06 : Menyibak Masa Lalu (1)

1292 Kata
Sumi terus mundur sementara Gege merangsek maju hingga memojokkan gadis itu ke dinding. "Kamu ingin kita bercinta di dinding?" tanya Gege. "Bisakah kita melakukannya? Kakiku ndak bisa menapak di dinding. Aku bukan spiderman... eh, spidergirl!" bantah Sumi. Dia berupaya untuk mengulur waktu. Sangat menakutkan membayangkan dia disetubuhi makhluk bar-bar ini. Walau ganteng tetap saja dia itu genderuwo. Sumi masih trauma bila teringat kejantanan Gege yang bisa molor sesuka hatinya sampai panjang banget! Waduh bisa jebol tubuhnya kalau barang itu menusuk miliknya. Jangan-jangan bisa menembus ke mulutnya! Sumi bergidik ngeri. Itu sebabnya dia sengaja bertingkah serampangan supaya Gege kehilangan minat padanya, si cewek sotoy. Sayang, Gege justru meladeni ke-sotoy-an Sumi. Dia mengangkat tubuh Sumi dan mengurungnya dengan tubuhnya. Sumi terjebak diantara tembok dan Gege. Dan dia baru sadar Gege, bisa merayap di tembok. "Kamu itu genderuwo apa cicak?" tanya Sumi bingung. Gege menggeram kesal. "Mengapa kamu selalu meragukan kalau saya itu genderuwo?! Mau melihat saya berubah menjadi genderuwo?" "Jangan!" teriak Sumi cepat. Dia bergidik ngeri teringat tampilan genderuwo si Gege. "Mau coba bercinta di dinding?" "Jangan, aku takut ketinggian!" Bluk. Sekonyong-konyong Sumi mendarat di ranjang, dan dengan cepat Gege menindihnya. Mateng aku! Mesti membuat alasan apa?! Sumi menjadi panik. Dia teringat akan kelamin Gege yang mengerikan. "Ularmu! Eh, itumu. Aku ndak mau dibikin panjang, itu ndak bagus buat tubuhku dan kesehatan jiwaku." Gege mengernyitkan dahi heran. Manusia perempuan satu ini bener-bener konyol. Ada saja idenya untuk menolak (makhluk) halus. Padahal dia ini genderuwo most wanted paling digilai cewek segala golongan loh! Ndak peduli jenisnya opo. Tapi punya bojo satu kok malah menolak disenggamai dengan alasan ndak masuk akal! Sebenarnya Gege sudah gregetan, tapi dia juga penasaran ingin melihat seberapa absurd Rambut jagungnya. "Lah, kalau ndak memanjang mana bisa enak masuk punyakmu!" cemooh Gege. "Aku punya ukuran favorit benda itu," sahut Sumi spontan. Lalu wajahnya memerah. Njir, mengapa dia terkesan wanita b***t yang sering membayangkan kelamin lelaki?! "Berapa?" tanya Gege sambil menarik rambut Sumi. "Berapa apane? Oh, kira-kira hampir satu meter," jawab Sumi setelah berpikir dua detik. Sepertinya panjang rambutnya segitu kan. "Itu ukuran favoritmu?! Oh gampang, aku bisa memanjangkannya milikku sampai..." "Ndak! Salah! Salah!" potong Sumi histeris. Dia ngeri membayangkan ular s**********n Gege dibuat sepanjang itu. "Ta pikir kamu tadi menanyakan panjang rambutku! Ukuran favoritku 21!" Setelahnya Sumi merasa ragu. Ukuran itu apa endak kegedean? Lah terus berapa? Apa minta ukuran lima senti saja? Eh iya, kalau segitu ndak sakit kali. Kan kayak dikilik-kilik tok. "Boleh ralat?" pinta Sumi berharap. "Ndak. No typo! Baik 21 senti!" Wusss! Gege menerbangkan jarik yang ia pakai. Seperti biasanya, dia ndak pernah memakai daleman. Senjatanya langsung mengacung gagah perkasa. Kok masih gede ya? Sumi menelan ludahnya kaku. "Apa itu benar 21 senti?" tunjuknya pada si o***g, "sepertinya kelebihan banyak." "Ukur saja! Itu tepat akurat ndak lebih semilipun!" ketus Gege. Lah, dia itu genderuwo kampiun. Urusan beginian kan sepele buatnya! Ingat, genderuwo itu jago menyamar, jadi merubah ukuran burung bukan hal yang sulit mereka lakukan. "Ndak bisa ngukur, aku ndak punya penggaris," kata Sumi beralasan. Matanya membola saat melihat apa yang ada di tangan Gege. Sejak kapan ada penggaris disitu?! Astajin. Sumi ndak bisa berkutik lagi. Terpaksa dia mengukur milik Gege ketika suami genderuwonya menyodorkan penggaris itu ke tangannya. "Cocok kan?" "Ndak tahu, ndak jelas angkanya." Sumi pura-pura memicingkan matanya. Dia menjerit lirih karena Gege menarik tubuhnya hingga wajahnya nyaris menempel di kelamin Gege. "Sekarang sudah jelas kan." Sumi menggeleng. Dia mengucak-ngucak matanya sambil berkata, "mataku kabur. Sepertinya aku sedang sakit mata." Sumi lupa, Gege punya batas kesabaran yang amat tipis. Kretak! Penggaris itu hancur terkena remasan tangan Gege. Sumi terlonjak kaget. "Eh, Solokotok ketok-ketok!" seru Sumi mengekspresikan kekagetannya. Bret! Bret! Bret! Dengan sadis Gege mencabik-cabik baju Sumi. Dalam sekejab tubuh Sumi dibuatnya telanjang bulat. "Dasar perempuan kurang ajar! Jangan berani lagi kau mengelabui diriku. Suka atau ndak kamu akan kuperkosa sekarang!" geram Gege. Mata Sumi membelalak. Dia tahu saatnya telah tiba, dia ndak bisa berkelit lagi. Sumi memejamkan matanya saat merasa ada yang memasuki liang wanitanya. Dia menahan napas saking tegangnya. Pasti sakit. Pasti sakit banget. Pasti.... enak?! Loh, kok endak sakit? Padahal dia baru pertama kali melakukannya. Astajin. Ndak mungkin kan keperawanannya hilang begitu saja?! Sumi membuka matanya dan melihat suami genderuwonya melotot padanya sambil menggenjot bagian bawahnya. Jangan-jangan dia marah karena mengira Sumi sudah ndak perawan. Dia cuma mendapat ampas dari lelaki lain. "Aku... aku baru sekali ini melakukannya. Ndak pernah sama yang lain." Ucapan Sumi hanya ditanggapi dengan dengusan kasar Gege. Marahkah dia? "Sungguh aku ndak tahu kenapa begini. Padahal aku masih... loh, memang iya aku masih perawan! Tadinya," celoteh Sumi begitu melihat darah yang mengalir dari vaginanya. "Gege, aku ndak mengerti. Tadinya kupikir perawanku hilang entah kemana karena aku ndak merasa sakit sama sekali. Tapi ternyata ada kok. Kamu yang merobeknya. Tapi kenapa ndak sakit? Kenapa ndak..." "Diam, Rambut jagung! Kamu merusak konsentrasiku dengan celotehan suara cemprengmu itu!" bentak Gege galak. Perempuan ini sudah dibikin enak, masih saja berulah! Apa dia ndak sadar kalau Gege sengaja membuat otot-otot senggamanya rileks. Jadi Sumi ndak merasa sakit saat dimasuki milik Gege. Tapi karena kesal, Gege mencabut manteranya. Sumi menjerit seketika. "Aaarghhhhh!! Kenapa tiba-tiba sakitttt?! Aaargghhh!" Gege tersenyum keji. Sesekali membiarkan pengantinnya menderita ada baiknya juga. Tanpa berperasaan ia terus menyodok milik Sumi meski cewek itu melolong kesakitan. Manik mata birunya terangkat keatas hingga tinggal putihnya saja. Sumi mendadak masuk ke alam bawah sadarnya, dia berada di persimpangan antara sadar dan tidak. Gege merasa heran, mengapa istrinya sering masuk ke persimpangan ini akhirnya memutuskan masuk ke alam pikiran Sumi. Dia bisa melihat apa yang ada di bawah alam pikiran Sumi. Sesuatu yang bahkan ndak diingat oleh istrinya itu ketika sadar. Ternyata Sumi menyimpan trauma saat ia masih belia. Gege melihat gadis kecil berambut jagung itu, berapa usianya? Mungkin saat itu ia baru tiga tahun. Sepertinya Sumi digandeng oleh ibu kandungnya. Wajah mereka seperti inang dibelah dua. Mereka duduk di ruang tamu, ada seorang pria dengan tampilan ala juragan preman didepan ibu dan anak itu. 'Kamu yakin dia anakku?" bentak pria itu. "Yes, Mr. She is yours. Saat itu, saya cuma making love with you. Tak ada yang lain," tegas wanita pirang itu. "Tapi kamu itu kan l***e, pasti sudah tidur dengan banyak pria!" sarkas pria itu. "I'm not a w***e!" bantah wanita itu marah. "Kalo bukan l***e, kenapa semudah itu kamu mau tidur sama aku hah?" "I'm drunk!" ........ Lalu alam pikiran Sumi beralih ke suatu jalanan sepi di tepi ladang. Sumi kecil digandeng ibunya, kakinya agak bengkak kebanyakan dipakai jalan. "Mom, I'm tired," keluh Sumi kecil. "Sorry honey, we must go quickly. They didn't accept us, so nothing we can do now. We just go from this hell!" Mommynya menoleh ke belakang dengan raut wajah khawatir. Kekhawatirannya ternyata beralasan, beberapa begundal preman mendekatinya dan anaknya. "Ada l***e bule, kita dapat rejeki nomplok Jul!" Yang dipanggil Panjul memandang wanita bule didepannya dengan mata berkilat nafsu. "Dia punyaku. Aku dulu yang ngerjain baru kalian, ngerti?!" "Iya Bos! Beres!" Si wanita bule itu berontak tapi mereka menahan anaknya. "Heh s****l! Kalau ndak mau dia cilaka kamu musti nurut!" Terpaksa dia diam tubuhnya digrepe-grepe dan ditelanjangi oleh para begundal preman itu. Tapi anaknya yang memberontak. Dia menggigit tangan orang yang menahannya dan berlari mendekati Mommynya. "Mommy! Mommy!" teriaknya sambil menangis. "Don't, Isabell! Mommy oke. You must run! Run!" "No Mommy, Ibel with Mommy!" teriak si kecil Sumi. Dia nekat mendekati Mommynya dan nekat menggigit Panjul. Panjul menjerit kesakitan dan mendorong tubuh kecil Sumi hingga gadis itu terjengkang ditanah. "Dasar anak s****l! Gafar, bunuh anak haram ini!!" perintah Panjul. "Nooooo!!!! Don't!" teriak Mommy Sumi. Dia menahan kaki Gafar yang mendekati Sumi kecil. Dan berusaha merebut parang yang ada di tangan si Gafar. Bretttt! Suatu ketika parang itu berhasil menghunus perut Mommynya Sumi. Darah mengalir deras dari luka sobekan itu. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN