05. Genderuwo Berebut Pengantin (2)

1807 Kata
Semua makhluk menatap sosok riwuk yang baru datang. Diam-diam Oneng menyikut Sumi. "Astajin, aku tahu siapa dia. Genderuwo! Sum, apa dia lelakimu? Kamu kok isa tahan? Bulu gimbale mbledhus. Bau banget! Kamu musti rajin memandikan dan mengeramasinya, Sum!" bisik cewek montok itu. Sumi menggeleng tegas. Dia sudah pernah melihat sosok genderuwo Gege, bukan seperti ini. Jelas lebih berwibawa! Lagipula... "Dia bukan bojoku, Neng! Gege wangi, ndak mambu koyo ngene!" "Cih, sok yakin kamu Sum. Genderuwo iku dimana-mana sama eleknya, mereka mana isa dibedakno?! Genderuwo iku elek, bau, dan gimbal!" cemooh Oneng. Dua gadis iku ndak sadar percakapan ngeyel berjamaah mereka menyebabkan semua makhluk astral itu melotot geram. Termasuk dua makhluk di belakang makhluk riwuk yang baru muncul. Sedang makhluk riwuk nan gimbal itu, malah ngeces memperhatikan dua sosok cewek berbedak umbluk-umbluk didepannya. Matanya menatap penuh cinta, hingga membuat gusar sosok gundul di sampingnya. "Stop apa? Lanjutkan!" desis sosok gundul itu mengingatkan. Si riwuk tergagap, namun belum sadar dari pesonanya. Dia berdeham, lalu berkata alay, "stop! Kau mencuri hatiku... hatiku! Stop, kau mencuri hatiku... hatiku! Stop! Kau mencuri hatiku... hatiku.." Semua jadi suntuk berjamaah. Mending kalau suara yang dikeluarkan si riwuk merdu, meski mendayu suaranya terdengar mirip kaset rusak yang diputar berulang-ulang. Apalagi bagi yang ditunjuk oleh si riwuk, duo gadis dengan dandanan hancur. "Sum, pasti dia lakimu! Dia menunjuk kamu terus loh!" gumam Oneng lirih. Sumi menghela napas panjang. Masa iya Gege berubah sebrutal ini?! Udah tambah jelek, bauk, alay poll lagi! Sumi rada-rada ndak ikhlas, genderuwo machonya turun level seperti ini. "Hentikan! Siapa kamu yang berani mengacau di rumahku?! Kami ndak terima genderuwo ngamen disini!" Terdengar bentakan menggelegar dari belakang sosok si riwuk dan si gundul. Mata Sumi berbinar begitu mengenalinya, demikian juga Oneng di sebelahnya. "Sum, aku baru tahu saat Mulan nyiptain lagu 'kamulah makhluk Tuhan yang paling seksi' terinspirasi darimana," bisik Oneng sambil menatap sosok ganteng yang baru saja datang. Woi, roti sobek di d**a telanjangnya sungguh membuat Oneng pengin ndusel dan meremas-remas disana. "Bukan Mulan yang nyiptain lagu. Tapi yang nyanyi. Penciptanya Mas Ahmad Dani. Masa iya Mas Ahmad Dani terinspirasi saat melihat Gege?!" sewot Sumi. Helow... Ahmad Dani gitu loh. Masa dia pecinta makhluk berbatang?! "Iya juga sih,"gumam Oneng membenarkan. Lalu dia berjengkit kaget ketika teringat ucapan Sumi yang lain. "Yaoloh, Sumi! Iku toh yang namane Gege!! Lek kayak gini aku ya ridho jadi bininya! Apa dia mau menjadikan aku madumu?" pekik Oneng heboh. Gege dan Wowo, makhluk riwuk alay yang datang menganggu tadi bebarengan menoleh pada duo gadis hancur itu. Wowo meringis kesenangan mengetahui gadis montok yang menjadi incarannya ada disini. Dia mengira gadis inilah pengantinnya yang disabotase genderuwo lain. Sedang Gege tentu saja tatapannya tertuju pada Sumi. Bujubuneng! Mengapa Janur mendandani pengantinnya seperti ini?! Apa bedanya dengan setan jalang yang sering merayunya, minta ditiduri?! Haishhhh! "Kakak cantik, aku Wowo bukan Gege. Kakak, aku... aku... ndak mengira. Kakak ternyata adalah pengantinku," ucap Wowo yang kumat manjahnya. Tentu saja hati Gege jadi panas, bukan sekedar panas. Sudah terbakar! Dia salah paham yang diincar si Wowo adalah Rambut jagungnya. Mana rela dia Rambut jagungnya dimiliki orang, eh genderuwo lain. "Beraninya kamu merebut milik saya, hah?!" sembur Gege dengan mata melotot. Mendadak Mbah Dukun kebelet pipis, tapi mati-matian ditahannya. Dia malu kalau ngompol lagi. Lagipula disini ada Wowo, dia sedikit merasa terlindungi. "Wowo, itu musuh kamu! Dia yang merebut pengantinmu! Ayo ndang diserbu," bisik Mbah Dukun memanasi. Muka Wowo berubah sendu, rupanya ia sudah mengenali siapa musuhnya. "Mbah, kok pean ndak ngomong kalau yang menyabotase pengantinku itu Gandarewa! Mateng aku, Mbah!" Si Wowo balas berbisik. "Gandarewa genderuwo, opo bedanya? Sikat, Wo!" Wowo justru memilin-milin tangannya dan menghentak-hentakkam kakinya mirip anak kecil merajuk. "Mbah, dia itu berasal dari Persia! Dia itu raja genderuwo!" Mbah Dukun membelalak kaget. Pantas menyeramkan gitu! Tapi kalau jadi piaraan pasti lebih berguna dibanding genderuwo alay macam si Wowo! Cuma, bagaimana cara menaklukannya? "Wo, sudah terlanjur. Ayo duel sana!!!" Tanpa berperasaan, Mbah Dukun mendorong Wowo hingga genderuwo alay itu jatuh didepan Gege. "Duhai dikau, genderuwo jelek nan alay manjah. Belum juga dirimu bertarung, kenapa sudah menyembah takluk pada Tuanku yang gagah perkasa?!" ejek Janur sinis. Biar alay dan manjah, namun Wowo itu pemarah. Dia merasa harga dirinya terinjak-injak. Secepat kilat dia bangkit berdiri dan berteriak marah, "Wowo bukan pengecut! Ayo kita bertarung satu lawan satu!" Tangannya menuding sosok genderuwo didepannya. Mbah Dukun segera meralatnya, dia mengarahkan tudingan Wowo dari Janur ke Gege. Tapi Wowo balik mengarahkan tudingannya ke Janur. "Wowo, kamu salah menuding. Yang nyuri pengantinmu itu yang telanjang d**a, bukan genderuwo cantik disebelahnya!" bisik Mbah Dukun. "Mbah, yang itu sulit dihadapi. Mending genderuwo gemulai disebelahnya saja. Paling disentil titik wes terpental. Yang penting aku isa ngalahno satu genderuwo yang tadi mengejekku!" Mbah Dukun tepok jidat! Dia harus waspada, berada di tempat seangker ini mengandalkan si Wowo ternyata sangat ndak meyakinkan. Janur tertawa merdu berirama, dia sudah biasa diremehkan kekuatannya gegara tampilannya yang cantik dan gemulai. Dia segera menjawab tantangan Wowo. "Buah duku buah salak, beli di pasar seribu tiga. Kalau tantangan sudah menyalak, biar Janur melayani supaya lega." Janur melangkah ke tempat yang agak lapang, lalu dia memanggil Wowo dengan melambaikan tangannya. Wowo terdiam, hatinya mulai meragu. Namun Gege yang ndak sabar langsung mengeluarkan tenaga dalamnya untuk mendorong Wowo ke arena pertempuran. Dengan hanya menunjuk Wowo dan mengarahkan ke lokasi pertarungan, tubuh Wowo telah terangkat dan lagi-lagi jatuh tersungkur di lantai. Tepat didepan Janur yang menatapnya sinis. Setelah itu diam-diam Gege memindahkan Sumi ke sampingnya. "Oneng, apa toh yang mereka perebutkan?" guman Sumi heran. Merasa ndak mendapat jawaban, dia meraba-raba makhluk didekatnya. Mengapa tubuh Oneng berubah menjadi liat? Bukannya biasanya empuk full lemak? Lalu ini apa? "Oneng, mengapa kamu punya belalai gajah?!" Gege menarik tubuh Sumi dan menghadapkan wajahnya ke wajah pengantin oonnya. "Mengapa kamu selalu salah mengenali saya dengan yang lain, Rambut Jagung?!" tanya Gege geram. Sumi menelan salivanya gugup. "Aku, aku, ndak terbiasa dengan genderuwo ganteng, Gege." Jawaban polos Sumi entah mengapa membuat hati Gege lumer seperti jeli. "Kalo ndak pengin melihat pertempuran ini, sudah ta gelutin kamu, Rambut Jagung! Sekarang cukup..." Gege meraup wajah Sumi dengan tangannya yang lebar. Riasan wajah mengerikan milik Sumi kini telah terhapus. Wajah pengantinnya kembali polos namun terlihat segar alami, Gege segera menyambar bibir Sumi, memagutnya penuh gairah ndak peduli didepannya ada pertarungan yang seru antara dua genderuwo yang amat berbeda tampilannya. Bagaikan Beauty and The Beast. Jangan bayangkan adegan romantisnya. Ini sisi tragisnya yang dipertontonkan. Bayangkan Wowo dipermainkan oleh Janur habis-habisan. Saat diterjang Janur dengan cepat menghilang dan muncul di belakang Wowo lalu menendang b****g Wowo dengan keras. Begitu seterusnya hingga Wowo frustasi dan mengamuk. Dia meraung dan memukul dadanya berkali-kali seperti kingkong. Oneng bergidik melihatnya, apalagi saat melakukan itu Wowo meliriknya seakan ingin pamer. "Sum, masa genderuwo elek itu modus padaku toh?" celetuknya bingung. Tentu saja Sumi ndak menjawab, hingga Oneng menoleh dan terheran ndak menemukan sohibnya. "Sumiiiii! Kamu ndek mana?" teriak Oneng kalap. Matanya berkeliaran kesana-kemari mencari teman dekatnya. Masa iya Sumi digondol wewe gombel? Saat itulah Oneng menangkap pemandangan yang membuat selangkangannya basah. Sumi tengah dipagut liar oleh genderuwo ganteng itu. Sohibnya itu tampak tersiksa sekaligus b*******h. Ampun, Oneng jadi ingat... dia kan ndak pakai k****t! Nanti kalau selangkangannya yang basah njeplak di celana piyama kumuhnya ini piye? Adegan XXI itu harus segera di stop sebelum Oneng banjir gairah. Oneng segera mendekat. Namun baru beberapa tapak ia melangkah ada yang menghadangnya. "Mau kemana kamu, Jelek?! Kita selesaikan yang tadi sempat terputus! Grrghhhh.." Bang Hari menatap leher Oneng yang masih berdarah-darah. Meski cewek didepannya ini jelek, tapi darahnya enak. So juicy.. Apa karena mengandung lemak kolestrol tinggi? Sesuatu yang membahayakan itu pasti rasanya menggiurkan. Bang Hari menjilat lidahnya, taringnya berkilau seakan sudah ndak sabar ingin merobek leher montok didepannya. Enyakkkkk tolong Oneng... masa ini kenyataan toh? Terlalu absurd rasanya. Semoga ini mimpi, Oneng ingin segera bangun. Plak! Plak! Ia menampar pipi chubbynya berkali-kali. Justru Bang Hari yang panik mencegah kdds (kekerasan terhadap diri sendiri) itu. "Eh, hentikan! Jangan! Nanti bisa merusak molekul darah kamu! Berhenti!" Sementara itu, Wowo sudah dibuat tko oleh Janur. Genderuwo cantik itu telah menduduki punggung Wowo sambil menggeplak kepala genderuwo gimbal itu. "Satu, kupukul kau! Dua... kupukul kau! Tiga... kupukul kau! Empat.." Demikian seterusnya, hingga banyak bulu Wowo yang tercabut sia-sia di area kepalanya. Mbah dukun yang menangkap gelagat ndak menguntungkan, diam-diam menyingkir. Apesnya dia menabrak Gege yang asik berciuman panas dengan Sumi. Buk! Matanya membelalak ketakutan saat Gege menatapnya seakan ingin menelan hidup-hidup. "Maap menganggu. Silahkan diteruskan. Mbah ndak lihat kalian cipokan kok." Mbah dukun berkata sembari mendorong Sumi hingga gadis itu masuk dalam pelukan Gege. Tentu saja Gege ndak mungkin melepas Mbah dukun kurang ajar itu begitu saja. Dia membakar pantatnya hingga si Mbah meloncat-loncat sambil menjerit kesakitan. "Ampunnnn! Jangan bakar owe! Sakitttt! Ampunnnnn!" Sumi ndak tega melihatnya, dia berusaha membujuk suami genderuwonya. "Gege lepaskan dia! Nanti Mbah dukun bisa mati terbakar!" "Ya kenapa? Biarkan saja toh! Si gundul itu selalu menganggu saja!" gerutu Gege kesal. "Jangan Tuan Genderuwo! Ampunnn.. habis ini Mbah ndak akan berani utik-utik kalian lagi. Janji!!" ucap Mbah Dukun memelas. "Saya ndak percaya janji manusia durjana sepertimu!" sarkas Gege. "Percayalah Tuan, kalau saya ingkar biarlah silit (lubang p****t) saya bodong (buntu)! Tuan, saya juga bisa membantu pengantin Tuan Genderuwo untuk balas dendam. Saya tahu keluarga Kang Somad dengan baik! Saya tahu borok-borok mereka!" bujuk Mbah Dukun. Brak! Dia jatuh terjengkang ke lantai dengan kondisi menungging. Celananya berlubang besar di bagian p****t karena terbakar. Ndak cuma celananya, p****t mbah dukun juga terlihat legam seperti gosong. Dia meringis kesakitan, tapi tetap harus berterima kasih karena nyawanya diampuni. "Terima kasih Tuan Genderuwo, Mbah ndak akan melupakan kemurahan hati Tuan." "Pergi!" usir Gege dingin. Tanpa diminta dua kali Mbah dukun lari terbirit-b***t meninggalkan rumah angker ini. "Gege, kamu serius toh mau membalaskan dendamku?" tanya Sumi memastikan. Gege menatapnya intens, lalu menjentikkan jarinya. Mendadak mereka telah berada di kamar kuno Gege. Cuma berdua. Bulu kuduk Sumi meremang. "Kamu sudah tahu syaratnya kan? Aku sudah mewujudkan keinginanmu untuk undang-undang, sekarang saatnya kamu memuaskan aku Rambut Jagung!" Undang-undang sih iya, tapi yang diundang setan, hantu dan sejenisnya! Sebenarnya bukan itu keinginan Sumi. Tapi dia ndak berani protes, takut Gege ngamuk. Dia pasrah. Hanya ada saja yang diomongkan Sumi yang membuat Gege gregetan. Meniru jurus Oneng! "Gege, boleh ndak malam pertama kita level TK?" "Maksud kamu cuma cium pipi? Ndak!" Sumi nyengir menahan sebal. "Level SMP saja wes." "Cium bibir tok? Ndak!" "Level SMA?" "Deal!"ucap Gege mengiyakan. Eh, memang pacaran ala anak SMA itu seperti apa? Tengah Sumi memikirkan itu, Gege sudah menelanjangi dirinya dan Sumi sekaligus. "Gege! Kok langsung main lepas baju?! Anak SMA ndak gitu!" protes Sumi. "Siapa bilang? Buktinya banyak anak SMA yang bunting diluar nikah! SMA itu kan Sekolah Mencari Anak!" Lagi-lagi Sumi dikalahkan. Ini akibat dia kudet dan dipingit nyaris seumur hidup. Sumi menjadi bule ndeso yang mudah terpedaya suami genderuwonya yang selalu up to date. Apa mereka akan belah duren? Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN