Empat hari sudah aku dirawat di rumah sakit. Keadaanku sudah benar-benar pulih. Bahkan nanti siang sudah diperbolehkan pulang. Tentu saja itu menyenangkan. Namun, ada yang mengganjal di hati. Yaitu hingga detik ini Fino tidak lekas mengambil ponsel mahalnya. Ada apa dengan cowok tegap itu? Apakah dia tidak butuh benda ini? Fino juga masih berhutang penjelasan mengenai insiden pengeroyokannya kemarin. Haruskah aku yang mengantar iphone ini padanya? Ahhh ... malas juga. Mendengar suara pintu berderit, hatiku sedikit merasa lega. Berharap Fino yang datang agar tak perlu repot mengantar ponselnya. Namun, ketika aku menoleh ternyata bukan Fino, melainkan Rudi yang menyambang. Lelaki kalem itu datang dengan baju yang kasual dan sebucket bunga mawar merah di tangan. "Apa kabar, Aya? Maaf baru