Part 13

1628 Kata
Malam Minggu kelabu. Sebutlah seperti itu untuk ukuran pria ganteng seperti Dany. Bagaimana tidak, tampang keren dengan sejuta pesona dengan ketampanan yang dimilikinya, uang banyak semua wanita pasti tertarik dan tergila-gila padanya tapi tetap saja karena statusnya yang masih menjomblo malam Minggu ini ia habiskan sendirian. Apalagi sekarang ia lebih betah mendekam di rumahnya. Berbeda jauh dengan Dany 3 bulan yang lalu yang selalu menghabiskan malamnya di tempat ga jelas dengan teman-temannya yang bernama Vicky, Alan dan Sandy. Dany bertekad untuk mengubah image nya. Menjadi orang baik. Usianya sekarang 25 dan diam-diam rupanya ia ingin segera membina hubungan yang serius dengan seorang wanita, makanya ia tidak sembarangan main-main dengan wanita. Ia telah mengikrarkan diri  " bertobat" akan menjauhi hal-hal yang berbau kemaksiatan. Seisi penghuni rumah pun sempat kaget dengan aktifitas Dany sekarang yang lebih religius. Jika biasanya musik yang terdengar di kamar adalah lagu-lagu rock atau sejenisnya yang memekakkan telinga, maka sekarang jenis lagu rohanilah lagu yang terdengar. Seperti malam ini Dany duduk di Sofa kamarnya sambil mendengarkan lagu religi. Kesehatan nya sudah berangsur membaik. Setelah 2 hari tak berdaya. Gejala typusnya sudah sembuh berkat istirahat yang cukup dan juga resep obat yang diberikan oleh dokter nya. Satu lagi tambahan asupan makanan yang sengaja dikirim oleh Heni membuatnya segar bugar kembali. Bu Ratih memang sengaja memohon kepada sekretaris suaminya itu untuk membuat makanan khusus buat Dany karena masakan Heni disukai putranya. " Da...ny...." Terdengar suara seseorang memanggil namanya dari luar kamarnya. Diikuti dengan pintu yang terbuka. Dany langsung memalingkan wajahnya ke sumber suara. Suara yang sudah tidak asing lagi. Sahabatnya Vicky diikuti oleh Alan berjalan masuk ke dalam kamarnya. " Pa kabar bos? Katanya sakit?" Tanpa basa basi dan permisi keduanya duduk di sofa yang Dany tempati. " Eh, kalau masuk tuh ngucapin salam dulu." Dany mengingatkan teman-temannya. " Assalamualaikum.." Alan mengucap salam. " Jawab dong. Katanya suruh salam" seru Vicky. " Iya, waalaikum salam." Dany lalu mengecilkan suara musik yang sedang didengar nya. " Wah...beneran bos kita sekarang udah berubah aliran. Ha...ha..." Vicky mulai mengoceh. Sementara Dany cuma diam. " Eh lo sakit apaan sih...jangan-jangan efek dari transformasi." Alan menatap Dany dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sementara itu yang jadi objek membenahi posisi duduknya. " Bentar lagi kayanya bakalan ada yang tumbuh jenggot lebat plus pake baju jubah putih atau baju Koko." Vicky menyeringai jahil. " Kalian ini ngejek gua aja." Dany manyun. Malam Minggu yang tadinya kelabu berubah cerah karena kedatangan kedua sahabatnya yang selalu kocak. " Faktanya emang gitu. Perubahan lo tuh drastis. Kalau boleh tahu kenapa tuh." Alan bertanya. " Gua pengen jadi orang baik biar dapat jodoh cewek yang baik juga." Jawab Dany. " Ha..ha...  mulai mikirin jodoh  ni Bos Dany. Oke deh kalau mau nikah muda gua dukung biar lo ada yang ngelonin. Btw udah nemu belum? Kayanya di kantor lo banyak gentayangan cewek-cewek cantik. Salah satunya Violetta calonnya Alan" Tanya Vicky lagi penuh dengan rasa kepenasaran.Vicky tahu persis situasi kantor Dany yang dihuni banyak wanita cantik mulai dari perawan ting ting sampai janda bahenol. " Gosip terhangat Bos Dany lagi ngecengin istri orang!!" Alan melirik ke arah Vicky. Vicky dan Alan yang melakukan kunjungan untuk menjenguk sahabatnya yang sakit malah melakukan interogasi dan menyebar gosip paling hot pekan ini. " Eh siapa yang bilang?" Dany menatap heran kedua sahabatnya secara bergantian. Sementara mereka hanya nyengir. " Ada deh..." Vicky menjawab penuh rahasia. " Pasti sekretaris Papi gua ya." tebak Dany asal-asalan. " Vio...pacar gua." Alan si pemilik bengkel yang juga adiknya Ellen sahabat Heni menjawab jujur. Tetep aja pasti sumbernya dari Heni. Mereka kan satu geng. Tuh sekretaris mulutnya emang ember deh. batin Dany menggerutu. " Cuma suka doang ga papa kali." Dany melakukan pembelaan. Ia tidak mau teman-temanya salah sangka. Lagipula hanya tahap suka, ia sendiri tidak melakukan langkah apapun. Otaknya masih waras untuk tidak jadi perebut istri orang. " Tapi hati-hati jangan main api entar kebakar." Alan menasihati. Takut sahabatnya salah jalan. " Mencintai bukan berarti harus memiliki. Cie...sekalian tungguin aja jandanya." Lanjut Pria dengan rambut belahan di bagian tengahnya dengan nada menyindir. " Ngapain nunggu dia janda, kenapa ga yang jelas-jelas udah status janda.  Misalnya sekretaris Papi lo yang cantik jelita itu." Vicky mulai menyulut. " Apaan sih lo...kalau lo mau sama dia sana aja deketin ga usah jadiin gua sasaran. Kalau perlu gua comlangin sekalian kasihan juga tuh janda keburu lapuk, bulukan." Dany mendorong bahu Vicky. Pemuda itu selalu saja menyinggung soal sekretaris cantik Papinya yang berstatus janda. " Emang ya sejak lo di bangku SMP selera lo tuh cewek yang lebih tua gitu deh. Mbak Heni kayanya cocok tuh." Lanjut Vicky sambil membenahi posisi duduknya. Hampir saja ia terjungkal gara-gara ulah Dany. " Eits..jangan mbak Heni ya. Dia lagi dikecengin sama Abang gua. Bang Bima. Jadi tolong jangan dekati dia. Oke?" Alan seolah tidak rela Heni yang sedang menjadi objek pembicaraan sampai jatuh ke tangan pria lain selain sepupunya. " Emang Heni mau gitu sama bang Bima yang tampangnya menyeramkan. Heni tuh cewek matre yang suka pilih-pilih cowok. Makanya ga laku-laku. Udah jadi janda aja belagu." Dany yang kenal dekat Heni akhir-akhir ini menyangsikan statement Alan. Sedikit banyak ia tahu tentang sekretaris Papinya itu. Beberapa pria di kantor sempat mendekati janda itu namun semua berakhir dengan penolakannya. " Mbak Heni cantik dan seksi. Dulu gua ga nyangka kalau dia janda udah punya anak ABG lagi." Alan memuji wanita itu. " Kalau mbak Heni anaknya bukan ABG gua sih mau deketin dia lumayan, tapi kalau punya anak ABG mah ogah gua takut gak kuat iman. Anaknya kan cantik banget. Ntar gua jatuh cinta sama anaknya, wah berabe tuh." Ujar Vicky. " Lo demen amat ngebahas Sekretaris Papi gua." Dany mulai bosan dengan topik pembicaraan bertema Heni. "Jangan-jangan bener juga gosip waktu tuh kalau mbak Heni sekretaris cantik itu ada apa-apanya sama Papi kamu." Kini Vicky dengan wajah menyebalkannya memberikan tuduhan sepihak. " Kagak mungkin banget. Secara Mami gua udah jadiin mas Fikri sebagai mata-matanya. Mami gua juga rajin patroli ke kantor." Dany tidak terima atas tuduhan sahabatnya. " Hati orang kan siapa yang tahu..."ujar Vicky. Vicky dan Alan barengan nyengir. Tok...Tok... " Permisi" Tiba-tiba suara ART keluarga Hadiwijaya datang dengan nampan di tangannya. Menginterupsi ketiga pria tampan itu yang sedang asyik mengobrol bergosip ria. " Ini kopinya Den." " Makasih ya Bi." Alan tersenyum ke arah ART tersebut. ART itu membalas senyuman Alan. Tak berapa lama wanita berusia 40an itu kembali ke bawah ke ruangan bagian belakang. *** " Eh kalian udah pada makan malam?" Dany mulai sadar bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Saking asyiknya ngobrol ia lupa menawari kedua sahabatnya itu untuk makan. Entahlah mungkin karena dirinya sendiri sudah makan dari tadi. " Gua Masih kenyang." Jawab Alan. " Gua juga udah makan." Giliran Vicky memberikan penolakan. " Btw ada yang lagi PDKT lho." Alan membuka gosip baru tentang Vicky. " Siapa?" Dany bertanya sambil mengangguk cangkir kopinya di meja. " Nih, cowok cakep deket kita" Alan memeluk Vicky. " Beneran? Ngecengin siapa? Terus nasib cewek lo si Lisa gimana?" Dany penasaran. " Gua udah putus, 2 hari yang lalu" jawab Vicky lantang. Tidak tampak penyesalan ataupun raut wajah sedih karena patah hati. " Gila yah pacaran 10 tahun berakhir begitu saja. Makanya jangan selingkuh terus." Seru Dany. " Tenang aja, putus satu tumbuh seribu." Alan tersenyum jahil. " Serius nih, kenapa putus?" Dany tampak masih penasaran. " Udah takdir aja kali. Dia dijodohin sama ortunya. Gua sih syukur aja. Emang udah lama pengen putus. Kesempatan banget tuh." Lagi-lagi Vicky yang berambut agak gondrong berkata tanpa penyesalan atas hubungan cintanya yang telah berakhir. " Gua ga yakin kalau  si Lisa masih perawan." Tiba-tiba Alan si biang gosip mengemukakan sangkaannya. " Sembarangan kalau ngomong, gini-gini gua sangat menjaga kehormatan. Perjaka nih" Vicky terlihat sewot. Ia memang hobby keluar masuk klub malam bahkan nongkrong di cafe untuk nonton bola yang dibumbui perjudian dan sering juga diam-diam menyelingkuhi pacarnya tapi ia masih menjunjung harga diri dan kehormatan diri. " Jadi 10 tahun pacaran lo belum ngapa-ngapain dia?" Dany bertanya bodoh. " Nggak lah gua masih bisa mengendalikan diri, sumpah gua masih perjaka. Yang begituan itu baru gua mau lakuin kalau udah nikah. Zina itu dosa tahu." Vicky memberikan penjelasan dan pengakuan. '" He...He...emangnya si Sandy, muka alim diam-diam Hamilin  cewek yang bukan pacarnya. Kan gila." Alan ikut bicara. Menyinggung salah satu teman mereka yang sekarang tidak hadir karena sibuk mengurus anak dan istrinya. " Lo aja kali yang udah ga perjaka. Tinggal di Amrik mustahil pulang selamat." Alan malah menuduh Dany. " Enak aja gua berani sumpah masih perjaka. Caroline juga cewek baik-baik. Dia ga pernah godain gua. Kita ga pernah berbuat sampai situ. Terus lu sendiri gimana sama si Vio?" Gantian Alan yang ditanyai Dany. Dany sepertinya ingin tahu sejauh mana hubungan Alan dengan anak buahnya yang bernama Violeta. " Ga usah nanya dong Bos, 100% masih utuh." Jawab Alan. "Ualah...utuh gimana emang sentuh-sentuhan ga masuk hitungan?" "Itu mah beda." Vicky bantu ngejawab sambil tersenyum. " Eh, kayanya gua ngantuk nih ngobrolnya di kasur aja. Lo berdua mau nginep kan?" Sepertinya obat yang diminum Dany sejam yang lalu memberi efek mengantuk. " Iya kita nginep kok, udah sana lo baringan aja." Alan mempersilahkan Dany. Pria yang juga bos kekasihnya itu lalu beranjak dari Sofa untuk pindah ke ranjangnya, sementara mereka berdua asyik menikmati kopi dan makanan yang terhidang di atas Meja. " Jawab dulu lo lagi PDKT sama siapa Vicky?" Sebelum merebahkan dirinya Dany menanyakan siapa gerangan wanita yang kini menjadi pujaan hati pengusaha Cafe itu. " Adik iparnya mas Fikri." Alan membantu menjawab pertanyaan yang diajukan Dany untuk Vicky " Apa??!!" Dany setengah tidak percaya. Adik ipar Fikri kan masih ABG. " Betul Dan." Alan mengiyakan sementara Vicky tersenyum miring. " Lo doyan ABG ya, dasar pedofil." Ucap Dany sambil menggelengkan kepalanya. **** TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN