10. Kejanggalan Yang Aneh

1008 Kata
Sekitar pukul 2.00 am, vila yang dihuni oleh Evelina dan The Handsome Guy pun dipenuhi oleh banyak murid SMA Catur Wulan. Semua berawal dari Reyhan yang menjadi ketua kelas 11 IPS 2 memberi tahu masalah Mesya mencekik Evelina saat datang tanpa diundang. Tentu saja murid SMA Catur Wulan yang penasaran pun berbondong-bondong datang untuk melihat keadaan dua murid memiliki sifat berbanding balik itu saling bertengkar. Namun, sayangnya bukan pertengkaran yang mereka dapatkan, melaikan wajah bingung Mesya melihat betapa kacaunya keadaan Evelina dengan leher yang terlihat memerah akibat dicekik dirinya. “Eve, apa kamu baik-baik saja?” tanya Pak Handiarto memastikan anak muridnya. Evelina mengangguk pelan, lalu menjawab, “Saya baik-baik saja, Pak.” “Bagaimana ini bisa terjadi, Mesya? Kalau kamu memiliki masalah dengan Evelina, bisa bicarakan dengan baik. Bapak sama sekali tidak menyangka kamu akan berbuat seperti ini,” tutur Pak Handiarto mengembuskan napasnya kecewa melihat dua anak murid di kelasnya bisa terlibat masalah yang hampir saja melayangkan nyawa kalau tidak cepat-cepat dipisahkan oleh Jo dan Zafran. Mesya terlihat bingung sekaligus tidak percaya dirinya akan melakukan hal seperti itu pada Evelina, terlebih mereka berdua bisa dikatakan sama sekali tidak pernah berbincang atau pun berkenalan. Walaupun berada di dalam kelas yang sama, keduanya seperti orang musuhan yang tidak mengenal satu sama lain. Mesya memang mengenal Evelina hanya sebatas teman kelas saja, tidak lebih. “Saya tidak pernah melakukannya, Pak!” bela Mesya dengan nada tidak suka, lalu menatap ke arah Evelina yang menunduk dalam-dalam.” Eve, lo bilang dong kalau ini bukan ulah gue! Meskipun kita enggak pernah kenalan, lo juga enggak bisa berbuat seenaknya.” “Heh! Jaga omongan lo, ya!” sentak Zafran tidak terima. Sontak aura kemarahan lelaki itu pun menyelimuti ruang tamu vila kuno membuat beberapa murid SMA Catur Wulan merasa terkejut sekaligus tidak percaya melihat Zafran pertama kalinya memperlihatkan kemarahan akibat Evelina yang disalahkan. “Zafran, jangan membentak seperti itu. Ibu tidak suka kalau ada seorang laki-laki yang kasar terhadap perempuan,” sela Bu Liane dengan nada penuh peringatan. Mendengar hal tersebut, Zafran pun mengembuskan napasnya kasar. Lelaki itu kembali menatap ke arah Evelina yang mengangguk pelan, mengisyaratkan agar sahabatnya tetap tenang, walaupun dalam gejolak emosi yang begitu kuat. Sedangkan Mesya yang mendapat sentakan dari Zafran pun mendadak takut. Gadis itu awalnya tidak menyangka dan mengira bahwa Evelina hanya mengada-ngada. Namun, keberadaannya di vila ini membuat Mesya kembali meragukan pendapat dirinya sendiri. Ia mulai merasa bahwa apa yang dikatakan Jordan kepada Pak Handiarto memang benar. “Jordan, cepat ceritakan apa yang terjadi!” titah Pak Handiarto tegas. Sejenak lelaki berwajah kalem itu pun mengembuskan napasnya panjang, lalu menghadap penuh ke arah dua wali kelas yang terlihat khawatir. “Eve turun ke bawah untuk mengambil air minum dan dia tanpa sengaja melihat kedatangan Mesya yang terlihat aneh. Saat hendak dipertanyakan, tiba-tiba Mesya langsung mencekik begitu saja dan saya bersama Zafran pun datang memisahkan keduanya. Kemudian, Reyhan yang mendengar keributan langsung keluar dari kamar dan memangil Pak Han bersama Bu Liane untuk menyelesaikan masalah ini. Karena Eve hampir saja kehilangan nyawa akibat Mesya, kalau kita terlambat sedetik saja.” Penuturan itu pun membuat semua murid SMA Catur Wulan langsung mengarahkan pandangannya kepada Mesya. Mereka kompak menatap dengan kening yang mengernyit penuh berbagai arti, salah satunya tampak tidak percaya bahwa Mesya akan melakukan hal seperti itu terhadap Evelina yang sama sekali tidak pernah berbuat salah. Bu Liane yang mendengar penuturan Jordan pun mengangguk pelan, lalu menatap ke arah Evelina. Guru cantik nan muda itu tampak menatap penuh kelembutan sembari memegang kedua tangan Evelina yang terasa dingin. “Eve, bagaimana perasaanmu? Apakah sudah lebih baik?” tanya Bu Liane. Tanpa menjawab, Evelina hanya tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Ia memang sudah jauh lebih baik dibandingkan tadi. Meskipun tatapannya terus mengarah pada sesosok hitam yang ternyata mengikuti dirinya. “Kalau sudah tidak ada yang dipermasalah lagi, ayo semua kembali ke kamar! Mesya, kamu ikut Ibu dulu jangan pergi ke mana pun.” Bu Liane menatap penuh serius. Kemudian, murid SMA Catur Wulan pun melenggang pergi dari vila kembali menuju kamar masing-masing mengingat masih dini hari dan mereka harus menyiapkan banyak energi untuk besok melakukan banyak kegiatan. Tentu saja masalah ini tidak anak sampai keluar dari vila, sebab mereka jelas ingin tetap menjaga nama baik SMA yang mungkin akan dikatakan sebagai brutal jika diberitakan sampai keluar bahwa ada kecelakaan antar siswinya. Sedangkan Mesya terlihat menatap penuh arti ke arah Evelina sebelum akhirnya gadis itu melenggang pergi mengikuti Bu Liane yang sudah melenggang pergi membawa beberapa murid SMA Catur Wulan untuk segera keluar. Sementara itu, Evelina yang merasa masalah sudah selesai pun ikut bangkit membuat The Handsome Guy menatap penuh penasaran. Akan tetapi, mereka tidak ada yang berani menahannya lebih lama, karena hari masih gelap dan gadis itu harus melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda. Malam pun berganti dengan cepat, tetapi sayangnya The Handsome Guy yang memutuskan untuk tetap terjaga sembari membicarakan masalah Evelina dicekik sekaligus mempertanyakan ada hal apa yang terjadi di antara keduanya. Meskipun Evelina sering mendapatkan peringsakan, tetapi gadis itu hampir tidak pernah mendapat masalah yang melayangkan nyawa. Membuat ketiga lelaki tampan itu mempertanyakan hal apa yang sudah terjadi di belakangnya. Namun, sayang sekali tidak ada yang menyadari hal tersebut membuat tiga lelaki tampan itu kompak mengembuskan napasnya kecewa, lalu masing-masing dari mereka pun mulai membersihkan tubuh di kamar mandi yang tersedia dua kamar saja. Jelas The Handsome Guy harus bergantian dengan Jordan memutuskan untuk menunggu sembari memperhatikan keadaan sekitar kamar mandi yang berada di luar dekat kolam renang kosong tanpa air. Bisa dikatakan seluruh keadaan vila kuno tersebut tampak sangat mewah. Untuk ukuran bangunan zaman belanda, jelas vila yang memiliki kolam renang sudah sangatlah kaya dan mewah. Bahkan bisa dikatakan hanya dimiliki oleh kalangan atas sehingga bukan sembarangan orang. Saat Jordan asyik memperhatikan sekitar pandangan lelaki itu terhenti pada sisa pembakaran dari sesuatu yang aneh. Membuat Jordan berjongkok memegang dengan kening yang berkerut bingung, tetapi perhatiannya pun langsung teralihkan ketika mendengar suara seorang gadis di belakang. “Jordan, di mana yang lain?” tanya Evelina datang membawa barang bawaan yang biasa digunakan untuk membersihkan tubuh ala perempuan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN