Ini tempat yang menjadi mimpi setiap pria. Membuat perasaan siapapun yang berada di sini akan merasa lebih berkuasa dari siapapun. Tidak mengejutkan jika Edvan memiliki tempat seperti ini. Pria ber-uang bisa melakukan apapun demi kepuasannya.
Edvan enggan membiarkan Tantiana terpesona dengan ruangannya yang menakjubkan. Dia lebih suka Tantiana mengaguminya. Sebagaimana perempuan lain melakukan hal itu padanya. Entah apa yang ada di otak wanita ini. Mengapa dia sibuk berlari darinya sementara wanita di luar sana menginginkan berada di dekatnya.
Tidak ingin melewatkan waktu dengan sia-sia, Edvan mendorong Tantiana ke bawah sedang tangan kirinya menopang tubuh Tantiana. Tangan kanan mengambil peran lain untuk menelusupkan jari-jari tangannya ke rambut pirang gelap yang Tantiana buat ikal.
Sebelum Tantiana protes, Edvan sudah meletakkan bibirnya di atas bibir Tantiana. Membungkap protesnya lalu menggoda bibir Tantiana dengan cara sebaik mungkin.
Bagi Edvan ini pertama kalinya ia ingin menunjukkan pada seorang gadis betapa lihai dia dalam mencium. Sedangkan bagi Tantiana, ini pertama kalinya dia dicium seorang pria dengan penuh gairah.
Dia ingin berontak tetapi semuanya mengabur saat Edvan dengan lembut menggoda bibirnya dan memaksa terbuka. Oh Tuhan, ciuman hangat Edvan sangat menyenangkan. Dengan menggunakan tubuhnya Edvan menjepit Tantiana ke lantai beralas karpet persia yang lembut. Tidak membiarkan dirinya bergerak dan menolak. Tepat sebelum Tantiana kehabisan nafas, Edvan menarik bibirnya dan menyeringai.
"Ini adalah awal dari kenikmatan sesungguhnya, " ucap Edvan.
Sayangnya ini juga awal agar kau jatuh dan menjadi boneka-ku.
"Aku akan memberikanmu lebih jika kau menginginkannya, " ucap Edvan.
Seperti pajangan yang perlu dihias.
Bibir Edvan menelusuri kulit leher Tantiana. Memberikan kecupan kecil yang menggoda. Dia sangat menyukai sensasi menaklukkan kucing liar ini. Edvan bahkan merasakannya jika gadis dua puluh tahun yang berada di bawahnya ini berusaha semaksimal mungkin menjaga dirinya tidak terhanyut pada serangannya. Matanya yang cerah menatap lurus ke dalam mata Edvan yang gelap. Edvan seperti merasakan sengatan disekujur tubuhnya saat melihat mata Tantiana.
Tantiana merasa seluruh tubuhnya terbakar, terutama pada bibirnya. Ciuman Edvan yang panas dan membara menularkan sensasi kesemutan yang menyenangkan.
"Aku tidak tau, tolong biarkan aku pergi, " ucap Tantiana yang masih bergetar. Dia berusaha mengalihkan dunianya yang saat ini terfokus pada Edvan.
'Statistik, mikro ekonomi, akuisisi, Edvan yang seksi, ototnya yang keras, sesuatu yang keras juga menekan perurku. Ah... Mengapa pikiranku kembali pada Edvan. ' Tantiana ingin sekali membenturkan kepalanya saat pikirannnya juga tidak mau bekerja sama.
Seluruh aliran darah di tubuh Tantiana seperti menyatu dan berkumpul di intinya. Mereka semakin berkedut bereaksi karena menanggapi aksi Edvan pada tubuhnya. Cengkeraman tangannya di bisep lengan Edvan menandakan jika Tantiana juga sangat menginginkan ini.
"Aku mengingin--tidak! Aku tidak ingin hubungan satu malam! " Tantiana memekik tapi tetap melanjutkan membelai tubuh Edvan. Merasakan panasnya tubuh pria itu yang merembes melalui kemejanya.
"Kita bisa membuat hubungan seperti yang kau inginkan. Hubungan seperti apapun tidak masalah asal jangan berhenti menyentuhku. '' Edvan mengeram di lehernya. Pria ini merasa aneh dengan hatinya. Rencana yang awalnya ingin dia wujudkan mengabur. Jantungnya berdebar keras.
'Apa yang terjadi padaku, ' batin Edvan.
'Mengapa aku menyukai matanya yang berkaca-kaca. Mata hijau cerahnya adalah mata terindah yang pernah aku lihat, ' batin Edvan.
Tantiana terus menggeliat, jiwanya bingung harus menentukan pilihan antara terjatuh pada pria ini dan menjadi sampak keesokan harinya atau melalui percintaan ini kemudian hutangpun lunas. Sama seperti jalang yang kelas VIP.
.
Sementara itu, Iris berniat meninggalkan kamar hotel yang sudah di sewa Sonny untuk memadu kegiatan panas mereka. Dia mandi dan mengenakan gaun mahal yang ia pesan atas nama Sonny.
Iris memutar tubuhnya dan mengagumi betapa cantik tubuh proporsional yang ia miliki.
"Tubuh seperti ini hanya cocok untuk pria seperti Blackfire." Ia membelai diri sendiri dan berpose seksi di kaca.
Pandangannya beralih ke pria yang tertidur pulas karena kelelahan. "Kau memang tampan tetapi kekuasaanmu masih belum layak untuk memilikiku. Kau hanya seorang artis kecil, Sonny Meldiv. " Gadis itu memberi ciuman di dahi Sonny. "Tetapi kau sangat memuaskan ketika di ranjang. Andai saja Edvan tidak menolakku waktu itu, pasti kau tidak akan pernah merasakan tubuhku yang berharga ini. "
Iris-pun meninggalkan hotel itu menuju rumah tempat Lilian. Wanita itu tertawa senang karena menghitung uang yang ia dapatkan.
Ceklek.
Lilian melihat Iris mendekat. Dia mengangkat alisnya karena rambut basah Iris dan pakaian yang berbeda dari tadi malam ia kenakan. Meski sekilas Lilian tau jika Iris memakai baju berwarna krem, bukan ungu.
"Mana bagianku? " Iris menagih hasil dari kesepakatan mereka.
"Ini, ambillah."
Iris menyeringai melihat segebok uang yang disodorkan oleh Lilian.
"Kasihan sekali Tany, memiliki ibu tiri kejam. Yang terburuk, ia mengira ibu tirinya adalah kandungnya. "
Lilian mendengus, " Dia juga sial karena memiliki teman palsu sepertimu. "
Mereka berdua tertawa senang. "Bagaimana jika dia ku jadikan jalang yang akan menghasilkan uang untuk kita. Kurasa Blackfire akan bosan setelah memakainya. "
Iris ingin menghancurkan Tantiana sehingga posisinya sama dengan dirinya. Dia ingin menyobek rupa polos itu. Dia juga ingin melihat kebencian di matanya yang seolah tidak memiliki dendam.
"Kita lihat perkembangannya, jika Edvan itu masih menyukainya maka kita bisa berada dalam kesulitan. "
Iris tertegun, 'Benar juga. '
"Lebih baik kita tunggu perkembangannya hubungan mereka. Jika Edvan itu bosan kita bisa melakukan rencanamu. "
Dengusan malas keluar dari bibir Iris. 'Setidaknya aku akan menghancurkan kesan polosnya besok.'
"Aku pergi. Senang bekerja sama dengan ibu kejam sepertimu. Jangan lupa bebaskan suamimu itu, " ucap Iris.
"Hahaha aku tidak sebodoh itu. Aku yakin dia sudah tewas di penjara itu."
"Apa!? Kau membunuhnya?" tanya Iris takjub. Dia tidak menyangka jika Lilian segila ini.
Lilian menatap kejam pada Iris. "Aku sudah menyewa beberapa orang untuk menghajarnya hingga tewas. Mana mungkin aku mau repot merawat pria tua bangka yang sakit-sakitan seperti dia. Lebih baik uang ini aku gunakan untuk memberi pria muda untuk satu malam. "
Iris bergidik dan jijik melihatnya,"Baiklah, aku tidak ingin berada di dekat wanita gila sepertimu. "
Sadar wanita keriput tidak tau diri. Tapi dia cukup bagus diajak berbisnis. Terutama untuk menghancurkan Tantiana.
Iris-pun berlalu dari rumah Lilian. Dia ingin bersenang-senang dengan uang hasil menjual Tantiana pada Edvan. Dia sama sekali tidak ingat jika Tantiana adalah teman yang menghiburnya ketika kesulitan. Dan sekuat mungkin menolongnya. Iris terlalu dibutakan oleh iri dan
Tbc