Bab 3. Pria Yang Menawan

1036 Kata
Dengan pakaian serba seksi, pendek dan menampilkan lekuk tubuh sempurna, Jelita menangis menggedor pintu apartemen mewah Samuel Arson. Beberapa saat lalu ia mendapatkan pesan berupa sebuah foto mesra milik Samuel dengan wanita yang bersamanya. Sekarang Jelita sampai tak masuk kerja gara-gara perkara itu─perkara hati dan cinta. Kakinya yang jenjang dan mulus mengenakan pump heels 3,5 inci terus mengentak ke lantai. Ia terengah dan akhirnya menyerah. Fisiknya yang sempurna akan membuat semua orang iri melihatnya. Jelita adalah cermin dari sosok wanita yang sempurna. Namun hanya ada satu yang tak sempurna. Ia jatuh cinta dan tergila-gila pada seorang playboy seperti Samuel Arson. Tak hanya itu, ia bahkan berani merencanakan pernikahan dengan pria itu. Jelita tak punya pilihan selain pergi dari bangunan apartemen mewah berurai air mata. Ia menangis dan tak peduli semua orang melihatnya dengan aneh. Ternyata semua yang diucapkan oleh teman-temannya terjadi. Samuel hanya memanfaatkannya untuk kesenangan sesaat dan sekarang sudah memutuskan hubungan dengannya. Jelita tak ingin lagi kembali ke rumah. Ia akhirnya memutuskan untuk ke rumah sakit dan tak jadi libur. Di tengah perjalanan, Jelita dihubungi oleh sahabatnya, Melanie yang mengirimkan foto perselingkuhan Samuel. “Hai, Mel,” sapa Jelita lebih dulu. “Apa kamu baik-baik saja?” Melanie balas bertanya dengan nada cemas. Jelita melepaskan napas berat dengan sisa isakan dari hidungnya. “Entahlah, Mel. Sam benar-benar membawa wanita itu ke ranjangnya. Aku diputuskan begitu saja olehnya!” Jelita mengadu kesal dengan rengek dan tangan mengepal memukul-mukul kemudi. “Ah, Jelita. Sudah jangan pikirkan dia lagi. Kita bertemu sore ini, bagaimana? Mungkin kita bisa menyusun ide baru?” *** Menjelang sore Jupiter keluar dari rumah sakit. Adik kembarnya─Ares sedang sakit dan tak mau ditinggalkan. Akhirnya, hari ini Jupiter tak masuk kerja dan menunggui kembarannya yang masih sakit. “Uh, gue gak bawa mobil!” sungut Jupiter baru ingat ia tak membawa kendaraan. Akhirnya ia memesan taksi dan memutuskan untuk pulang sesaat. Ia tak menyadari jika ada mobil yang mengikutinya. Jupiter belum tidur sama sekali dan tubuhnya lelah. Sehingga di dalam taksi ia sempat tertidur sampai ia tiba di bangunan apartemennya. Mobil yang mengikutinya melihat Jupiter masuk ke dalam dan ikut keluar untuk mengikutinya. Pria itu hanya bisa mengikuti Jupiter sampai ke pintu lift karena tak memiliki akses untuk masuk lebih jauh. Pulang dan kelelahan, Jupiter lantas mandi dan memutuskan untuk tidur. Ia akan bangun malam dan mungkin mencari makan di luar saja nanti. Jupiter tidur sampai pukul 10 malam. Ia baru bangun dan menggeliat sambil melihat ke arah jam. Rasanya ingin tidur tapi perutnya sangat lapar. “Oh Tuhan, diet gue hancur kalo gini!” umpat Jupiter kesal dan bangun dari tempat tidurnya. Ia mencuci muka dan masuk ke dapur. Hanya ada s**u dan tak ada bahan makanan. Dengan kesal, Jupiter menutup pintu kulkas. Ia minum s**u untuk sedikit meredakan rasa perih karena melewatkan nyaris dua waktu makan. Akhirnya ia memutuskan untuk mencari makanan di luar saja sambil mampir ke rumah sakit. Siapa tahu Ares masih perlu dijaga. Lagi pula ayah dan ibunya pasti di sana. Jupiter keluar dengan pakaian seadanya. Kaos lengan panjang dengan jaket semi kulit cukup tebal lalu celana jeans dan sepatu boot. Setelah menutup pintu dan memasukkan kunci mobil ke dalam saku jaket, ia berjalan masuk ke dalam lift yang membawanya langsung ke garasi. Sambil bersiul santai, Jupiter kemudian mengendarai mobilnya keluar dari garasi. “Restoran apa yang bukan jam segini? Punya Brema pasti udah tutup!” gumam Jupiter menghela napasnya. Sampai ia melewati sederetan cafe dan beberapa restoran yang masih buka. Ia tersenyum dan memarkirkan mobil ke dalamnya. Jupiter menghabiskan setidaknya 20 menit untuk makan sendirian di dalam restoran yang mulai sepi itu. Mereka akan tutup sebentar lagi dan Jupiter memesan sebuah burger dan french fries berniat membawanya untuk ayahnya yang sedang menunggui adiknya, Ares. Sewaktu ia berjalan ke arah parkiran umum, Jupiter lantas diikuti oleh dua orang pria yang tiba-tiba langsung menyerangnya. Jupiter nyaris tak bisa mengantisipasi dan burger itu berserakan di jalan. Ia berkelahi dengan tangan kosong sementara keduanya memakai pisau. Tak ada orang yang lewat dan Jupiter cukup sadar untuk melawan. Tapi ia kurang mengantisipasi saat salah satu dari mereka menyerang dari belakang lalu pisau itu melukai lengannya. “Aahhkh!” Jupiter kaget dan dengan cepat menendang pria yang melukainya. Pria itu terhempas di trotoar sementara yang satunya lagi malah melarikan diri. Pria yang menyerangnya itu pingsan saat Jupiter menarik ingin menanyakan siapa dirinya. Dengan kesal, ia terpaksa menelepon polisi dengan lengan terluka terkena sabetan. Jaketnya bahkan sobek karena sabetan yang dalam itu. Setelah membuat laporan polisi dalam keadaan terluka, Jupiter dibawa oleh ambulance ke sebuah klinik swasta yang tak jauh dari tempat kejadian. Seorang perawat yang menerima Jupiter kemudian membawanya ke salah satu bilik untuk ditangani oleh dokter yang bertugas. “Dokter akan datang menanganimu, Tuan Jupiter King!” ujar salah satu perawat. Jupiter mengangguk setelah ia duduk di ranjang ICU menunggu perawatan pada lengannya. Ia sudah membuka jaket dan belum membuka kaosnya. Sedang memeriksa lengannya yang berdarah cukup banyak, Jelita datang untuk menanganinya. “Selamat malam. Coba aku periksa lukamu!” Jupiter memalingkan wajahnya dan langsung membesarkan mata. Ia menunjuk pada dokter yang juga mengernyit melihatnya. "Kamu ... wanita yang aku antar dua malam lalu, kan?" "Maksudmu aku?" tanya sang dokter. Memang benar seperti yang dikatakan Jupiter, dokter itu adalah Jelita dan rumah sakit yang didatangi Jupiter adalah tempat di mana Jelita bekerja. “Tentu saja. Kamu tidak ingat?” Jelita tak menjawab dan menarik tirai sehingga tertutup sempurna. Jupiter duduk di pinggir ranjang dan mulai tersenyum menggoda. “Ini kena apa?” tanya Jelita setelah melihat sekilas. “Pisau!” jawab Jupiter santai. “Kamu mau buka pakaianmu atau aku bisa mengguntingnya?” tawar Jelita dengan senyuman sinis dan mengangkat gunting. Jupiter mendengus tersenyum dan langsung membuka pakaiannya. Jelita lantas berbalik untuk dan memasang sarung tangan dan lalu mempersiapkan alat untuk membersihkan serta menjahit luka. Namun ketika ia berbalik, wajahnya langsung panas dan ia tertegun. Jupiter membuka atasannya dan duduk dengan santai sambil tersenyum. Tubuh Jupiter yang terpahat sempurna dengan otot bisep serta d**a bidang yang tak begitu besar namun terlihat sangat macho dan tangguh. Ada beberapa tato di sebelah d**a atas lalu lengannya kirinya. Dan yang paling menawan dari semuanya adalah senyumannya. “Aauuw!” teriak Jupiter saat Jelita langsung menyuntik lengannya tiba-tiba.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN