Beberapa menit berkendara menggunakan motor besar, akhirnya Zafran pun sampai di sebuah rumah bergaya minimalis dan terlihat cukup mewah. Di dalam terlihat sangat sepi dengan penghuni rumah yang kemungkinan besar sedang tidak berada di dalam.
“Makasih, ya. Lo udah jauh-jauh ngantar gue ke sini,” ucap Azalia tersenyum manis sembari bergoyang-goyang khas anak kecil memperhatikan seorang lelaki tampan di hadapannya sedang melepaskan helm. “Mau masuk dulu?”
Zafran menoleh ke arah dalam rumah yang terlihat sepi membuat lelaki itu berpikiran bahwa tidak perlu berpamitan. Sebab, dirinya memang hanya berniat untuk mengantarkan Azalia.
“Enggak, gue mau langsung ke SMP,” tolak Zafran menggeleng pelan.
“Memangnya lo di SMP mau ngapain, Zaf?” tanya Azalia terdengar penuh minat.
Sedangkan pertanyaan tersebut pun sukses membuat Zafran yang awalnya sibuk dengan diri sendiri langsung menoleh dengan kedua alis tebal bertaut penasaran.
“Gue bukan mau ikut, cuma penasaran aja. Lagi pula di sana lo pasti ada banyak kegiatan,” lanjut Azalia dengan cepat menjelaskan maksud dari pertanyaannya ketika menyadari perubahan ekspresi lelaki tersebut.
Memang tidak dapat dipungkiri apa yang dikatakan Azalia memang benar. Kedatangan Zafran ke sana sudah jelas memiliki maksud dan tujuan tertentu. Hanya saja lelaki itu tidak mengatakannya secara gamblang kepada Azalia yang hampir menyebabkan kesalahpahaman panjang. Antara dirinya dan Evelina.
Sejak saat itu, Zafran memang sedikit lebih menjaga jarak dengan Azalia. Walaupun dirinya masih bersikap baik agar gadis itu tidak merasa dijauhi akibat perkataan Yeoso.
Kalau memang benar, Azalia jelas tidak akan tinggal diam. Terlebih beberapa rumor yang terdengar hingga telinga Zafran bahwa Azalia hanya berpura-pura bersikap lemah untuk mendapatkan perhatian dirinya.
“Gue jadi panitia acara pensi sekaligus penyambut tamu undangan. Kemungkinan besar apa yang lo bilang tadi emang benar. Gue bakalan sibuk di sana sampai enggak ada waktu buat ngurus lo kalau ikut. Jadi, lebih baik lo tetap fokus pulihin diri dan jangan pergi ke mana pun,” tutur Zafran panjang lebar yang terdengar cukup tegas sampai gadis di hadapan lelaki itu mengangguk beberapa kali.
Setelah itu, Zafran langsung bergegas menuju SMP Catur Wulan untuk segera menyusul kedua sahabatnya sekaligus Evelina yang kemungkinan sudah berada di sana.
Kepergian Zafran yang terlihat terburu-buru itu pun membuat Azalia tersenyum kecut dan mulai membuka pintu gerbang rumahnya untuk segera mengistirahatkan kepala yang mendadak panas akibat kekesalannya terhadap Zafran.
Sementara itu, kecepatan Zafran berada di atas rata-rata pun menjadikan lelaki itu sampai lebih cepat dibandingkan biasanya. Membuat lelaki tampan dengan gelar yang cukup bergengsi bersama background kelas bisa dikatakan cukup buruk. Namun, mampu membawa Zafran menuju kepemimpinan yang cukup hebat.
Langkah kaki seorang lelaki tampan dengan jaket kulit berwarna hitam membaluti kemeja sekolahnya tampak melenggang santai memasuki auditorium yang terlihat banyak sekali pengunjung dari beberapa sekolah. Kemungkinan besar mereka datang atas undangan dari para murid yang sekolah di SMP Catur Wulan.
Sebab, kebanyakan mereka tidak bisa masuk akibat adanya tiket yang dikhususkan untuk jadwal pentas seni. Terdapat banyak sekali siswi yang mulai bersiap memasuki panggung untuk menampilkan beberapa bakat mereka menghibur para tamu undangan.
Pandangan Zafran terhenti pada back stage yang memperlihatkan seorang gadis tengah berbincang dengan beberapa panita. Evelina tampak sangat cantik di sana membuat senyum Zafran tanpa sadar tercetak jelas.
Namun, saat hendak mendekati gadis itu tiba-tiba kedua tangannya diseret oleh sesuatu yang membawa Zafran mundur. Tentu saja lelaki itu sedikit terhuyun ketika kedua tangannya diseret paksa membuat Zafran langsung menatap kesal ke arah sang pelaku.
“Apa ada, sih? Kalian berdua aneh, gue mau nyamperin Eve malah diseret ke sini. Tuh ‘kan dia jadi hilang,” protes Zafran mengernyitkan keningnya kesal.
Reyhan yang menjadi pencetus dari penyeretan sahabatnya sendiri itu tampak biasa saja, lalu membalas, “Seharusnya gue yang ngomong lo aneh, Zaf! Bilangnya mau nganterin Eve malah tiba-tiba ganti orang begitu aja. Memang lo siapanya Azalia, sih? Sampai mau disuruh-suruh nganterin dia.”
Mendengar perkataan tersebut, Zafran sukses mengembuskan napasnya panjang. Kemudian, mengangguk beberapa kali mengiakan perkataan sahabatnya yang memang apa adanya.
“Iya, gue tahu apa yang gue lakuin itu salah. Tapi, setidaknya ada kalian berdua yang bawa Eve ke sana dan gue sama sekali enggak mengingkari janji, ‘kan?” Zafran merasa apa yang ia lakukan telah benar, karena ketika dirinya tidak bisa ada Jordan yang menggantikan.
Sedangkan Jordan yang merasa disangkut pautkan itu pun mengembuskan napasnya panjang. Apa yang dikatakan oleh Zafran memang benar, tetapi lelaki itu jelas bisa mengetahui konsekuensi ketika Evelina mengetahui hal ini.
Kemungkinan gadis itu bukan hanya tidak memaafkan Zafran lagi, melainkan akan sangat marah sampai melebihi kemarahan kemarin akibat salah paham. Karena pada kenyataannya Zafran masih memperhatikan Azalia sampai tidak menyadari perbuatannya itu telah menyakiti hati Evelina.
“Yang lo bilang benar, Zaf. Tapi, konsekuensi Eve tahu masalah ini bakalan lo tanggung sendirian. Karena ini kesalahan lo yang enggak bisa tegas sama satu orang. Lain kali, saran gue cuma satu. Lo harus tegas sama apa yang lo pilih nanti. Jangan sampai menyakiti keduanya,” pungkas Jordan menatap serius dengan perkataan yang terdengat menyiratkan sesuatu.
Sampai Reyhan yang mendengarnya pun ikut mengernyit bingung, sebab lelaki itu memang hampir tidak mengetahui perkataan Jordan. Sampai ingatan mengarah pada sebuah kejadian Evelina yang begitu mengkhawatirkan lelaki itu. Membuat ia menjadi mengerti bahwa persahabatan keduanya mulai dinodai oleh kata cinta yang kemungkinan menyakiti satu sama lain.
“Ya udah, kita balik lagi ke ruangan! Masih banyak yang harus lo lakuin di sini, Zaf. Jangan ketemu Eve dulu kalau lo belum siap,” ajak Reyhan merangkul sahabatnya melenggang pergi berlainan arah dari back stage yang menjadi tujuan dari kedatangan Zafran.
Sementara itu, Jordan yang mengikuti di belakangnya tampak menggeleng tidak percaya. Terkadang Reyhan memang sedikit menyebalkan dibanding biasanya. Lelaki itu benar-benar hampir membuat semua orang merasa frustasi.
Seperti yang kini sedang dirasakan oleh Zafran akibat tindakannya sendiri. Entah sampai kapan Azalia melakukan hal tersebut, Jordan hanya bisa mengamati dari kejauhan. Akan tetapi, lelaki itu mulai berpikir bahwa Azalia memiliki tujuan tertentu dalam mendekati Zafran.
Entah apa pun itu, Jordan sebisa mungkin menjauhkannya dari Azalia. Meskipun untuk sekarang dirinya tetap mencari kebenaran dan tetap mengamati dari kejauhan setiap gerak-gerik dari Azalia.
Tanpa ketiga lelaki itu sadari ternyata semua perbincangan mereka sudah didenger oleh Yeoso yang tanpa sengaja ingin menghampiri kekasihnya. Akan tetapi, ia malah mendengar sesuatu yang sangat mengejutkan. Sampai tanpa sadar tatapannya berubah ke arah Evelina yang kemungkinan kembali dibohongi.
0o0
“Gue sama sekali enggak nyangka kegiatan hari ini selesai dengan cepat. Besok tinggal ngisi beberapa pentas dan selesai!”
Suara penuh riang dari Evelina memecahkan keheningan kafe yang kini diisi oleh beberapa pengunjung berseragam sekolah dan kantoran kebanyakan dari mereka terlihat berkumpul untuk melepas penat sembari berbincang-bincang.
Kafe yang cocok untuk nongkrong memang terletak tidak jauh dari SMP Catur Wulan, sehingga keempatnya memilih berjalan kaki dibandingkan mengendarai motor besar. Kemungkinan mereka akan sedikit kesulitan, sebab lahan parkir yang ada di kafe tersebut tidak terlalu besar.
“Gue juga enggak nyangka bisa jadi begini. Padahal pentas selama 2 hari seharusnya capek, tapi ini benar-benar biasa aja. Kemungkinan besok kali, ya. Kita bakalan seru-seruan bareng,” timpal Yeoso mengangguk beberapa kali sembari menikmati minuman pesanannya yang tinggal setengah.
Reyhan merangkul bahu kekasihnya dengan gemas, lalu menyuapi desert kue yang sempat dipesan tadi. Sepasang kekasih itu membuat Evelina dan Jordan kompak merasa jengah.
Sampai tiba-tiba Evelina mengingat seseorang, lalu berkata, “Di mana Zafran? Tadi katanya dia ada urusan. Apa belum ke sini, ya?”
Pertanyaan itu pun sukses membuat Jordan dan Reyhan menatapa satu sama lain. Kemudian, Yeoso yang mengetahui keberadaan mereka berdua pun langsung mengembuskan napasnya panjang. Memang tidak ada yang bisa mereka lakukan, selain mendukung Evelina apa pun yang terjadi.
“Tadi sih udah datang,” jawab Reyhan meringis pelan, lalu menyenggol lengan Jordan seakan mengkode lelaki itu untuk mendukung dirinya.
Sontak hal tersebut membuat kening Evelina berkerut bingung dan menoleh ke arah Jordan yang terlihat sedikit kesal. Kemudian, menggeser tubuhnya menjauhi Reyhan.
“Kalian berdua kenapa?” tanya Evelina bingung, sebab ini pertama kalinya Jordan dan Reyhan mengkode satu sama lain. Seakan ada sesuatu yang berusaha mereka sembunyikan.
“Ah, enggak, Ve. Tadi Jordan sempat minta gue buat pesan makanan,” jawab Reyhan ngasal membuat Yeoso mengembuskan napasnya panjang, lalu melepaskan rangkulan sang kekasih.
“Bohong, Ve. Mereka berdua menyembunyikan sesuatu!” sela Yeoso mengejutkan Jordan dan Reyhan yang kompak menatap dengan mata melebar terkejut.
Kemudian, gadis itu kembali melanjutkan perkataannya. “Tadi sebelum ke sini mereka sempat bawa Zafran keluar dari auditorium. Entah ke mana tujuannya, yang jelas mereka berdua sekarang lagi nyembunyiin sesuatu sama lo.”
“Benar itu? Kalian berdua nyembunyiin sesuatu sama gue?” tanya Evelina menatap kedua lelaki di hadapannya dengan kening berkerut bingung.
Sejenak tidak ada yang menjawab, Jordan dan Reyhan hanya terdiam satu sama lain. Mereka memang belum siap kalau harus mengatakan semuanya pada Evelina, terlebih gadis itu sangat mempercayai Zafran.
“Enggak, Ve. Gue sama Jo enggak nyembunyiin apa-apa,” jawab Reyhan menggeleng pelan.
Entah sampai kapan mereka berdua menyembunyikan masalah Zafran di hadapan Evelina. Memang untuk kebaikan gadis itu, tetapi Yeoso merasa kalau kedua lelaki itu terus menyembunyikannya, maka akan ada kekecewaan yang lebih besar.
Melihat sang kekasih yang tetap teguh pendirian menyembunyikan hal tersebut di hadapan Evelina, akhirnya Yeoso pun menegakkan tubuh. Kemudian, menoleh ke arah Reyhan yang menjadi lebih kikuk.
“Rey, antar gue pesan makanan lagi yuk! Lapar banget belum makan,” pinta Yeoso tersenyum paksa ke arah kekasihnya yang kebingungan.
Namun, tak urung lelaki itu bangkit menuruti perkataan Yeoso agar kekasihnya tidak marah. Terlebih Reyhan merasa sesuatu terjadi pada kekasihnya. Membuat Jordan mengangguk samar, seakan mengkode pada sahabatnya.
Setelah itu, Reyhan dan Yeoso meninggalkan meja kafe yang terlihat cukup strategis. Keduanya tampak melangkahkan kedua kaki menuju kasir yang berada di depan kafe. Membuat Evelina yang awalnya sibuk memperhatikan sepasang kekasih itu pun mulai menatap kembali ke Jordan.
“Jo, tadi kok lo bisa ketemu sama Rey di parkiran?” tanya Evelina menyeruput minuman dinginnya sesaat.
“Iya. Tadi gue baru selesai dari bimbingan Pak Han,” jawab Jordan mengangguk singkat.
Evelina terlihat mengangguk beberapa kali, lalu berkata, “Gue kok ... ngerasa Zafran sekarang berubah, ya. Bukan maksud gue buat kecewa, tapi seperti ... ada sesuatu yang berusaha dia sembunyiin. Gue emang enggak marah kalau dia dekat sama siapa pun, lebih ke pengen tahu aja.”
Sejenak Jordan menatap gadis yang ada di hadapannya dengan ekspresi sulit dijelaskan. Entah kenapa ini kali pertama Evelina mengutarakan perasaannya sejak pertengkaran kemarin.
“Karena selama ini gue sama Zafran jelas banyak pertengkaran yang kemungkinan bisa lebih parah daripada sekarang. Tapi, perbedaan kejadian kemarin membuat gue sadar, kalau kita berdua udah mulai besar dan enggak semuanya bisa diselesaikan dengan cara baikan,” lanjut Evelina mengangguk pelan sembari tersenyum miris menyadari persahabatannya dengan Zafran sedikit berbeda dibandingkan ketika mereka berdua masih kecil.
Jordan memberikan roti bakar yang masih utuh di hadapan Evelina, lalu berkata, “Makan yang manis. Kalau mau nangis, nangis aja. Gue tahu perasaan lo.”
Evelina menggeleng pelan. “Gue enggak secengeng itu, Jo. Tapi jujur, gue kecewa banget sama Zafran yang sekarang. Ketakutan gue terhadap dia memiliki kekasih yang salah mungkin akan membuat persahabatan kita retak.”
“Memangnya Zafran punya pacar?” tanya Jordan mengerutkan keningnya bingung. Ia tidak menyangka lelaki itu memiliki seorang kekasih tanpa berbicara pada siapa pun.
“Terlihat dari sikapnya aja, Jo. Lo tahu sendiri kalau selama ini Zafran sering kali enggak datang ke kelas. Seperti tadi, mungkin istirahat tadi dia lagi sibuk ngurus OSIS. Tapi, kemudian hari bakalan jadi apa?” jawab Evelina tertawa miris. Seakan ia tengah mentertawakan dirinya sendiri yang begitu postif sampai mempercayai semua dikatakan Zafran. Walaupun sikap lelaki itu sudah jauh lebih berbeda, sejak kedatangan Azalia.
Jordan tidak mengatakan apa pun. Lelaki itu terdiam melihat betapa kacaunya ekspresi Evelina saat mengatakan seluruh keluh kesahnya terhadap sikap Zafran. Membuat Jordan merasa sedikit kasihan, terlebih ia tahu bagaimana persahabatan keduanya selama ini.
Sementara itu, di sisi lain Reyhan dan Yeoso terlihat saling berpandangan satu sama lain. Keduanya kini berada di luar kafe untuk membicarakan hal penting. Memang bukan menyangkut keduanya, melainkan sebuah kepercayaan yang akan dihancurkan dari sebuah penipuan.
“Gue mau nanya sesuatu sama lo, Rey,” ungkap Yeoso menatap serius membuat Reyhan langsung mengernyitkan keningnya bingung.
Namun, gadis itu langsung membawa sang kekasih menjauh dari kafe agar mereka berdua bisa leluasa berbincang. Terlebih waktu istirahat hampir selesai dan harus segera kembali ke SMP Catur Wulan untuk segera membantu para panitia menutup pentas agar segera kembali dilakukan besok.
Tentu saja penutupan pentas secara resmi memang besok. Sehingga beberapa dari mereka hanya merapikan tempat yang berantakan akibat banyak aktivitas dari beberapa pengunjung acara.