Seorang Lituhayu Ardani Wiryawan menyukai kesempurnaan. Bagi Ayu, segala aspek kehidupannya harus sempurna, mulai dari barang-barangnya, pekerjaannya, hingga keluarganya. Jika ada satu hal yang tidak sempurna saja, Ayu tidak akan suka dan sebisa mungkin berusaha untuk membuatnya sempurna lagi.
Satu-satunya ketidaksempurnaan yang pernah diterima oleh Ayu adalah seorang Bisma Wiryawan. Sebab dulu, suaminya itu tidak memenuhi aspek yang membuatnya pantas dijadikan suami Ayu oleh keluarganya. Namun, meski mereka bilang Bisma tidak sempurna dan Ayu seharusnya bisa mendapatkan seseorang yang lebih baik darinya, Ayu tidak peduli dan memilih untuk mempertahankan Bisma yang telah merebut hatinya.
Bisma adalah satu-satunya ketidaksempurnaan yang diperbolehkan Ayu untuk hadir dalam hidupnya. Dan Ayu sama sekali tidak pernah menyesal telah memilih Bisma, karena perlahan laki-laki itu berubah menjadi lebih baik dengan sendirinya, memenuhi ekspektasi keluarga Ayu yang tinggi.
Bersama Bisma, Ayu pun memiliki keluarga dan kehidupan yang sempurna, pada awalnya. Mereka hidup rukun dan bahaga, dikaruniai dua orang anak, dan bisnis mereka pun berkembang dengan pesat. Ayu sungguh bahagia dan bersyukur telah memilih Bisma.
Akan tetapi, kesempurnaan itu ternyata tidak bertahan lama. Satu insiden yang terjadi beberapa tahun lalu telah merusak kesempurnaan dalam kehidupan Ayu. Dan menurut Ayu, suaminya lah yang pantas disalahkan atas itu semua. Kelalaian Bisma yang menjadi penyebabnya.
Beberapa tahun lalu, Revo, anak bungsu Ayu dan Bisma mengalami sebuah kecelakaan yang menyebabkan sebelah matanya kini buta. Penyebabnya karena Revo yang sedang bermain dengan pistol mainan hadiah dari Bisma, tidak sengaja menembakkan peluru mainan dari pistol tersebut ke matanya. Peluru mainan tersebut melukai mata Revo dengan parah hingga bocah yang berusia empat tahun kala itu harus kehilangan fungsi sebelah matanya.
Ayu menyalahkan Bisma karena telah membelikan mainan itu untuk Revo. Padahal, seharusnya Ayu lebih tepat untuk dinyatakan bersalah sebab ia tidak mengawasi Revo bermain dengan baik, di saat dirinya ada di rumah dan persis berada di dekat Revo saat kejadian tersebut terjadi.
Iya, sebenarnya Ayu yang lalai. Hanya saja, ia tidak sampai hati menyalahkan dirinya sendiri. Dan karena itulah, dirinya selalu bersikeras menyalahkan Bisma untuk melindungi perasaannya sendiri dari rasa bersalah.
Sejak hari itu, Ayu memilih untuk menyalahkan Bisma dan menganggapnya tidak becus. Menyalahkan Bisma karena telah merusak kesempurnaan yang semula dimiliki mereka. Terus menerus mencerca Bisma karena telah membelikan penyebab yang telah membuat anak mereka kini cacat.
Karena pemikiran yang seperti itu, setiap kali melihat Bisma selalu saja membuat Ayu kesal bahkan marah. Sehingga hubungan mereka pun memburuk semenjak insiden itu. Bisa dibilang, semua salah Ayu. Ayu lah yang menjadi penyebab semuanya. Tapi lagi-lagi, Ayu tidak ingin menyalahkan dirinya sendiri.
Dan sekarang, Ayu harus menerima hidupnya menjadi tidak sempurna karena kekurangan yang kini dimiliki anaknya. Sungguh, Ayu masih menyayangi Revo dengan sepenuh jiwa dan raganya. Hanya saja, ia sungguh menyayangkan insiden yang menimpa Revo.
Sebab tidak hanya dirinya yang terkena imbas menjadi omongan orang-orang, Revo pun kerap diejek teman-teman sekolahnya dengan julukan "Si Buta dari Gua Hantu". Hati orangtua mana yang tidak sakit jika tahu anaknya diejek begitu? Terlebih lagi, Revo sering pulang sekolah dalam keadaan menangis dan bersedih karena ejekan teman-temannya. Hingga pada akhirnya, Revo menolak untuk datang ke sekolah lagi dan memilih untuk home schooling.
Satu insiden tersebut sukses menyebabkan banyak ketidaksempurnaan dalam kehidupan keluarga kecil Ayu. Dan sungguh, Ayu tidak suka.
Karena itulah, ia melampiaskan semuanya kepada Bisma, meski terkadang Ayu sendiri kerap merasa bersalah karena telah berperilaku sejahat itu pada suaminya sendiri. Hanya saja, Ayu pun terkadang tidak mengerti terhadap dirinya. Ia tidak ingin terus-terusan seperti ini, namun melihat Bisma selalu sukses menimbulkan rasa kesalnya, entah mengapa.
Ayu tahu, pernikahannya sedang tidak baik-baik saja. Jika ia terus-terusan bersikap toxic terhadap suaminya, tidak menutup kemungkinan jika lama kelamaan Bisma yang berusaha tetap bersabar akan muak padanya.
Seharusnya Ayu berubah sebelum terlambat, kan?
***
Akhir-akhir ini, Ayu merasa bahwa intensitas ributnya dengan Bisma berkurang. Jika biasanya mereka bisa cek-cok setiap hari, sekarang sudah tidak lagi separah itu.
Perubahan tersebut terjadi karena Bisma yang belakangan ini sibuk. Suaminya itu bahkan tak jarang harus melakukan perjalanan dinas ke luar kota hingga luar negeri. Selain itu, Ayu juga sudah memutuskan untuk pergi ke psikiater guna memperbaiki kejiwaannya. Dan semenjak pergi ke psikiater itu, Ayu merasa sedikit lebih baik. Ia tidak lagi sesering itu merasa kesal atau marah saat melihat Bisma.
Malam ini saja Bisma pulang larut malam saat Ayu sudah tertidur. Namun, Ayu terbangun karena bunyi air yang berasal dari suaminya yang sedang mandi.
Ketika melihat belum ada baju yang disiapkan oleh Bisma untuk dipakainya nanti, Ayu pun beranjak menuju lemari untuk mengambilkan baju untuk BIsma. Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan untuknya sebagai istri, namun akhir-akhir ini sudah jarang dilakukannya.
Setelah selesai mengambilkan sepasang piyama dari dalam lemari dan meletakkannya di atas tempat tidur, Ayu hendak kembali tidur lagi. Hanya saja, ponsel Bisma yang bergetar di atas nakas menarik perhatiannya. Layar ponsel itu menyala, menunjukkan beberapa pesan yang masuk secara beruntun.
Biasanya, Ayu tidak pernah tertarik untuk melihat isi ponsel Bisma. Karena ia bukan merupakan tipe perempuan yang posesif kepada pasangannya sehingga harus tahu segala sesuatu tentang pasangan, termasuk isi ponsel. Hanya saja, entah kenapa saat ini Ayu merasa penasaran sehingga ia pun mengambil ponsel tersebut untuk melihat pesan dari siapa yang datang.
Nama yang tertera dari sang pengirim pesan itu adalah nama operator yang digunakan di ponsel Bisma. Hanya saja, pesan yang tertera sangat jauh dari pesan yang biasa dikirimkan oleh operator ponsel.
Mas, udah sampe?
Langsung istirahat kalau udah sampe
Eh, tapi masa aku udah kangen sama Mas, sih? :(
Sepi banget tempat tidurnya nggak ada kamu, sayaanggg :(
Deg.
Membaca deretan pesan tersebut membuat jantung Ayu seolah berhenti sesaat. Tangannya langsung gemetaran dan ia tidak tahu harus bersikap bagaimana setelah membaca pesan-pesan mesra tadi yang entah dikirim oleh siapa.
Sesak langsung memenuhi d**a Ayu memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada atas apa yang baru saja dibacanya. Ia buru-buru meletakkan ponsel itu ke tempatnya semula dan berbaring di tempatnya semula dengan tubuh yang sudah lemas.
Ayu menunggu hingga Bisma selesai mandi, berpakaian, dan menempati tempat kosong di sebelahnya. Posisi Ayu membelakangi Bisma sehingga suaminya itu tidak tahu kalau Ayu tidak kembali tidur.
Rasanya Ayu ingin sekali mengkonfrontasi Bisma sekarang karena telah berselingkuh darinya. Hanya saja, Ayu tidak bisa bergerak dan hanya bisa terdiam kaku di tempatnya. Tidak lama kemudian, ia mendengar suara bisik-bisik Bisma di sampingnya, berbicara lewat telepon dengan perempuan itu.
"Aku juga udah kangen kamu," ujar Bisma. "Kamu tidur ya, Sayang. Aku nggak bisa telepon lama-lama, nanti istri aku bangun."
Mendengar itu semua membuat hati Ayu seolah baru saja ditikam dengan pisau.
Rasanya sakit. Sakit sekali.