Bagian 7

1490 Kata
Dany meringkuk di depan emper toko. Penampilannya sangat lusuh. Tubuhnya kurus kering dengan pakaian compang camping. Siapapun yang melihatnya tak akan mengenalinya. Tiba-tiba seorang pria bertubuh tinggi besar entah darimana datangnya menyeret Dany ke sebuah ruangan gelap. " Kamu siapa?" Tanya Dany dengan suaranya yang bergetar. Ia sangat ketakutan. Pria itu tidak menjawab malah memberikan pukulan. Bugh Bugh Beberapa pukulan keras pria itu menghantam tubuhnya. Dany sama sekali tidak dapat melawan. Tubuhnya yang kurus terlalu lemah. Dalam beberapa pukulan langsung oleng dan jatuh. " Tolong...tolong....lepaskan aku. Ampun...!!" Dany meminta ampun. Bugh " Aw..." Dany memegang pelipisnya yang mengenai ujung tempat tidur. Pria itu membuka matanya. Syukurlah hanya mimpi buruk. Gua ada di kamar. Waktu menunjukkan pukul 4 pagi. Ia tidak bisa memajamkan matanya kembali. Mimpi tadi sangat mengganggunya menjadi seorang pengemis dan hampir saja dihabisi oleh seseorang. Sangat menakutkan. Efek dari pemblokiran dana keuangan dari sang Papi membuatnya stres hingga terbawa mimpi. Dany terjaga hingga terdengar suara adzan subuh berkumandang. Dany bangkit dari pembaringannya menuju kamar mandi. Ia mengambil air wudhu. Ini adalah sholat subuh pertamanya setelah sekian tahun. Ia tidak pernah sholat subuh karena bangunnya yang selalu kesiangan. Sebenarnya setiap hari juga ia tidak meniggalkan sholat namun banyak bolongnya. hanya dua atau tiga waktu saja itu pun seingatnya jika ada yang mengajak atau di perintah sang Mami bukan atas kesadaran sendiri. sholat Jum'at juga tidak ketinggalan. Dany mengganti pakaiannya dan Walaupun dia anak badung tapi waktu kecil orang tuanya sengaja mendatangkan guru ngaji ke rumah untuk mengajarinya baca Al- Qur'an dan sholat. Pak Yusuf juga orang yang lumayan religius sehingga sangat memperhatikan hal itu. Usai sholat subuh Dany memanjatkan doanya. " Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, Jangan sampai mimpi tadi menjadi kenyataan. Aku akan berusaha kembali ke jalanMu. Jangan hukum hambaMu ini. Aku tidak mau hidup menderita. Aku akan bekerja keras dan tidak akan membuat orang tuaku kesal lagi." Dany menitikkan air matanya. Selama ini ia sudah jauh dari Tuhannya. *** Dua bulan sudah Dany berada di perusahaan ayahnya. Ia mulai dapat berperan sangat baik sebagai Direktur Pemasaran. Pak Yusuf Hadiwijaya ayahnya pun mengakuinya. Ia sangat bangga pada anaknya itu yang sebelumnya sempat diragukan. Sosok Dany yang sekarang sangat berbeda dengan Dany yang dulu. Lebih dewasa dan bertanggungjawab. Ia menjadi sosok yang kharismatik dan disiplin. Semua karyawan merasa nyaman memiliki bos seperti dia. Dany selalu datang ke kantor tepat waktu dan akan pulang jika semua pekerjaan telah selesai. Ia menjadi seorang workaholic. Tak ada lagi kehidupan malam bersama teman-temannya. Ia sangat sibuk dengan urusan kantornya. Tentu saja ia melakukannya karena ingin membuktikan pada orangtuanya bahwa ia layak berada di perusahaan ayahnya. Diam-diam ternyata ia juga ingin naik jabatan menjadi CEO menggantikan posisi ayahnya. Pagi ini pun ia sudah berada di kantornya. Padahal belum jam 8. Tiba di depan pintu ruangan kerjanya ia dikagetkan dengan kehadiran seorang wanita cantik yang mengenakan jilbab dengan setelan blazer celana panjang. Ia tampak tersenyum ramah ke arah Dany. "Selamat Pagi Pak" wanita itu menyapa ramah. Dany benar-benar terpesona. Cantik. " Oh,...Ehm. Pagi. Kamu siapa?" Tanya Dany gelagapan. " Saya Meilani sekretaris Bapak. Mulai hari ini saya kembali bekerja lagi."Jawabnya dengan senyum yang menawan. Ya, dialah Meila sekretaris Direktur Pemasaran yang baru menghabiskan cuti melahirkannya selama 3 bulan. Cantik, pintar dan Sholehah. Dambaan semua kaum pria. Sayangnya sudah menikah dan punya 2 orang anak. " Selamat datang kembali." kata Dany seraya membalas senyumannya. " Untuk urusan pekerjaan kamu hubungi Mas Fikri aja." Sambungnya. " Baik Pak." Meila mengangguk pertanda mengerti. Dany lalu pamit masuk ke dalam ruangannya. Dia tampak gelisah. Mengapa segrogi ini?Apakah ia jatuh cinta pada sosok Meila yang baru bertemu untuk pertama kalinya. Entahlah. Tapi jantungnya berdetak kencang dan hatinya berbunga-bunga. Apakah seperti ini rasanya memiliki sekretaris cantik? Pantas saja banyak terjadi kasus perselingkuhan antara bos dan sekretarisnya. Ia kembali teringat akan sosok ayahnya. Selama ini semua sekretaris nya selalu laki-laki. Pengecualian untuk Heni. Semua memang dikarenakan Bu Ratih yang posesif dan pencemburu. Gua harus bisa mengendalikan diri. Dia kan istri orang. Otak sadarnya mengingatkan. **** " Meila....Apa kabar? Wah makin cantik aja ya." Heni mendekati Meila yang sedang duduk sendiri di kantin. Wanita berjilbab itu tampak menikmati makanannya. " Mbak Heni. Baik mbak..." Ia menjawab sambil segera berdiri dan memeluk Heni. Keduanya saling melepas rindu. " Maaf ya Mei, mbak belum jenguk lagi debay nya. Biasalah sibuk terus. He.." " Iya ga papa kok." Jawabnya. " Tunggu ya, aku ambil dulu makanan." Heni lalu meninggalkan Meila sesaat. Tak lama kemudian ia datang dengan nampan berisi semangkuk mie bakso dan juice jeruk. Di meja Meila ternyata sudah ada Vio. " Eh ada Vio..." Sapa Heni. " Sombong nih sekarang jarang makan siang bareng." Vio tampak sewot. " Bukan gitu, masalahnya aku harus dampingi bos. Kadang nemenin bosnya Meila juga. Tahu sendiri kan Bos Dany dia mah ga bisa dibantah. " Heni melakukan pembelaan. Sejak kehadiran Dany, ia bukan hanya sibuk dengan urusan Pak Yusuf tapi juga mau tidak mau harus menuruti keinginan Dany yang sering mengajaknya makan siang bareng di luar. Mau Apalagi kalau bukan curhat tentang Fikri, ketidakpuasan terhadap Fikri. Pokonya semua tentang Fikri. " Bos Dany orangnya aneh ya?" Seru Meila setelah meneguk minumannya. " Maksudnya?" Heni menatap Meila penuh tanda tanya. Keningnya sedikit berkerut. " Bukan aneh tapi ganteng abis, ramah, tidak sombong tapi soal kerjaan perfeksionis banget." Vio menyela. " Tatapannya itu lho mengerikan terus suka senyum- senyum sendiri. Kan serem." Meila berkata serius. " Masa iya sih, perasaan dia kalau di kantor sok serius dan sok sibuk." Heni merasa heran mendengar pengaduan Meila. " Harus diselidiki tuh..." Vio bersuara. " Tapi akhir-akhir ini kehadiran Bos Dany di Divisi Pemasaran memang memiliki dampak yang luar biasa. Karyawan cewek tuh berlomba-lomba menarik perhatian si Bos dengan dandan secantik mungkin. Bahkan sekelas Putri yang pendiem dan kurang gaul mendadak berubah. Semua ingin ditaksir sama bos Dany. Sementara yang cowok tuh sekarang penampilannya jadi rapi. Katanya sih gak mau kalah sama Bos Dany. Semacam ingin menyaingi kegantengannya." Violetta yang menjadi staffnya di divisi pemasaran menjelaskan panjang lebar. Ia tahu persis bagaimana situasi persaingan di lantai 4. Mendengar ocehan Vio baik Meila maupun Heni langsung tertawa kecil. Benar-benar lucu. " Terus kamu juga ikut-ikutan seperti mereka?." Heni berkata sambil memperhatikan penampilan perempuan berambut sebahu itu. Yang diperhatikan lantas tersenyum. " Siapa sih yang gak mau diperhatiin bos. Siapa tahu aja diajak makan siang bareng." Vio yang sudah selesai menghabiskan makanannya lalu memegang kedua pipinya yang gembil. " Terus Alan mau dikemanain?" Meila menyahut. Meila yang baru sehari bekerja bersama Dany benar-benar merasa heran dengan sikap rekan-rekan nya yang menurutnya aneh. " Kak Alan selalu dihati. No 1" Vio tertawa. " Eh udah hampir jam satu, kita ke Masjid dulu yuk." Meila yang memang religius itu mengajak Heni dan Vio melaksanakan shalat Dzuhur di Masjid yang memang berada di sebrang kantin lantai 12 itu. "Ayo." Mereka bertiga beranjak dari tempat duduknya menyudahi makan siangnya. Berjalan menuju masjid. Tiba di masjid Vio langsung heboh. " Lihat tuh bos Dany, aduh...udah ganteng sholeh lagi." Vio menunjuk ke arah Dany yang baru selasai sholat. " Udah ah Vio berisik, udah punya Alan juga masih ngiler lihat cogan." Heni mencubit Vio. Gadis itu ngefans berat sama Dany. " Ih si mbak Heni, normal kali." **** Pukul 17.00. " Heni..." Suara seorang laki-laki yang memanggil namanya menghentikan langkah Heni yang sedang berjalan keluar dari lobby. " Hai, pulang juga kirain lembur." Heni bertanya ke arah laki-laki yang kini sudah berada di sampingnya. Ternyata itu Dany. " Suka-suka aku dong. Lembur atau nggak. Kamu selalu usil aja." jawabnya. Sebenarnya berdekatan dengan Dany membuat Heni cape berdebat dan juga lelah mendengar curhatan tentang Fikri. Membosankan, seolah tidak ada hal lain yang lebih penting untuk dibicarakan, selalu saja ada hal yang dipermasalahkan. Tapi kali ini ia harus bertahan karena kebetulan butuh tumpangan. Kini mereka berjalan bersama menuju parkiran. " Kebetulan banget ketemu kamu Dan, aku nebeng ya, aku mau ikut pulang ke rumah kamu tadi Mami kamu nyuruh aku ke rumah." Seru Heni sambil menatap pemuda itu. " Emang gak bawa mobil?" Dany merasa heran dengan permintaan Heni. "Mobil aku lagi dibengkel Alan." jawabnya lagi. " Boleh, tapi enggak gratis lho. Harus bayar pakai pudding semangka yang waktu itu kamu bawa ke rumah." Jawab lelaki dengan tinggi 182 cm itu. " Dasar pamrih, oke besok aku bawain ke kantor." Sekretaris cantik itu langsung setuju. Sejak kecil Dany memang suka pudding, salah satunya adalah pudding semangka. Pria muda itu sangat hobby makan bahkan di akhir pekan kegiatannya adalah wisata kuliner bareng teman-temannya. Makanan apapun yang penting enak dan sehat ia suka. Makanya salah satu persyaratan perempuan yang jadi pacarnya atau calon istrinya nanti harus yang pandai memasak. Seperti ibunya Mami Ratih. Dia sendiri pun emang suka masak kalau waktu senggang. Tiba di parkiran Dany membukakan pintu untuk Heni. Setelah perempuan berstatus janda anak satu itu masuk ia lalu menutupnya kembali. Cukup romantis padahal Heni bukan siapa-siapa nya. Beberapa saat kemudian Dany pun langsung berada di belakang kemudi. Segera meninggalkan area parkiran kantornya. **** TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN