Lisa yang memakai piyama bergambar gajah mulai mengetok sebuah rumah yang tepat berada didepan rumah target operasi.
"Halo sepadaaaaa, permisiii" ucap Lisa sambil terus mengetuk pintu itu.
Seorang wanita gendut keluar dari rumah bercat putih disamping rumah itu.
"Ada apa yes ?" Tanya wanita itu, ia melihat Lisa dari atas kebawah.
"Begini buk saya itu mau cari kontrakan, lha ini kan ada tulisan dikontrakan. Rencananya saya mau ngontrak disini" ucap Lisa lugu.
"Oh boleh- boleh, tapi ya agak mahal ya mbak. Soalnya ini kan deket tikungan" mata ibu itu terlihat senang dengan Lisa.
"Loh apa hubungannya bu ?" Tanya Lisa bingung.
"Oh ya ada mbak, kalau mau apa- apa tetangga yang lain gak bakal lihat soale jauh. Jadi gak julid" ucap ibu itu lagi.
"Oh bagus itu justru itu yang saya cari bu, Bisa ditempati kapan ?" Tanya Lisa lagi.
"Tak benerin gentingnya dulu mbak soalnya ada yang bocor, lusa bisa ditempati" ucap ibu itu.
"Saya bayar lebih deh nanti di benerin besok biar bisa langsung saya tempati" Lisa tau bahwa ibu gendut itu doyan uang.
"Waduh mbak boleh deh, eh ayo masuk dulu sini- sini"
"Iya, permisi buk"
Ibu itu mempersilahkan Lisa untuk masuk.
"Oh iya nama saya Ndari, nama kamu siapa ?" Tanya Ndari sambil berteriak pada seseorang.
"Pin bikinin teh anget satu"
"Hmmmm" jawab suara anaknya dari dalam ruangan.
"Oh saya Lisa" ucap Lisa sambil melihat sekeliling.
Anak Ndari bernama Pipin datang membawakan segelas teh hangat, kemudian masuk kembali ke dalam kamar.
Ndari hanya menghela napas melihat anaknya itu.
"Jadi itu perbulan 900, Listriknya isi sendiri ya, airnya gratis" ucap Ndari.
"Saya mau bayar setahun aja bu, kalo cocok besok nambah lagi " Lisa mengeluarkan segepok uang.
"Nih buk 900 x 12 = 10.800"
"tak lebihin 1000.000 tapi besok saya bisa pindah ya"
Ndari bengong melihat uang itu "oke mbak nanti tak telfon tukang dulu. Catet aja nomernya besok tak hubungi" ucapnya senang.
Lisa mencatat nomer telfonnya.
"Yaudah buk saya pamit" ucap Lisa meminum teh itu lalu segera berdiri.
"Nggih nggih" Ndari kelihatan sangat senang menerima banyak uang hari ini.
.
.
.
Esoknya Lisa segera ke rumah itu setelah Ndari menelfonya semalam.
Memang the power of money.
"Loh ini siapa mbak Lisa kok ganteng- ganteng ?" Tanya Ndari menunjuk Wisnu dan Raka.
"Oh iya saya lupa bilang, ini adik- adik saya" ucap Lisa sambil memperlihkan KK palsunya.
Di KKitu tertulis bahwa Raka, Wisnu, Leon adalah adik kandungnya.
"Halo bude saya Raka" Raka memperkenalkan dirinya pada Ndari.
"Kok bude to, panggil mbak aja saya masih muda gini kok, masih cantik pula" ucap Ndari dengan genit.
"Oh baik mbak" ucap Raka sambil cengengesan.
"Kalo yang ini siapa ?" Tanya Ndari sambil menunjuk Wisnu.
"Saya Wisnu" ucap Wisnu dengan cuek.
"Wah mas Wisnu dingin ya. Kaya es" ucap Ndari lagi bercanda.
Wisnu hanya tersenyum kecil.
"Iya biar gak perlu beli kulkas buk" ucap Raka bercanda.
"Idih bisa aja nih masnya" Ndari kemudian menyuruh mereka untuk masuk kerumahnya.
"Maaf ya mas rumah saya berantakan hehe" ucap Ndari malu.
"Pin bikinin teh 3" Ndari berteriak dari ruang tamu, menyuruh anaknya untuk membuat teh.
"Gak usah repot- repot buk" ucap Lisa pada Ndari.
"Duh gak repot, malah seneng sekarang rame rumah saya" Ndari menengok lagi ke arah belakang.
Terdengar bunyi dentingan sendok dan gelas, anaknya pasti sedang membuatkan teh seperti perintahnya.
"Bentar ya tehnya baru dibikinin anak saya" Ndari mencoba mengajak ngobrol tamunya.
Lisa, Wisnu dan Raka hanya manggut- manggut saja.
Setelah itu Pipin datang membawakan minumannya.
Pipin memakai masker, bawah matanya terlihat menghitam.
Ia memakai baju bergambar naruto, ternyata anak itu seorang wibu ?
"Wah kamu suka naruto ? Saya juga suka banget nonton naruto bahkan saya lagi nonton buroto ini haha" Raka terlihat sok akrab dengan pipin.
Sedangkan yang diajak ngobrol hanya menaruh teh diatas meja lalu melirik Raka sebentar.
Lalu dengan cuek segera pergi masuk kedalam kamarnya lagi.
"Maaf ya anak saya emang begitu"
"Dulu dia itu ceria banget anaknya, tapi setelah dia dipecat dari kerjaannya jadi pendiem, ngurung diri terus di kamar"
Ndari kelihatan sangat sedih melihat anaknya menjadi seperti itu.
"Tapi dia tetep manut lho, kalo saya butuh bantuan dia itu pasti langsung berangkat" ucap Ndari dengan cerita.
"Ya bagus itu bu, semoga lekas membaik ya buk anaknya" ucap Lisa basa- basi.
Dari arah luar terdengar suara mobil berhenti.
Raka, Lisa dan Wisnu pamit keluar karena itu pasti mobil yang mengangkut barang mereka.
Orang- orang yang dibayar untuk menangkut barang segera memasukan barang dan menata barang milik mereka.
Pekerjaan melelahkan itu memakan waktu hingga sore hari.
.
.
.
Setelah malam tiba Lisa, Wisnu dan Raka berkumpul di kamar atas untuk berdiskusi.
"Kak kita jual sayur mateng aja gak sih ? Kelihatannya disini gak ada yang jual" ucap Raka memberikan ide.
"Emang kamu bisa masak ?" tanya Wisnu.
"Kaga" jawab Raka.
"Gue juga gak bisa, kalo lu ? Bisa Nu ?" Tanya Lisa pada Wisnu.
"Bisa kok, lumayan loh kata orang- orang yang udah nyobain masakan aku" ucap Wisnu sedikit sombong.
"Oh yaudah gue telfon Leon dulu buat nyiapin semua barangnya, kita besok langsung aja nyoba".
"Kita gak punya banyak waktu, semakin cepat kita banyak petunjuk semakin besar potensi buat nangkap Ridwan" ucap Lisa berapi- api.
"It's oke, cep Wisnu siap memasak" ucap Wisnu lagi.
"Tapi btw kok rumah depan sepi banget ya ?" Tanya Raka.
"Kakak yakin dia ada disana ?" Wisnu juga ikut bertanya, ia sedikit ragu karena rumah itu seperti rumah kosong.
"Terakhir info titik sinyal nomer telefon Ridwan sih disini tepatnya dirumah itu" jawab Lisa.
"Inget sepi bukan berarti tidak ada, justru itu yang dia mau ga ada orang yang tau dia ada disitu" ucap Lisa sambil mengintip rumah itu lewat jendela.
Raka dan Wisnu mengangguk.
Tiba- tiba terdengar suara pintu diketok dengan kencang.
Terdengar suara Ndari dari bawah sana.
"Mbak mas haloooow"
Raka, Lisa dan Wisnu segera turun untuk memeriksa, mereka sedikit mengintip suasana didepan.
Raka membuka pintu itu.
"Ada apa mbak ?" Tanya Raka ramah.
"Ini saya bikin pisang goreng masih anget dimakan ya" ucap Ndari dengan senang.
"Oh ya makasih mbak, enak nih pasti" ucap Raka lagi.
"Loh yang lain kemana ?" Tanya Ndari.
"Oh itu lagi ngerjain tugas kuliah diatas, kalo kak Lisa baru boker" ucap Raka bohong.
"Oh gitu ya ? Yaudah deh tak pulang sek ya" ucap Ndari sambil berjalan kembali kerumahnya.
Raka menutup pintu itu, sedangkan Lisa dan Wisnu yang bersembunyi di balik pintu merasa lega.
Mereka mencomot pisang goreng buatan Ndari.
Namun yang tak mereka tahu ada sepasang mata sedang mengintai mereka dari depan rumah yang terlihat kosong itu.
"Halo ? Bisa selidiki orang- orang baru didepan rumah gue gak ?"
"Oke gue tunggu"
Disana didalam kegelapan Ridwan sedang menghisap rokoknya.
Dia sedang melihat tayangan sinetron ikatan love di televisi.
Pikirannya sedikit terganggu karena ada orang- orang yang pindah pas didepan rumahnya.