya. "Secepat itu kamu mendapat penggantiku, Aya?" gumamnya pelan. "Aku tidak akan membiarkan pria mana pun!" tambahnya dengan hati bergemuruh. Arzan kesal dan membanting ponselnya hingga rusak karena terbentur lantai. Sejak tadi dia mencoba menghubungi Gayatri tapi nihil, hanya operator telpon yang menjawabnya. Jawaban yang sama kalau nomer yang di tuju sedang tidak aktif. Bersamaan dengan itu Naya keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan bathrobe saja, rambutnya masih sedikit basah. "Kamu kenapa, Mas?" pekik wanita yang baru saja bergelar istri itu bertanya soal ponsel sang suami yang terlepas satu dan lainnya di lantai. Naya menunduk dan mengambil satu persatu pecahan ponsel sang suami dan menaruhnya di atas meja. Dan Arzan tidak ada niatan sedikitpun untuk membantunya. Kemudian Naya membuka kopernya untuk mengambil pakaian tidur, gadis itu merutuki dirinya yang memiliki kebiasan buruk, lupa membawa pakaian ganti ke kamar mandi. Hingga saat ini dia harus keluar kamar mandi hanya dengan baju handuk milik hotel. Kedua mata Naya membola saat dia lihat pakaian tidurnya yang biasa malah berganti dengan lingerie seksi. "Fafa, Ghina! Awas kalian!" makinya dalam hati. Dia tahu betul pekerjaan siapa itu yang menukar pakaian tidurnya. "Kamu mau pakai pakaian itu juga aku gak akan tertarik sama kamu!" celetuk Arzan. Sontak Naya langsung memasukan kembali lingerie itu ke dalam koper. "Heum, gak, Mas! A-aku gak ada niat juga pakai itu," kelit Naya. "Ck! Munafik!" decak Arzan kesal. "Tapi walaupun aku pakai juga gak apa 'kan? Kita sudah sah sebagai suami istri." Arzan memutar bola matanya, malas. Ya, suami istri yang terpaksa karena orang tua mereka yang memaksa. Kemudian dia beranjak dari kasur. "Kamu mau kemana, Mas?" cegah Naya ketika Arzan hendak keluar kamar. Bukannya menjawab, Arzan mendorong pundak Naya yang menghalangi jalannya. "Mas, Mas Arzan!" panggil Naya tapi pria itu mengabaikannya. Hati Naya mencelos, di malam pertamanya dia malah di tinggal pergi oleh sang suami, entah kemana. *** Malam ini Gayatri sudah bersiap untuk tidur. Tapi ketika dia hendak naik ke atas kasur bell unit apartemennya berbunyi. Ting! Tong! "Siapa sih? Malam-malam begini?" gerutunya. Tanpa mengintip terlebih dahulu Gayatri langsung membuka pintu itu. "Ka-kamu?" Gadis itu hendak menutup pintu tapi Arzan lebih cepat, dia menahan dan membuka lebar pintu itu kemudian masuk ke dalam. Ceklek! Pria itu mengunci pintu itu. Sontak mata Gayatri membola dan dia melangkah mundur saat Arzan mendekat. "Ka-kamu mau apa?" tanya Gayatri dengan suara tercekat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN