Malam Pertama (++)

1062 Kata
Gayatri sudah menjauh dari Arzan tapi Arzan lebih gesit menangkap tubuh mantan kekasihnya itu. Dia memeluk gadis itu dengan erat. Gayatri berusaha menutupi bagian atas tubuhnya dengan kimono tidurnya. Tapi aksinya sia-sia karena Arzan sudah melihatnya lebih dulu belahan itu. Darahnya langsung berdesir. "Jangan seperti ini Arzan! Kamu sudah menjadi suami orang, di sana istri kamu pasti menunggu suaminya," cicit Gayatri. Kepala Arzan menggeleng, "Dia memang istriku tapi hanya di atas kertas, hanya kamu wanita yang aku cintai, Aya," bisik Arzan tepat di telinga sang mantan. "Sudah aku katakan kalau aku tidak akan menyentuhnya sama sekali, aku hanya ingin kamu, Sayang." "Ahhh ... Arzan." Sejak tadi Gayatri sudah menahan agar tidak mengeluarkan suara aneh itu saat tangan Arzan mulai menjelajah setiap inchi tubuhnya tapi desahan itu keluar begitu saja dari bibirnya. Arzan tersenyum penuh kemenangan. "Aku menginginkanmu, Sayang." Pria itu menatap Gayatri dengan mata sudah berkabut penuh gairah, napas keduanya saling memburu kemudian mereka saling melumat satu sama lain, berciuman Arzan sangat bernapsu, bertukar saliva dan indra pengecap mereka saling bertautan di dalam. Arzan menggiring Gayatri masuk ke dalam kamar, sambil berjalan keduanya melepas pakaian mereka masing-masing hingga tidak tersisa satupun. Sampai di atas kasur Arzan mendukung tubuh Gayatri dan dia mulai bergerilya menjelajah setiap inchi tubuh Gayatri. "Ahhh ...," desah Gayatri untuk kesekian kalinya. Dia ingin berontak tapi tidak bisa karena tubuh atletis itu menindihnya dan mengukungnga. Arzan meremas lembut kedua bukit kembar Gayatri dan mengulum puncaknya dengan rakus dan beringas. Gayatri merutuki dirinya sendiri, entah mengapa dia tidak bisa menolak sentuhan Arzan. Aksi Arzan tidak sampai di sana, dia melebarkan kedua kaki Gayatri dan mulai bermain di area sensitifnya beserta satu jari tengahnya masuk ke dalam. Hingga wanita itu meremang dan menggeliat bak cacing kepanasan tidak tahan dengan aksi Arzan hingga dia mencapai puncaknya lebih dahulu hanya karena permainan jari Arzan di dalam sana. Pria itu tersenyum puas melihat Gayatri bergetar merasakan sisa-sisa pelepasanya. "Cukup, Arzan. Jangan bertindak bodoh! Kita tidak bisa melakukan ini," mohon Gayatri agar pria itu tidak bertindak lebih jauh lagi. Tapi Arzan mengabaikan permohonan Gayatri. Hasratnya sudah di ubun-ubun tidak terbendung lagi. Arzan berlutut tepat di bawah Gayatri dan dia mulai memasuki gadis itu. "AKHHH!" teriak Gayatri saat milik Arzan memasukinya. "Tahan, Sayang." Arzan bergerak perlahan agar Gayatri tidak merasa kesakitan dan beradaptasi dengan miliknya di dalam sana. "Oh Gayatri, milikmu enak sekali, Sayang, sempit," racau Arzan yang semakin cepat menggerakan pinggulnya. Kepala Gayatri menggeleng cepat dan dia meremas lengan Arzan dengan kuat hingga membekas kuku di kulitnya. Tidak lama rasa sakit itu tergantikan dengan rasa nikmat yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Hanya desahan, erangan dan pekikan yang mewakilinya. Gayatri hanyut terbawa permainan Arzan. Dia ikut menikmati semuanya. Melupakan siapa pria yang saat ini sedang memacu tubuhnya dan memberi kepuasan malam ini adalah suami orang. Arzan memacunya lebih cepat dan menghentakan kuat miliknya saat mengeluarkan cairan kental miliknya di dalam sana. "Ahhh ... Arzan!" "Ohhh ... Gayatri!" Entah berapa kali Gayatri mencapai puncaknya bersama Arzan malam itu. Gayatri menangis karena pria yang merengut mahkota berharganya adalah mantan kekasihnya yang sudah berstatus menjadi suami wanita lain. "Maafkan aku, Aya. Aku tidak sudi kamu di miliki oleh pria lain," ucap Arzan dengan napas masih terengah. "Aku mencintaimu, sangat mencintaimu!" tambahnya. "Kamu pria berengsek, Arzan!" Gayatri memukul d**a Arzan sekuat tenaga karena kesal. Untuk beberapa saat pria itu membiarkan wanita itu melampiaskan emosinya kemudian dia memeluknya erat. Ya, bisa di katakan dia pria b******k saat ini karena telah menggagahi seorang gadis. Harusnya malam ini adalah malam pertamanya dengan Naya, wanita yang sudah sah menjadi istrinya bukan dengan Gayatri. Tapi egoisnya pria membuat Arzan berada di sini di kamar sebuah apartement bersama Gayatri. Arzan menarik selimut menutupi tubuh keduanga. Kemudian mereka tidur berpelukan. Malam itu Arzan melakukan malam pertama dengan Gayatri, sedangkan pengantin wanita yang sebenarnya sendirian di kamar hotel berselimut hening dan dingin. *** Gayatri terbangun dalam dekapan Arzan. Pria itu masih memeluknya begitu erat, posesif. Wanita itu menatap wajah Arzan yang masih terlelap tidur, dia tidak menyangka kalau pria itu yang sudah membuatnya merasakan nikmatnya surga dunia walaupun rasa sakit itu tidak bisa iya pungkiri tapi terbayar dengan rasa nikmat setelahnya hingga dia berulang kali mencapai puncaknya semalam. Tapi seketika air mata Gayatri mengalir saat dia ingat seharusnya ada wanita lain yang berhak atas pria itu, wanita yang seharusnya berada di posisinya saat ini menikmati malam pertamanya. Arzan terbangun karena mendengar isak Gayatri di dadanya. "Sayang," panggil Arzan. Meraih dagu mungil wanitanya itu agar wajahnya menatap ke arahnya. Kemudian mengusap air mata yang membasahi pipi Gayatri. "Apa yang kita lakukan ini salah, Zan!" desis Gayatri. "Kita saling mencintai itu yang terpenting." Gayatri tergugu menatap pria yang sudah merenggut kesuciannya semalam. "Dengar, jangan pernah coba menjalin hubungan dengan pria lain selain aku, aku minta kamu selalu bersamaku karena aku akan segera menceraikan Naya dan kita menikah setelahnya." "Tapi-" "Selama itu aku akan tetap membiayai kehidupanmu, biaya kuliah dan jenjang karier sebagai dosen di kampus, aku akan menjaminnya." "Apa kamu menyuapku atau mengancamku?" Arzan terkekeh mendengar ucapan Gayatri barusan. Apapun itu yang pasti dia berusaha agar Gayatri tidak lepas darinya. "Apa masih sakit?" tanya Arzan. Gayatri mendengus kasar, pria yang dia kenal baik selama ini berubah menjadi brutal semalam hingga membuat area sensitifnya perih dan sakit. Senyum sinis tercetak di bibir seksinya. "Menurut kamu?" sindirnya. "Maaf, kalau aku semalam terlalu kasar, Sayang. Pikiranku saat itu hanya ingin memilikimu sepenuhnya. Aku tidak tahu kalau ternyata kamu masih utuh," sahut Arzan. "Kalau aku tahu pasti aku akan pelan-pelan," tambahnya. Gayatri menghela napas panjang. "Milikmu sepenuhnya? Lalu kamu?" "Aku juga milik kami, Sayang." "Bagaimana dengan bu Naya? Dia berhak memiliki kamu, Zan. Aku tidak bisa menjadi orang ketiga di antara kalian." "Sudah aku bilang sabar dan kita seperti ini dulu karena aku akan menceraikannya, kalau kamu gak mau, aku akan tinggalkan kamu dan mencabut semua fasilitas yang tadi aku sebutkan." Gayatri berusaha melepas diri dari dekapan Arzan, tapi pria itu lebih kuat darinya. Hingga wanita itu tidak bisa berkutik. Saat Gayatri berontak dalam dekapannya justru membuat pria itu kembali b*******h pagi ini, tanpa ijin dia kembali mencium bibir seksi kekasih gelapnya itu, Arzan melumatnya tanpa ampun hingga keduanya terengah setelahnya karena hampir kehabisan napas. Arzan kembali mengagahi Gayatri pagi ini, mengacuhkan teriakan frustasi wanita itu karena rasa sakit pada daerah intimnya. "Akh! Arzan ... pelan-pelan!" rintih Gayatri. "Diam lah, Sayang. Nikmati saja permainanku." Suara serak Arzan terdengar seksi di telinga Gayatri pagi ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN