97. Rumor Yang Benar

1052 Kata
“Gue mau minta nebeng, boleh?” Azalia menatap dengan wajah tersenyum manis sembari mengerjapkan mata beberapa kali membuat Reyhan yang melihat gadis itu langsung mengernyit tidak percaya. Ekspresi Azalia benar-benar dibuat dengan semanis mungkin sampai Zafran tidak mampu berkata-kata. Mungkin kalau Evelina yang melakukan hal tersebut, lelaki itu akan merasa gemas. “Gue mau pergi,” tolak Zafran halus, berharap bahwa gadis di hadapannya merasa tahu diri akan dirinya hendak pergi bersama Evelina. Azalia menatap dengan berpura-pura terkejut. “Ke mana, Zaf? Lo udah ada janji, ya?” Sejenak Zafran menoleh ke arah Reyhan yang mengendikkan bahunya acuh tak acuh. Seakan Reyhan menyerahkan semua jawaban kepada Zafran, karena memang hanya lelaki itu yang bisa menolak ataupun menerima permintaan Azalia. “Zaf, gue enggak dijemput. Lo tahu sendiri kalau orang tua gue sama supir pribadi lagi pulang kampu. Gue aja ke sini naik taksi, tapi sekarang nyari taksi sepertinya susah. Karena udah masuk istirahat kerja juga,” celoteh Azalia mencoba memelas dengan menipiskan bibirnya sembari berekspresi cukup sedih. “Gue udah ada janji. Seriusan,” tolak Zafran menggeleng mantap dan berusaha meyakinkan gadis di hadapannya agar mencoba untuk menyerah saja. Dibandingkan harus merendahkan diri sendiri seperti Azalia. Namun, jauh dari lubuk hatinya Zafran memang sudah berjanji untuk menjaga Azalia selama orang tuanya berada di luar negeri. Membuat lelaki itu merasa bersalah kalau harus meninggalkan Azalia sendirian, terlebih gadis itu belum mengetahui seluruh rute perjalanan secara keseluruhan. Di saat lelaki itu bergelut dengan pikirannya sendiri, datanglah seorang lelaki seorang diri hendak menaiki motornya. Jordan memang baru menyelesaikan beberapa bimbingan dari guru untuk kembali mewakili sekolah. Setelah Pak Handiarto mencabut hukumannya. Memang sejak SMP Catur Wulan melakukan pentas seni untuk acara cukup besar, banyak sekali guru-guru besar hadir di sana. Akan tetapi, untuk hari ini saja karena penutupan besok hanya diisi dengan banyak penampilan bakat dari para siswa dan siswi. “Jo, lo balik atau langsung ke SMP?” tanya Zafran ke arah sahabatnya yang terlihat sedang mengambil helm di jok penumpang belakang. Mengaitkan tali helm di sana agar tidak terjatuh ataupun tertukar dengan milik murid lainnya, seperti ketika lelaki itu baru saja masuk sekolah. Untung masih ada seseorang yang baik mengembalikan kepada dirinya. “Balik. Ada banyak tugas dari Pak Han,” jawab Jordan mengembuskan napasnya panjang, lalu melirik dengan alis terangkat ketika mendapati Azalia berada tepat di hadapan Zafran. Gadis itu terlihat jelas sedang meminta dengan wajah mengenaskan sampai Jordan merasa cringe. Zafran mengembuskan napasnya kecewa. Padahal awalnya ia berharapan agar lelaki itu mau membantu dirinya. Terlebih sekarang dalam posisi yang serba salah. “Kenapa?” tanya Jordan melanjutkan perkataannya. “Gue mau minta tolong sama lo,” jawab Zafran cepat, lalu menatap ke arah pintu gerbang yang ditutup oleh sebuah ruangan kosong selama ini menjadi gudang penyimpanan barang-barang baru. Sebab, SMA Catur Wulan masih dalam pengembangan. Jordan mengangguk singkat. “Iya, gue tahu. Lo mau minta bantuin gue ngantar siapa?” “Eve. Dia mau ke SMP, tapi naik bus. Jadi, gue minta lo buat nganter dia sama Yeoso.” Jordan mengangguk singkat, lalu menoleh ke arah Reyhan yang sejak tadi terlihat menunggu seseorang. “Ayo, Rey! Gue juga ada perlu ke sana.” Merasa situasi cukup terkenali, Reyhan pun mengangguk singkat. Walaupun tatapan lelaki itu menyiratkan sesuatu, terlebih tatapannya dengan Zafran yang merasa sesuatu hal akan terjadi. Namun, Reyhan memilih untuk tidak mengatakan apa pun, selain mengiakan perkataan sahabatnya yang terdengar masuk akal. Mereka juga memilih untuk diam daripada menjadikan masalah akibat permintaan dari Azalia. Tanpa menunggu lama, Jordan dan Reyhan pun meninggalkan parkiran lebih dulu, mereka berdua hendak beralasan dengan kedua gadis yang kini sedang menunggu di depan. Tentu saja untuk menjaga perasaa Evelina yang baru saja memaafkan Zafran. Setelah beberapa hari mereka berdua saling perang dingin satu sama lain. Kedatangan Jordan dan Reyhan yang berhenti tepat di depan gerbang membuat kedua gadis itu kompak mengernyitkan bingung, kemudian kembali menoleh ke belakang mencari seseorang yang kurang. “Di mana Zafran? Katanya dia mau ambil motor. Kok malah kalian berdua yang datang?” tanya Evelina mengernyit bingung. “Zafran lagi ada urusan, nanti dia nyusul.” Reyhan mewakili pertanyaan dari gadis yang sedang memikirkan tentang sahabatnya. Evelina mengernyit penasaran, lalu kembali menatap ke arah dalam gerbang yang memperlihatkan semakin banyak murid SMA Catur Wulan. Membuat Jordan langsung memfokuskan diri pada Evelina, agar tidak merasa sakit hati dengan pilihan Zafran. “Ve, ayo!” ajak Jordan singkat. Dengan rasa berat hati, Evelina menghampiri Jordan yang terlihat menyerahkan sebuah helm kecil untuk dirinya. Membuat gadis itu langsung menerima helm tersebut dan mengenakannya dengan mudah. Sebab, kepala yang ia miliki tidak terlalu besar sehingga cocok. Tak lama kemudian, mereka bertempat pun langsung bergergas pergi meninggalkan SMA Catur Wulan. Tidak ada yang menoleh sama sekali sehingga tidak menyadari kedatangan Zafran bersama Azalia saling berboncengan. Mereka berdua pun menarik perhatian banyak murid SMA Catur Wulan yang menatap penasaran. Tentu saja perhatian itu tidak lepas dari beberapa siswi yang berada di halte. Kebanyakan dari mereka mengenal Evelina sampai salah satunya menunjuk dengan kening berkerut, lalu menatap satu sama lain yang menyiratkan rasa ingin tahu tinggi. “Itu bukannya Kak Zafran, ya? Kok malah pergi sama siswi lain? Bukannya tadi nawarin Kak Eve bareng?” celetuk Chisa menatap dua teman lainnya yang mengangguk pelan. “Benar juga,” balas Saerom mengernyit penasaran. “Apa ... rumor itu benar kalau Kak Zafran sama Kak Azalia dekat?” tanya Mikeila menatap satu per satu dari kedua teman pulangnya. Namun, mereka bertiga kompak menggeleng satu sama lain. Kemudian, kembali memfokuskan diri untuk menatap ke arah jalan raya di depannya yang memperlihatkan kedatangan bus umum pengangkut beberapa murid SMA Catur Wulan. Sejenak Chisa, Saerom, dan Mikeila melenggang masuk. Ketiganya kompak menempelkan sebuah kartu akses masuk untuk membayar sekaligus menunjukkan keanggotaan. Demi mencegah terjadi tingkat kejahatan di dalam angkutan umum, yang sering kali meresahkan banyak masyarakat. Rencana Azalia benar-benar berjalan dengan lancar. Nyatanya kini Zafran menuruti permintaannya dibandingkan untuk mengantarkan Evelina. Padahal mereka berdua sudah bersahabat sejak lama, membuat Azalia merasa bangga terhadap dirinya sendiri. Bisa melakukan hal mustahil untuk banyak siswi menggagalkan seluruh perjanjian Zafran pertama kalinya. Akan tetapi, tanpa Azalia sadari ternyata dirinya sudah menjadi objek kebencian banyak orang. Entah kenapa gadis itu benar-benar merasa bangga, meskipun tidak dapat dipungkiri banyak yang mengira bahwa Azalia sok berkuasa akibat keberanian sekaligus sikap pengecutkan ketika bertengkar dengan Daneen beberapa hari yang lalu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN