Bab. 9. Pengantin Pengganti Sahabatku.

1467 Kata
"Wajahmu kenapa murung?" tanya Bastian menatap Rinjani yang diam dengan tatapan kosong. "Apakah yang aku lakukan ini benar?" Rinjani bukan memberikan jawaban, melainkan sebuah pertanyaan untuk Bastian. "Jangan berpikir yang tidak-tidak, Jani! Keputusanmu sudah benar, karena hanya kamu yang bisa menolongku," jawab Bastian menatap lekat wajah cantik di depannya. Rinjani tak mengatakan apa pun karena masih merasa bersalah dengan keputusan yang sudah dia buat untuk menjadi pengantin pengganti sahabatnya. "Aku memilihmu karena rasa cinta yang kau simpan hingga kini, Rinjani. Jadi, aku mohon percayalah padaku, jika semua akan baik-baik saja," jelas Bastian dengan tatapan penuh keyakinan. Bastian meraih kedua tangan Rinjani menggengam erat kemudian berkata, "Aku akan berusaha memberikan kebahagiaan untukmu. Kita mulai dari awal semua rasa cinta ini, Rinjani!" "Semoga aku bisa menjadi istri yang baik, sesuai harapanmu, Bas!" Rinjani menatap wajah tampan itu, dengan senyum tipis. Bastian mengangguk mantap, obrolan selesai saat pesanan cincin Rinjani telah siap. Bastian membawa calon istrinya kembali pulang, karena besok adalah acara akad pernikahan untuk keduanya. Sepanjang jalan, Bastian mencoba mencairkan suasana dengan berbincang banyak hal. Agar Rinjani mendapatkan rasa nyaman yang sempat hilang karena kejadian kecelakaan dan meninggalnya Alesya. Rasa bersalah di diri Rinjani tentu saja ada. Jika sore itu dia tak membiarkan sahabatnya mengendarai mobilnya, mungkin kejadian naas ini tak mungkin terjadi. Namun nyatanya takdir Allah tak bisa dihindari karena sudah menjadi ketetapan-Nya. Rinjani sedikit curiga dengan gerak-gerik Bastian terhadapnya. Ada yang aneh, dan tak bisa dia jelaskan dengan kata-kata. Hanya sebuah firasat hati saja, dan semua itu belum tentu terjadi. "Terima kasih, Bas. Hati-hati di jalan," ucap Rinjani setelah mobil mewah Bastian terparkir di halaman rumah orang tuanya. "Iya. Sampai jumpa besok dipernikahan kita," jawab Bastian dengan senyum tipis. Rinjani mengangguk kemudian turun dari mobil. Bastian memutar kemudi untuk pulang ke rumahnya. Setelah mobil tak terlihat, Rinjani juga melangkah masuk ke dalam. Sejak kecelakaan itu, wanita cantik itu tak diizinkan tinggal sendiri. "Kamu sudah kembali, Jani?" tanya Almira yang duduk di ruang tengah. "Iya, Ma! Bastian tahu, kalau kita akan menginap di hotel tempat pernikahan diadakan, makanya enggak lama-lama," jawab Jani yang mendudukkan bobotnya pada sofa depan Almira duduk. "Iya, jangan sampai ada yang tertinggal! Kamu perlu bantuan Mama tidak untuk membenahi semua barang yang diperlukan," ucap Almira menatap putri tunggalnya. "Aku sendiri saja, Ma. Paling cuma beberapa baju yang akan aku bawa ke apartemen Bastian dan gaun pengantinku saja yang harus disiapkan," jawab Rinjani. "Baiklah, kalau butuh sesuatu bilang ke Mama ya?" "Siap, Ma!" * Pagi ini sekitar jam enam pagi, keluarga Rinjani sudah mulai di makeup satu per satu termasuk pengantin wanita. Rinjani merasa deg deg gan karena dia tak pernah menduga akan menikah dengan lelaki yang sudah lama dia cintai. Entah perasaan apa yang harus dia ungkapkan untuk hari ini. Senang atau justru merasa sedih. Rinjani pun tak bisa mengekapresikan semua rasa di hatinya. Makeup natural sudah hampir selesai di aplikasikan di wajahnya. Untungnya, luka di wajahnya sudah mengering, sehingga tidak membuat kendala dalam bermakeup. "Sebelum saya menata rambut Anda, silakan kenakan dulu gaun pengantin Anda, Nona!" Penata rias mulai memberikan ruang agar Rinjani memakai baju pernikahan dulu, karena makeupnya sudah selesai. "Tunggu sebentar, Mbak!" Rinjani memanggil orang kepercayaannya, untuk membantu memakaikan gaun pengantin. Menit berlalu, tubuh ramping nan berisi Rinjani sudah berbalut kebaya warna putih dengan sangat annggun dan cantik. Kebaya yang dia rancang kemudian dia buat sendiri. Akhirnya, dia pakai hari ini untuk mengukuhkan cintanya kepada seorang lelaki yang sejak dulu menjadi sahabatnya. "Silakan duduk kembali, Nona!" Rinjani menurut, wanita itu duduk untuk menghias rambutnya. Sanggulan modern yang diaesuaikan dengan bentuk kebaya yang dipakai. Benar-benar cantik dan terlihat sangat berbeda. Wanita yang tak pernah berdandan lebay itu terlihat mengalingi dengan riasan sederhana dan gaun kebaya putih. 'Maafkan aku Alesya!' Rinjani menghembuskan nafas panjang mrncoba membuang rasa sesak yang beberapa hari ini singgah di hatinya. "Sudah selesai, Nona." Lamunan Rinjani buyar karena ucapan dari MUA. "Terima kasih, Mbak!" Rinjani tersenyum tipis ke arah dua wanita yang menyulapnya bak seorang putri Raja. * "Kamu sangat cantik, Sayang!" Almira tak henti menatap kagum ke arah putrinya. "Siapa dulu Mamanya?" Rinjani sedikit bercanda saat obrolan agar dia lupa dengan rasa gugup yang semakin menjadi. "Sebentar lagi tanggung jawabmu sebagai wanita biasa akan berubah menjadi seorang istri, Nak. Pesan Mama, apa pun yang terjadi dalam rumah tanggamu kelak, hadapilah dengan sebuah keyakinan kalau kamu kuat dan mampu untuk melewati semuanya," pesan Almira kepada putrinya. "Iya, Ma. Aku tidak akan menyerah untuk terus bersama lelaki yang sudah aku cintai sejak lama, Ma. Meski jalan pernikahanku harus seperti ini, tapi aku yakin dengan takdir Allah, Ma!" Rinjani menatap Mamanya dengan tatapan teduh penuh percaya diri. Keseriusan obrolan terganggu karena pintu kamar hotel diketuk. Saat dibuka, ternyata Papanya Rinjani yang datang. "Apa pengantin lelakinya sudah datang?" tanya Almira menatap suaminya. "Belum, Ma. Mungkin sebentar lagi, karena tadi, David sudah memberitahu kalau mereka sudah dekat," jawab Latif yang terus memandangi Rinjani. Seulas senyum terbit di bibir lelaki paruh baya itu. Entah mengapa dia tak peka dengan semua rasa yang sudah disebunyikan putrinya kepada anal rekannya. Jika dia peka dari awal, Rinjani tak akan mengalami kecewa bahkan menyembuyikan rasa sakit hati di hadapan sahabatnya sendiri. "Ternyata, putriku benar-benar sudah dewasa. Kamu sangat cantik dan aku yakin, Bastian tak akan pernah meninggalkanmu demi siapa pun," ucap Latif menatap haru ke arah putrinya. "Papa .... Jangan berkata begitu! Nanti aku sedih!" Rinjani menatap kesal ke arah Papanya. Lelaki tampan di usianya yang tak lagi muda itu berjalan mendekat ke arah putrinya. Lalu dia memeluk erat Rinjani dan memberikan kecupan singkat di kening sang putri. "Jangan menangis! Nanti riasan wajahmu rusak!" bisik Latif kepada putrinya. Rinjani menganggul dengan senyum tertahan, sedangkan Almira merasa bahagia sekaligus sedih. Karena sejak hari ini, saat putrinya sah dipersunting Bastian, tentu akan jarang bertemu dan mereka juga enggak akan lagi tinggal bersama. * Rombongan keluarga Bastian akhirnya datang, Bastian yang kemarin terlihat biasa saja, hari ini merasa sangat gugup. Bahkan wajahnya sedikit pucat, dengan keringat membanjiri keningnya. 'Ya Allah, lancarkan semua urusanku.' Bastian berdoa dalam hati. Melihat banyaknya tamu undangan, semakin membuat lelaki tampan ini gugup. Meski keluarganya sudah memberitahu, jika pengantin wanitanya sudah diganti, nyatanya rasa takut dan deg deg gan itu tak mau berkurang. "Rilaks, Bas!" David berbisik lirih di sisi putranya. Bastian menoleh kemudian memberikan senyuman. Tak jauh beda dengan yang dirasakan Rinjani, wanita yang sudah menunggu di salah satu ruangan itu juga sangat gugup. Apalagi tinggal beberapa menit akad akan di mulai. Latif mulai menjabat tangan Bastian saat penghulu selesai memeriksa semua dokumen pernikahan. Tangan Bastian menjadi dingin seiring rasa gugup yang kian menjadi. "Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau ananda Bastian Darel Pratama binti David dengan anak saya yang bernama Rinjani Cresencia, dengan mas kawin berupa peralatan salat, set perhiasan berlian dan uang tunai sebesar 140 juta dibayar tunai." Latif sedikit meremas punggung tangan Bastian, agar calon menantunya itu tidak blang saat dirinya selesai mengucapkan akad. Untungnya, Bastian merespon semua itu dengan baik. "Saya terima nikah dan kawinnya Rinjani Cresencia bin Latif dengan mas kawin berupa peralatan salat, set perhiasan berlian dan uang tunai sebesar 140 juta dibayar tunai." "Sah ...." Perasaan lega dan haru di rasakan oleh Bastian dan Rinjani. Semua sudah sah dalam hitungan menit. Rasa lega karena mendapatkan apa yang sudah di janjikan oleh keluarga besarnya, namun dia juga punya tanggung jawab kepada Rinjani sebagai istrinya. Lantunan doa mulai dipanjatkan karena semua berjalan lancar tanpa ada hambatan. Beberapa menit berlalu, Rinjani pun di tuntun keluar dari ruangan untuk bergabung di meja akad bersama suami dan keluarga yang lain. Kebaya putih dengan lengan sebatas siku, di bagian d**a ada taburan swarozki yang membuat kilau saat dia berjaan di bawah cahaya. Dandanan sederhana namun terlihat elegan, menggambarkan karakter dari pengantin wanita. Widia Larasati dan Usman Prayoga tersenyum bahagia menatap setiap langkah Rinjani menuju ke altar pernikahan. Senyum menawan menyembunyikan rasa gugup juga sedihnya. Bahkan, suara-suara yang seharusnya tak didengar Rinjani pun mulai mengusik banyak orang. Namun Usman kakek dari Bastian mulai menghubungi orang kepercayaannya untuk menarik keluar seseorang yang membuat onar si acara pernikahan cucunya. Bastian mulai berdiri saat langkah wanitanya sudah dekat. Lelaki tampan itu terlihat manis saat membantu Rinjani berjalan hingga posisinya berada tepat di sampingnya. Rinjani bertakzim untuk pertama kalinya kepada sahabat, teman, dan cinta pertamanya, yang kini menjadi suaminya. 'Ya, Allah, terima kasih karena aku akhirnya bersatu dengan lelaki yang sangat aku cintai,' ucap Rinjani dalam hati. Bastian mengecup singkat kening Rinjani, hal itu membuat riuh suasana Ballroom hotel. Acara demi acara langsung dilanjut. Setiap momen dan detiknya pernikahan antara keluarga kaya ini menjadi sorotan publik. Rinjani pun telah siap dengan semua kosekuensi saat dia berniat membantu Bastian untuk menjadi penganti pengganti sahabatnya. 'Meski aku hanya menjadi pengantin pengganti sahabatku, tetapi aku yakin nama dan cintaku di hatimu, kelak, tak akan pernah bisa terganti.' Harapan dan doa selalu dipanjatkan Rinjani, karena mulai hari ini, perjalanan hidup yang sebenarnya akan dimulai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN