Untung saja Evelina dan Jordan tepat sampai di kelas sebelum kedatangan Pak Handiarto. Keduanya kompak mengembuskan napasnya lega ketika baru saja mendudukkan diri seorang lelaki paruh baya berwajah sangar datang membawa setumpuk buku dengan meletakkan di atas meja sedikit keras.
“Evelina, bagaimana dengan keadaan kamu?” tanya Pak Handiarto menatap ke arah seorang gadis yang terlihat membuka tas ranselnya untuk mengambil beberapa buku.
Pertanyaan Pak Handiarto sukses membuat Evelina menghentikan kegiatannya. Gadis itu spontan mengangkat wajah menatap seorang lelaki yang terlihat tenang memperhatikan dirinya.
“Sudah jauh lebih baik, Pak. Jadi, saya memutuskan untuk masuk ke kelas dibandingkan berada di UKS,” jawab Evelina bangkit dari tempat duduknya, lalu tersenyum tipis menandakan bahwa dirinya baik-baik saja.
“Baiklah, jangan sampai sakit. Karena masalah ini akan menjadi rumit kalau kamu sampai meninggalkan kelas.” Pak Handiarto mengangguk singkat, lalu memulai pelajaran yang dimiliki oleh kelas 11 IPA 2 dengan mata pelajaran FISIKA.
Sementara itu, lain halnya dengan Reyhan dan Zafran yang terlihat mendudukkan diri bersamaan kedua kakinya berada di atas meja. Kelas 11 IPS 2 sangat santai akibat salah satu guru yang biasa mengajar mendadak tidak masuk akibat urusan keluarga. Akhirnya, mau tidak mau kelas yang didominasi oleh sebagian murid pintar itu pun tampak sangat bebas.
Kebanyakan dari mereka sibuk menonton ataupun memojokkan diri untuk memainkan game online. Sebab, di kelas itu memiliki jaringan wifi sendiri sehingga tidak perlu mengandalkan jaringan sekolah yang terkadang terlalu banyak delay dan sedikit menyebalkan.
Reyhan terlihat asyik berbincang dengan Yeoso setelah apa yang mereka berdua lalui bersama cukup menyenangkan. Memang agak mengejutkan ketika gadis itu meminta Reyhan untuk datang menemaninya ke rumah sakit.
“Zaf, lo tahu enggak apa yang gue lakuin sama Yeoso kemarin?” celetuk Reyhan mematikan ponselnya tepat sang gebetan ternyata sedang melakukan kelasnya.
Zafran menggeleng pelan sembari menoleh ke arah sahabatnya yang ternyata sudah menyelesaikan perbincangan singkat tersebut.
“Kemarin itu, gue sama Yeoso ke rumah sakit. Awalnya gue bingung dong siapa yang sakit, tapi ternyata orang tua asuhnya. Jadi, selama ini dia diasuh sama salah satu asisten rumah tangga yang mirip seperti Eve. Cuma bedanya dia udah dari kecil,” lanjut Reyhan menceritakan seluruh pengalaman keterkejutannya kemarin.
Sejenak Zafran melebarkan matanya penuh minat, lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Reyhan. Lelaki itu terlihat penasaran, sebab hampir tidak pernah ada satu orang pun yang mengetahui keberadaan orang tua Yeoso. Walaupun banyak sekolah rumor yang mengatakan bahwa gadis itu dari pasangan selebriti negeri penghasil gingseng terbesar.
“Dia ngajak lo gitu aja?” tanya Zafran menaikkan alis kanannya tidak percaya.
“Enggak percaya, ‘kan? Sama, gue juga!” jawab Reyhan antusias. “Selama ini yang gue tahu, kalau Yeoso itu sebenarnya emang terlalu tertutup mengenai orang tua. Tapi, gue benar-benar enggak percaya kalau dia ternyata jujur orang tuanya ada di Korsel.”
“Gue jadi semakin yakin kalau orang tuanya dia itu selebriti. Karena kebanyakan orang Korsel itu terlalu tertutup mengenai keluarganya yang bukan selebriti. Bahkan mereka akan bertindak tegas pada siapa pun yang berani membocorkannya ke publik. Sekalinya bocor, maka tetap menjadi incaran banyak kamera. Enggak sedikit orang-orang yang jadi public figure itu menutup seluruh akses ke keluarganya,” papar Zafran selama ini mendengarkan seluruh penjelasan Evelina mengenai orang-orang yang menjadi kesukaannya.
Reyhan mengembuskan napasnya panjang. Tidak pernah terpikirkan sekalipun bagi lelaki itu untuk menyukai pasangan yang mungkin menarik banyak perhatian. Namun, ia juga tidak bisa menyalahkan dirinya sendiri yang sudah lama sekali menginginkan Yeoso sebagi kekasihnya.
Memikirkan banyak hal berat membuat Reyhan menyandarkan tubuhnya tanpa tenaga. Kepala milik lelaki itu bertumpu pada sandaran kusi yang ternyata cukup rendah sampai keduanya kakinya benar-benar berada di atas meja.
Kebanyakan murid kelas 11 IPS 2 bercengkrama layaknya sebuah pasar. Suara riuh penuh keramaian membuat suasana sedikit tidak kondusif. Hanya saja mereka memiliki kedap suara di kelasnya sehingga tidak sampai mengganggu kelas lain yang mungkin sedang belajar.
Di tengah pemikirannya pada Yeoso yang ternyata semakin sulit digapai, tiba-tiba suara dari teman kelas membuat Reyhan menegakkan tubuh dengan malas. Lelaki itu setengah tertidur akibat angin dingin dari kipas yang berada tepat di atasnya.
“Rey, ada yang nyariin lo!” teriak salah satu teman kelasnya yang berjaga di pintu.
Sudah menjadi tradisi bagi kelas 11 IPS 2 untuk secara bergiliran menjaga pintu dan langsung memberi tahu ketika salah satu guru mendekat. Kebetulan kelas mereka berada di paling ujung lantai sehingga tidak menyulitkan penjaga pintu untuk memberi tahu tujuan para guru.
“Ah! Apa lagi, sih!? Enggak tahu gue ngantuk?” seru Reyhan kesal akibat tidurnya diganggu oleh seseorang.
Kemudian, lelaki itu dengan malas melangkah keluar sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Menandakan Reyhan benar-benar marah karena sudah diganggu oleh seseorang.
Sedangkan Zafran tampak acuh tak acuh akan kemarahan sahabatnya dan kembali mendengarkan musik melalui earphone dengan mengabaikan banyak pandangan siswi yang mencuri-curi pandang ke arahnya.
“Siapa yang nyari gue? Ganggu aja,” gerutu Reyhan menghadap ke arah teman kelasnya yang berkacamata cukup tebal.
Lelaki culun itu pun menunjuk ke arah pintu yang terbuka sedikit mengkode pada Reyhan untuk keluar. Memang beberapa siswa menyarankan untuk Reyhan memberikan keamanan bagi kelasnya. Sehingga tidak sedikit mereka menyuruh pada The Handsome Guy agar berinteraksi pada perempuan tanpa terlihat jelas, karena akan membuat banyak keributan dan rasa iri berkepanjangan.
Dengan patuh, Reyhan pun menyembulkan kepalanya dari pintu kelas yang terbuka sedikit. Terlihat seorang gadis cantik menatap kehadiran Reyhan dengan mata indahnya membuat lelaki itu sukses mendadak gugup dan kembali menutup pintu kelas spontan.
Gebrakan tersebut nyatanya mengejutkan kelas 11 IPS 2 dan Yeoso yang berada di luar. Gadis itu terlihat mematung mendengar Reyhan menutup pintu kelasnya begitu saja. Sebelum akhirnya kembali terbuka dengan menampilkan wajah panik.
“Astaga, Yoeso, gue enggak bermaksud buat nutup pintu tadi! Gue terlalu gugup sampai enggak sadar,” sesal Reyhan panik sembari memegang kedua tangan gadis itu secara spontan.
Yeoso mengangguk kaku, lalu membalas, “Ini bukan salah lo, Rey. Seharusnya gue bilang tadi kalau mau ke sini. Karena lo pasti ngiranya gue cewek lain, ‘kan? Gue sempat dengar keluhan lo yang diganggu tidurnya kok.”
**
Kedatangan Yeoso ke kelas ternyata untuk memberi tahu Reyhan masalah orang tuanya yang akan datang. Gadis itu benar-benar serius untuk mengenalkan lelaki itu tepat di depan orang tuanya sendiri. Tidak peduli mereka setuju atau tidak, tetapi Yeoso akan berusaha.
Bukan tanpa alasan gadis itu meminta Reyhan untuk menuruti kemauannya. Karena selama ini Yeoso juga sudah memperhatikan Reyhan dengan sedikit penasaran. Awalnya gadis itu hanya penasaran dengan Reyhan yang beberapa kali dipergoki tengah memperhatikannya.
Sampai rasa penasaran Yeoso pun semakin menggunung ketika Reyhan dengan sengaja berdiri tepat di sampingnya. Namun, ada yang aneh dari sikapnya biasa ramai mendadak pendiam. Sampai membuat kedua sahabatnya bertanya-tanya.
Akhirnya rasa penasaran gadis itu pun terjawab yang ternyata Reyhan menyukainya. Hanya saja lelaki itu tampak malu dan ragu untuk mengatakannya. Membuat Yeoso merasa bahwa Reyhan benar-benar tulus.
Karena tidak sedikit lelaki seperti Reyhan dalam memperlihatkan rasa sukanya. Bahkan kalau dipikir, lelaki itu sudah bertahan selama satu tahun penuh. Sebab, semua kejadian ini berawal dari mereka yang berada di dalam satu kelompok MOS. Sampai akhirnya diberitakan bahwa mereka berdua berada di kelas yang berbeda karena selisih nilai yang tidak terlalu jauh dari standar masuk kelas pertama.
Maka dari itu, Yeoso sangat yakin untuk mengenalkan Reyhan pada kedua orang tuanya yang akan datang pada Hari Tahun Baru Lunar. Karena mereka berdua memutuskan untuk bersama Yeoso selama beberapa hari.
“Lo yakin mau ngenalin gue?” tanya Reyhan masih tidak mempercayai perkataan gadis yang ada di sampingnya.
Kini keduanya tengah berada di sebuah taman belakang sekolah untuk berbincang lebih tenang. Mereka memang sengaja melarikan diri dengan Yeoso telah menyelesaikan lebih dulu tugasnya. Gadis itu memang sudah mempersiapkan dengan matang semalam, sehingga tidak membutuhkan waktu lama Yeoso telah menyelesaikan tugas.
“Yakin! Kenapa gue harus ragu? Lagi gue gue mau ngenalin lo sebagai pacar,” jawab Yeoso santai, lalu menatap penuh selidik ketika menyadari sesuatu. “Tunggu, apa jangan-jangan lo masih belum menganggap gue sebagai pacar?”
Reyhan menggeleng keras. “Bukan itu, maksud gue … kita ‘kan belum ada ungkapan resmi secara tanggal. Bagaimana kita akan merayakan hari jadian kita kalau tidak ada?”
Mendengar hal tersebut, Yeoso kembali mengangguk pelan. “Baiklah, sekarang ungkapin rasa lo biar kita bisa jadian secara resmi.”
“Se … sekarang?” Reyhan tampak sangat gugup mendengar perkataan Yeoso yang terlihat sangat ringan tanpa beban.
Yeoso mengangkat bahunya acuh tak acuh seakan menyerahkan semuanya pada lelaki tampan yang sekarang berada di depannya. Memang tidak dapat dipungkiri gadis itu pun merasa sangat gugup, tetapi ia bisa menyembunyikannya dengan baik. Lain halnya dengan Reyhan yang terlihat jelas ketika gugup.
Dengan mengembuskan napasnya panjang, Reyhan berusaha menguatkan hatinya agar tidak mempermalukan diri sendiri. Tentu saja ia sudah mempersiapkan diri sejak kapan, tetapi lelaki itu sama sekali tidak menyangka bahwa Yeoso akan meminta pengakuan secara tiba-tiba.
Reyhan berlutut tepat di hadapan Yeoso yang terlihat melebarkan matanya terkejut. Gadis itu tampak bangkit dengan menatap ke sembarang arah memperhatikan sekelilingnya yang tidak ada siapa pun.
“Gue tahu, mungkin selama ini lo ngira kalau gue itu hanya pemberi harapan palsu. Datang dan pergi sesuka hati tanpa memikirkan perasaan lo seperti apa. Tapi, sebenarnya gue hanya bingung sama diri gue sendiri. Siap atau enggak ngelindungi satu-satunya orang yang paling gue sayang. Butuh waktu lama untuk memberanikan diri sampai pada di titik ini. Bahkan butuh campur tangan lo yang ternyata udah nebak perasaan gue duluan,” ungkap Reyhan memperlihatkan sebuah tangkai bunga yang entah dari mana dapatnya. Seakan lelaki itu sudah mempersiapkan semuanya dengan matang.
“Jangan bingung bunga ini dari mana, karena gue setiap hari selalu bawa satu tangkai bunga untuk mengumpulkan keberanian mengungkapkan rasa sama lo, Yeoso. Gue Reyhan Aditama dengan segala kekurangan menjadikan lo kekasih satu-satunya yang gue punya. Tidak menerima penolakan karena lo pasti mau pacaran sama gue,” pungkas Reyhan mendadak penuh percaya diri. Kembali pada sifat aslinya yang tidak terduga sekaligus menyebalkan.
Sontak Yeoso yang sama sekali tidak menduga bahwa ungkapan romantis lelaki itu akan berujung menyebalkan pun hanya menganga tidak percaya. Ia mematung menatap penuh kebingungan ke arah tangkai bunga yang begitu romantis dan perkataan mengejutkan dari Reyhan.
“Rey, lo sebenarnya niat enggak sih nembak gue?” sungut Yeoso mengambil tangkai bunga tersebut sembari mengembuskan napasnya kesal.
“Niat! Tapi, berhubung lo udah tahu perasaan gue, kenapa harus romantis? Lagi pula, bukankah lo juga bukan tipe cewek yang menye-menye,” balas Reyhan santai sembari mengacak lembut puncak kepala Yeoso.
Gadis itu mencibir pelan, lalu menghirup aroma bunga alami yang ada di tangannya. “Lo benar-benar ajaib, Rey. Bagaimana bisa lo sekolah bawa bunga asli begini setiap hari?”
Reyhan tertawa pelan, lalu mencubit kedua pipi gadis menggemaskan yang sekarang sudah resmi menjadi kekasihnya. Terasa seperti mimpi, tetapi lelaki itu benar-benar bahagia.
“Ini ide dari Eve, gue juga enggak tahu maksud dari dia itu apa. Yang jelas dia selalu ingetin gue buat bawa bunga, sampai akhirnya gue terbiasa dan dia udah mulai lupa,” jawab Reyhan mengingat betapa bawelnya dulu ketika ia masih mengincar Yeoso. Sayangnya lelaki itu baru memiliki keberanian kelas 11.
“Eve sama The Handsome Guy dekat, ya?” tanya Yeoso memelankan suaranya dan kembali mendudukkan diri.
Sejenak lelaki tampan yang menjadi bagian dari The Handsome Guy pun menoleh sesaat. Reyhan mengembuskan napasnya panjang dan mengangguk pelan. Mereka berdua memang bertemu sejak pertama kalinya masuk SMA sampai akhirnya dekat menjadi seperti ini.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa mereka dekat akibat persahabatan Zafran yang tidak akan pernah bisa dipisahkan. Bahkan dengan lapang d**a Jordan menjadi pengganti lelaki itu ketika berada di kelas.
Meskipun mendapat titipan yang cukup merepotkan, tetapi lelaki itu menjalankannya dengan benar. Sebab, Evelina berbeda daripada perempuan kebanyakan. Tentu saja Evelina hidup menjadi dirinya sendiri yang begitu acuh tak acuh.
“Intinya, Eve itu udah menjadi bagian dari kita juga. Cuma bedanya dia enggak terlalu suka dekat-dekat karena lo tahu sendiri gimana ganasnya penggemar The Handsome Guy. Dan, itu juga salah satu alasan gue masih ragu untuk deketin lo. Tapi, gue akan menjadi Zafran yang siap melindungi Evelina kapan pun dia butuh,” pungkas Reyhan sedikit mengagumi betapa bertanggungjawabnya lelaki tersebut.