BAB 4

1063 Kata
"Datang disaat yang kurang tepat. Cinta berpengaruh pada efek kebucinan ternyata.." ••♡♡♡•• NAMANYA juga mahasiswa, pasti tak akan jauh dari laptop. Alih-alih menonton Drama Korea atau pun nonton oppa-oppa ber-ABS. Virya justru tengah sibuk mengerjakan tugas makalah.  Sedari tadi tangannya sibu mengetik. Mengabaikan sang ibu yang kerap mengirimkan makanan kecil hingga s**u hangat ke kamar anak gadisnya. Drrrttt..drrrttt.. Ponsel Virya menyala, menampilkan layar yang merekam langit-langit kamar Virya. Virya meraih ponsel itu. Panggilan video dari si tengil mengganggu aksi pengerjaan tugasnya. Harus apakah ia!? Jika, mengangkat panggilan itu, maka ia harus rela begadang menyelesaikan tugasnya. Tetapi, jika tidak diangkat.. kan sayang. Ini Prada Ardan hlo! Lelaki yang sudah dapat dipastikan berhasil seratus persen merebut hati Virya. Setelah menghela napas dan membenahi rambut serta bajunya, Virya memencet tombol hijau berbentu telepon itu.  "Lama banget sih angkatnya!? Lagi ngapain emangnya?" Virya menatap kesal Prada Ardan yang mendumel. Virya pun mengalihkan kamera depannya ke kamera belakang. Menampilkan laptop yang menyala dan menampilkan ketikan mc.word. "Semangat Virya jelekku!" Virya kembali mengalihkan kamera belakang itu ke kamera depan. Matanya menatap sosok tampan yang bahkan hanya memakai kaos hitam polos itu. Ya allah! "Ada apa!?" Tanya Virya tanpa tersenyum. "Apanya?" Virya membenahi rambutnya, "kenapa vidcall? Kangen?"  "Hahahah, nggak! Cuma memastikan kamu baik-baik saja." Virya mengernyitkan dahinya.  "Ibu habis lapor ke aku, katanya kamu cuekin ibu karena tugas-tugasmu. Jarimu nggak capek apa?" Virya tahu maksud ucapan sang Prada. Ibunya itu memang kerap melaporkan kegiatan Virya pada Prada Ardan. Entah, apa maksud sang ibu?  "Capek! Kamu mau bantuin emangnya?"  "Iya MOH toh!!" (Iya GAK lahh!!) Prada Ardan tertawa di ujung sana. Virya kesal sekali dengan si tengil satu ini.  "Ihh.. awas saja! Nggak tak bantuin belajar jalan lagi!" Virya merajuk kali ini.  Prada Ardan pun tampak melakukan sebuah pergerakan. Virya sempat kaget saat sang Prada dengan santainya berdiri dan menunjukkan bahwa kakinya bisa berjalan sendiri. "Sudah bisa jalan!?" "Seperti yang kamu lihat." Prada Ardan menunjukkan raut wajah bahagianya, komplit dengan senyum manis yang berhasil membuat jantung Virya kembali berdegup. Kenapa baru sekarang!? Padahal, biasanya ia biasa saja melihat senyum Prada Ardan. Tetapi, tidak setelah ia menyadari perasaannya. "Syukurlah.. jadi, aku nggak perlu lagi repot-repot bawain pesanan kamu yang kaya bumil lagi nyidam."  "Nggak ngerepotin kamu lagi, kok." "Bagus kalau begitu." Virya meletakkan ponselnya pada laptop. Kemudian, melanjutkan mengetik. Prada Ardan pun tak masalah, ia menunggui sahabatnya yang tengah berkonsentrasi menyelesaikan tugas kuliahnya. "Vir.." Virya melirik sebentar pada ponselnya. Prada Ardan ternyata sudah memposisikan dirinya berbaring. "Besok jalan sama aku! Aku jemput ke kampus kamu," "Nggak bisa! Aku sibuk besok." "Harus bisa! Pokoknya aku maksa," kata Prada Ardan dengan menunjukkan wajah garangnya. Virya mengela napasnya, "besok aku bisanya malam! Capek tau!" "Iyo wis malam tak jemput ke rumah." Virya hanya mengangguk dan masih fokus pada layar laptopnya. "Iyo wis, lanjutin tugasmu. Semangat 45!" "Iya.." jawab Virya sekenanya. "Vir.." "Apalagi!?" "Sampai ketemu besok malam." Klik. Panggilan video itu berakhir. Virya memegangi dadanya yang berdegup kencang saat mendengar kalimat terakhir Prada Ardan. Lelaki itu sebenarnya tidak menyebalkan jika serius seperti itu. Virya melanjutkan mengetik tugasnya lagi. Setidaknya, semangat tanpa kendor terkobar dengan kehadiran beberapa menit sang Prada. *** Rupanya benar kata orang, lelaki memang menepati keinginannya yang tidak bisa diganggu gugat itu. Malam ini sembari menunggu Virya bersiap, Prada Ardan tengah duduk di samping bapak Virya yang menonton bola. Kedua lelaki itu asyik membicarakan bola. "Ayo berangkat.." ucap Virya menyela keduanya yang terbuai asyik menonton TV. Prada Ardan pun meminta izin kembali pada bapak Virya. Dan, tentu saja mengizinkan. Mereka pun pergi. "Kakimu benaran sudah nggak apa-apa?" Tanya Virya sesekali menatap Prada Ardan yang menginjak pedal gas mobil. Prada Ardan menjawab dengan santainya, "kalau nabrak juga aku lindungi kamu, Vir. Tenang aja-" Bugh! Virya memukul pelan lengan kiri Prada Ardan, "ngomongnya dijaga!" Prada Ardan pun hanya terkekeh. Sebuah ide terlintas dibenaknya. Mengerjai Virya sepertinya akan sangat menyenangkan. Baiklah, tabahkan hatimu Virya.. Prada Ardan memastikan jika jalanan ini cukup sepi. Maksudnya, tak banyak yang berlalu-lalang sehingga tidak akan membahayakan orang lain. "Loh-loh!? Kamu kenapa!?" Virya panik saat mobil yang dikendarai Prada Ardan sedikit oleng ke kanan-kiri. "Berhenti!!" "Sshhh...k-kakiku sakit, Vir." Virya melotot dan segera mendekat ke Prada Ardan, "cepat injak pedal rem-nya!!" Keadaan mobil masih oleng. Prada Ardan berekspresi meringis kesakitan, "nggak bisa.." "Aaaaaaa....." teriak Virya saat mobil tiba-tiba oleng ke sisi kanan jalan. Lalu, tiba-tiba berhenti dan Virya mendengar gelak tawa kencang keluar dari bibir sang Prada. Virya akhirnya tahu, Prada Ardan tengah mengerjai dirinya. Ia sangat kesal, kekhawatirannya dibuat mainan. Dengan raut wajah datar ia menoleh ke sisi kaca mobil. Mengabaikan tawa Prada Ardan. "Aku ketawa sampai nggak bisa diam, Vir." Prada Ardan masih mengejek Virya. "Sudah-sudah. Vir, jangan marah dong.." Prada Ardan meraih tangan kanan Virya. Virya langsung melepaskan tangannya dari tangan sang Prada. "Gitu aja marah, nggak asyik!" Secepat kilat Virya menoleh, "'gitu' katamu!! 'Gitu aja'!? KAMU NGGAK TAHU atau BODOH sih!?" "AKU ITU KHAWATIR SAMA KAMU!!" Virya berucap dengan d**a naik turun. Menahan amarah yang seakan sudah di ujung, hingga meledak kini. Mobil hening sejenak. Prada Ardan kembali melajukan mobilnya. Diraihnya tangan kanan Virya menggunakan tangan kirinya. Tangan kanan ia gunakan untuk menyetir mobil. Virya masih berusaha melepaskan tangan Prada Ardan. Tetapi, tidak bisa. Tenaga wanita itu sangat lemah dibandingkan dengan abdi negara satu ini. Cup! Diciumnya tempurung tangan Virya, "Sudah ya marahnya, mau apa? Ice cream? s**u kotak? Atau langsung aja nonton?" "...." "Jawab, Vir." "Terserah." Virya masih hanyut memandangi pemandangan dibalik kaca mobil. Prada Ardan menghela napasnya, "ya udah. Nonton dulu, habis itu ke rumah makan. Kamu belum makan toh sejak pulang kuliah?" Ada perasaan yang sedang menghangat saat Virya tahu jika Prada Ardan memberikan perhatian padanya. Apa sih yang lelaki itu tidak tahu? Semua kesehariannya, lelaki itu selalu tahu. "Males makan. Diet." "Diet-diet! Nggak ada diet-dietan!!" Virya sebenarnya tidak sedang diet. Ia hanya ingin menguji sang Prada. Virya pun menatap Prada Ardan. Menajamkan matanya, "memangnya kamu siapa? Nglarang-nglarang aku diet." "...." "Nggak bisa jawab toh!" Virya tersenyum sinis. Hatinya sedikit teriris saat Prada Ardan tidak bisa menjawab. Jika biasanya lelaki itu akan menjawab bahwa dirinya adalah sahabat Virya. Maka, berbeda dengan malam ini. Lelaki itu tidak menjawab dan hanya diam seribu bahasa. "Kalau dengan menjadi sahabatmu, kamu nggak bisa nurut. Aku nggak mau!" "..anggap aja aku cowokmu, kamu wajib nurut!" Lanjutnya lagi. Cih! Virya mengulum senyumnya. Apa-apaan Prada Ardan!? Jantung Virya kembali berdegup dengan sialannya. Padahal ia masih kesal karena kejahilan Prada Ardan tadi. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN