6. Kerja di Kantor Papi

1096 Kata
Hari pertama kerja Dany langsung merasa nyaman. Tentu saja karena semua staffnya sangat menghormati dirinya. Hal yang wajar karena dia anak big Boss. Sementara karyawan wanita yang langsung terpesona pada ketampanannya membuat Dany merasa lebih percaya diri. Seperti saat perkenalan di meeting tadi pagi. Namanya para fans memang selalu memberikan motivasi tersendiri. Hanya dua orang saja yang tetap tidak peduli dan menganggap remeh Dany siapa lagi kalau bukan Fikri sang assisten pribadi ayahnya dan Heni Aprilia sekretaris kesayangan ayahnya. Kehadiran Dany di perusahaan masih dipertanyakan kelayakannya. Apalagi langsung menjabat direktur pemasaran. Waktu telah menunjukkan pukul setengah 5 sore. Saatnya jam pulang kantor. Karena baru sedikit pekerjaan yang dikerjakan maka ia berencana pulang. " Mas Fikri, aku pulang ya" ia pamit pada Fikri sekretaris invaller. Pria berusia 35 tahun itu masih sibuk di ruangannya yang berada tepat di samping ruangan Dany. Ia masih menyelesaikan beberapa laporan dan berkas yang besok harus diserahkan kepada Dany. " Silahkan Boss..." Matanya masih melihat ke arah layar monitor. Terkesan tidak sopan terhadap Boss nya. Tapi mau bagaimana lagi sebagai permulaan Dany harus menerima perlakuan Fikri yang seperti itu. Okey, saat ini Fikri memang lebih senior dan berpengalaman dari dirinya. Walaupun jabatannya ada di bawah Dany. Dany memang membutuhkan pria itu sebagai tutornya. " Oke bye..." Dany tak ingin berlama-lama. " Bye, langsung pulang ya jangan keluyuran." akhirnya Fikri menoleh ke arah Dany yang sudah meninggalkannya. Fikri sialan.Tunggu tanggal mainnya. gua hajar Lo mampus. Jadi orang sok sok an banget. Dany mengumpat dalam hati. Ia lupa kalau sebenarnya ia tidak bisa mengalahkan Fikri yang secara dia itu guru karate pribadinya waktu SMA dulu. Ia berjalan menuju lift tapi bukan lantai bawah yang dituju. Ia hendak ke lantai 6 tempat ayahnya bekerja. Seperti pagi tadi semua orang yang berpapasan dengannya langsung melempar senyum padanya yang tentunya ia balas juga. Duuh...Hati wanita mana sih yang gak meleleh melihat senyuman manis seorang Dany. " Kamu belum pulang?" Dany menyapa Heni yang ia temui di dekat ruangannya. Heni baru saja dari toilet. " Bentar lagi jam 5." Jawabnya singkat. Ia lalu masuk ke ruangannya mengambil berkas sebelum menuju ruangan Pak Yusuf. Sementara Dany langsung menuju ruangan Papinya yang terletak di sebelah ruangan Heni. " Assalamualaikum" Dany mendadak religius mengucap salam tidak biasanya pemuda berusia 25 itu berlaku sopan. Sebelumnya ia selalu nyelonong masuk begitu saja tanpa permisi. Tentu saja ia mulai mengikuti kebiasaan para karyawan lain. Di Dalam terlihat pak Yusuf sedang menerima telepon. Begitu terlihat Dany masuk ruangannya tiba-tiba mematikan sambungan teleponnya. " Waalaikum salam" Pak Yusuf menjawab salam anaknya dengan wajah cerah. " Bagaimana hari ini?" Tanya Pak Yusuf tak sabar menunggu jawaban anaknya. Ia lalu mendekat ke arah putranya yang hendak duduk di Sofa. Pak Yusuf pun lalu mengambil posisi duduk di samping anaknya. " Lumayan Pi, tempatnya sih lumayan menyenangkan. Soal pekerjaan juga lumayan mengerti dan sepertinya bisa mengikuti terus tapi soal sekretaris itu yang lumayan ngeselin" Dany mulai mengadu. " Emangnya mas Fikri ngeselin gimana?" Tiba-tiba saja tanpa sepengetahuan mereka Heni sudah berada di dekat mereka. Tepatnya di belakang Sofa yang mereka duduki. Tanpa disuruh pun ia ikut duduk. " Kalau masuk ruangan tuh yang sopan dikit bisa ga?" Dany menatap Heni sekilas. Kehadiran wanita itu sedikit mengganggunya. " Maaf Bos, lupa. Sekarang kondisinya berbeda." Heni tersenyum sinis penuh sindiran. " Iya memangnya kenapa dengan Fikri?" Pak Yusuf penasaran. Mau curhat eh malah ada nih cewek. Batin Dany. Ia mulai tidak nyaman dengan kehadiran Heni yang seolah bukan masalah bagi ayahnya. Tapi biarlah wanita itu tahu keluh kesah dia tentang Fikri. Kalau pun sekretaris itu ngebocorin bagus juga setidaknya Fikri tahu kalau ia tak menyukainya. " Seperti yang tadi pagi aku bilang, mas Fikri itu orangnya seenaknya, bikin kesel, sok ngatur, meremehkan aku dan ga ada sopan santunnya" Dany mengatakan semuanya dengan penuh emosi. Ada kebencian dari nada bicaranya tentang sosok Fikri. Heni yang dari tadi menjadi pendengar setia menahan tawanya. Ternyata Dany anak nakal sosok yang sok ganteng dan sok manis itu dan juga sok jagoan bermasalah dengan Fikri. Sementara Pak Yusuf pun tak kuasa menahan senyumnya. " Dany anak Papi, wajarlah Fikri bertindak seperti itu dia itu yang akan mendidik kamu supaya jadi bos yang bener dan bertanggungjawab." Pak Yusuf terkesan membela Fikri " Tapi Pi, tindakannya berlebihan. Baru kerja sehari udah kaya gitu. Gimana kalau bawahan aku tahu. Dia seolah mempermalukan aku" Dany tak terima dengan perlakuan Fikri. " Oke, ini baru hari pertama bukan? Anggap saja Fikri itu adalah Papi dengan wujud yang berbeda. Semua keinginannya tolong patuhi. Dia profesional dan tahu apa yang harus dia lakukan" CEO itu malah terus memihak assisten pribadinya. " Tuh, dengerin kata-kata Papi kamu. Anggap aja kamu lagi training. Kalau lulus berarti kamu emang pantas jadi direktur. Kalau enggak bisa melewatinya dan gagal menghadapi mas Fikri artinya jabatan kamu harus dipertimbangkan?" Heni ikut bicara. Tentu saja kata-katanya itu dianggap pedas oleh Dany. Sebuah ancaman dan berani-beraninya wanita itu berkata demikian. " Heni..., Kalau ngomong dipikir dulu. Bikin telinga panas aja. Kamu emang sebelas dua belas sama mas Fikri." Dany tampak emosi. Mendengar ucapan Dany baik Pak Yusuf maupun Heni cuma nyengir saja. Mereka tahu Dany sedang marah. Walaupun marah dan kesal tapi tetap terlihat ganteng. " Ya udah mending kamu pulang dan istirahat. Papi masih ada kerjaan" Pak Yusuf lalu memandang ke arah Heni yang dari tadi bermaksud menyerah kan berkas yang harus ditandatangani oleh bosnya itu. Mendengar ayahnya seolah mengusir, Dany lalu menatap Heni sekilas kemudian ia berdiri dan meninggalkan mereka berdua. Sebenarnya ada perasaan curiga. " Assalamualaikum" " Waalaikum salam" **** Setelah kepergian Dany, Heni dan Pak Yusuf terlibat obrolan ringan. Tentu saja tentang Dany. " Dany emang gampang emosian. Mudah-mudahan dia betah kerja di sini. Jangan gara-gara kesal sama Fikri jadi ga mau kerja lagi." Ucap Pak Yusuf penuh harap. " Kayanya bakalan balik lagi. Tante Ratih bilang Dany udah minta gaji duluan." Heni tahu masalah itu tadi dari Fikri. " Tuh anak memang ada-ada saja. Om udah blokir semua fasilitas keuangannya." Seru Pak Yusuf. Pria itu bukan hanya mengancam melainkan benar-benar bertindak. " Serius Om? Pantesan dia mau kerja." Heni tersenyum membayangkan Dany yang pasti kelabakan. " Tolong awasi Dany ya Hen, Om lihat karyawan wanita pada menggoda dia. Takutnya si Dany manfaatin mereka. Tahu sendiri kan pergaulan jaman sekarang tuh rawan." Pak Yusuf menatap sekretaris cantiknya penuh harap. "Tenang saja Om. Soal itu kan ada mas Fikri juga yang bakal menjaga ketat Dany. Heni yakin Dany ga akan macam-macam. Tahu sendiri kan mas Fikri galaknya kaya gimana." Ucap Heni membuat Pak Yusuf bernafas lega. Pria itu sangat berharap akan perubahan putranya yang bengal itu. *** TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN