Mia mengangkat dagu, ia menatap wajah Wira dengan cemberut. "Aku ... aku nggak sama pernikahan kita, Om. Aku kangen rumah, tapi, rasanya aku seperti udah diusir dari rumah Papa. Mereka kayaknya seneng banget ngeliat aku bisa menikah sama orang kaya seperti Om. Tapi, aku nggak suka!" Kedua mata Wira membola mendengar ucapan Mia. Ia melepaskan kedua bahu Mia yang naik turun karena masih terisak. Ia membelai pelan sisi kiri rambut Mia agar gadis itu segera berhenti menangis. Bukan hanya Mia, ia juga tidak menyukai pernikahan ini. Ia sungguh tak mau direpotkan dengan urusan seperti ini. Apalagi semuanya semakin rumit saja. Namun, ia sudah terlanjur menikahi Mia, ia bertanggung jawab penuh atas Mia sekarang. "Kenapa kamu merasa seperti itu? Bagaimana mungkin ada anak yang tiba-tiba diusir dar