“Siapa yang kamu sebut Mas? Kenapa sampai senyum-senyum salting kaya gitu?” Aku tergagap. Mas Dipta masih di posisinya. Matanya juga masih menatapku tajam. “Mas ... Mas ... oh, Masrifah, Mas. Iya. Masrifah. Dia temenku.” “Sejak kapan teman cewek bisa bikin salting? Lesbi, emang?” “Ngarang! Yang bener kalau ngomong!” aku mendorong Mas Dipta, lalu celingukan. Ternyata kami sudah tiba di depan rumah. Aku sampai tidak sadar karena tadi tak memperhatikan jalan. “A-aku keluar dulu, Mas!” Aku segera keluar mobil, lalu buru-buru masuk gerbang. Kutinggalkan Mas Dipta yang masih penasaran. Akut tidak mau menjawab jujur pertanyaannya, atau urusan akan menjadi panjang. “Mama! Aku pulang!” teriakku begitu masuk rumah dan menutup pintu. “Ma?” Tidak ada jawaban. Aku bergegas menuju ruang tengah da