Sebuah pandangan gelap nan berkabut tampak menyambut pandangan Evelina yang baru saja membuka mata. Gadis itu terlihat mengernyit bingung menyadari keanehan yang terjadi pada sekitarnya membuat Evelina bangkit dari tempat tidurnya.
Ia menyadari bahwa tubuhnya tengah melakukan perjalanan ke portal alam lain. Melihat dari situasi yang terjadi sama persis ketika dirinya baru saja datang. Membuat gadis itu mengembuskan napasnya panjang.
Di tengah rasa kesalnya akibat tertarik pada dimensi lain, sejenak Evelina mendengar suara kegaduhan dari lantai bawah membuat gadis itu mengernyit bingung. Ternyata ia benar-benar berada di dalam vila yang menjadi tempat penginapannya selama hiking.
Dengan langkah pelan namun pasti, Evelina mulai menuruni anak tangga satu per satu mengikuti sumber suara gaduh yang menarik perhatiannya. Gadis itu mengernyit penasaran saat melihat kobaran api menyala tepat di hadapannya. Merambat dengan sangat cepat membuat Evelina terpaku di tempat dan tidak bisa bergerak sedikit pun.
Orang-orang yang menyebabkan kegaduhan pun menyadari keberadaan Evelina membuat mereka secara bersamaan berlari ke arah gadis itu sampai dalam jarak cukup dekat, seseorang terasa menarik pergelangan tangan Evelina menjadikan gadis itu terbangun dari tidurnya.
Evelina membuka matanya dengan napas yang tersenggal-senggal sembari memikirkan kejadian di alam mimpi terasa nyata. Gadis itu bangkit dari tempat tidur dan melenggang keluar dari kamar. Ia mengabaikan beberapa hantu yang menatap penasaran sekaligus terintimidasi akan kehadirannya.
Sejenak gadis yang mengenakan hoodie itu pun turun menuju dapur yang terletak tepat di bawah kamarnya. Ia melewati beberapa kamar yang mungkin berisikan The Handsome Guy. Sebab, ketiga kamar tersebut ditutup dengan rapat membuat Evelina mengembuskan napasnya panjang. Ia jelas tidak bisa menebak di mana keberadaan Zafran untuk menemani ke dapur.
Di sela Evelina menikmati segelas air minum dari tempat minum yang tersedia di sana, ada sesosok hitam pekat memperhatikan dari sudut ruangan dekat lemari penyimpanan zaman dahulu. Membuat gadis yang berusaha untuk tetap fokus itu pun mulai merasa penasaran.
Tentu saja bagi seorang gadis yang memiliki kepekaan cukup tinggi, Evelina merasakan aura penuh dendam menyelimuti vila kuno ini. Seakan sang pemilik dari vila memiliki sesuatu masalah yang belum tuntas semasa hidupnya. Membuat mereka masih terbayang-bayangi oleh emosi.
Namun, entah mengapa ia merasakan gejolakan emosi lebih kuat saat merasakan aura di sekitarnya tampak tenang. Semakin luas ruangan yang Evelina tinggali, maka semakin besar pula energi yang harus gadis itu terima. Membuat perut Evelina pun mendadak mual, tetapi gadis itu berusaha menahannya agar tidak ada sesosok menyadari kepekaan dirinya.
Selesai menandaskan air dari dalam gelas, Evelina pun bergegas naik menuju kamarnya kembali. Ia mulai merasakan energi kuat semakin menghimpit pernasapannya hingga terasa sangat sesak. Membuat gadis itu berusaha menghindarinya agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diiginkan. Apalagi Zafran sedang tertidur membuat Evelina tidak bisa mengatakannya pada siapa pun.
Saat Evelina hendak menaiki tangga, tiba-tiba ekor matanya menangkap siluet seseorang berdiri di depan pintu utama. Membuat langkah gadis itu pun terhenti, lalu mengernyitkan keningnya bingung menyadari seseorang tersebut berdiri kaku membelakangi dirinya.
Sontak tindakan itu pun membuat Evelina merasa penasaran dan mengurungkan niatnya untuk langsung bergerak menuju kamar. Gadis berpakaian hoodie itu pun menghampiri seseorang yang berdiri kaku seakan hendak melakukan sesuatu.
“Permisi,” celetuk Evelina menepuk pundak seseorang tersebut yang ternyata seorang gadis seusia dengan dirinya.
Tepat saat yang bersamaan seorang gadis berdiri kaku itu pun berbalik dan langsung mencekik Evelina dengan sangat kuat. Sontak Evelina langsung berteriak sekuat tenaga sembari memegangi tangan seorang gadis yang ternyata satu kelas dengan dirinya, Mesya.
“Mes … Mesya, lo ke … kenapa?” tanya Evelina dengan bersusah payah dan berusaha menahan serangan gadis itu yang hendak menghempaskan tubuhnya.
“Lo harus mati!” jawab Mesya dengan tatapan menyalang penuh amarah sembari mengeratkan kedua tangannya.
Akan tetapi, siapa sangka kalau teriakan terkejut dari Evelina pun membangkitkan Zafran yang awalnya tengah berbincang dengan Jo. Mereka berdua memang biasa melakukan banyak perbincangan mengenai masalah yang terjadi.
Keduanya kompak keluar dari kamar Zafran dan mendapati Evelina tengah di pojokkan oleh Mesya. Membuat sahabat lelaki Evelina langsung berlari menghampiri dan berusaha melepaskan tangan Mesya.
Sedangkan Jordan ikut menarik tubuh Mesya agar menjauh dari Evelina. Dua lelaki itu benar-benar bersusah payah dengan Evelina yang berusaha ikut melepaskan tangan Mesya pun mulai kehilangan kesadaran. Entah kenapa matanya benar-benar ingin menutup membuat Evelina secara perlahan alami menutup kelopak matanya.
Namun, siapa sangka kalau pergerakan itu membuat Zafran semakin panik hingga mau tak mau menampar Mesya dengan begitu kuat bahkan mengejutkan Jordan yang berusaha memegangi tubuh gadis itu.
“Zaf, lo ….”
Belum sempat Jordan menyelesaikan perkataannya, tubuh Mesya pun tidak sadarkan diri dan langsung ambruk ke dalam pelukan lelaki tersebut. Membuat Jordan mengembuskan napasnya panjang, lalu membopong tubuh Mesya menuju sofa panjang yang ada di ruang tamu.
Sementara itu, Evelina berusaha mengusir rasa kantuknya dengan berkali-kali menggeleng kepala kuat. Kemudian, menatap ke arah Zafran dengan tersenyum tipis. Menandakan bahwa semuanya baik-baik saja.
“Maaf gue terlambat, Ve,” sesal Zafran memegang pundak sahabatnya dengan begitu erat, lalu menarik tubuh mungil tersebut ke dalam pelukan hangatnya.
Evelina tersenyum sendu melihat kekhawatiran Zafran, lalu menyanggah dengan penuh ketenangan, “Enggak, Zaf. Lo udah melakukan yang terbaik. Terima kasih.”
Zafran melepaskan pelukannya dan menatap Evelina dari ujung kaki sampai ujung kepala. Memastikan bahwa tubuh gadis itu baik-baik saja. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan jika hal sesuatu terjadi pada sahabatnya.
“Ve, tadi lo ngapain kok bisa Mesya tiba-tiba nyekik begitu?” tanya Zafran mengernyit bingung.
“Entahlah, gue juga enggak tahu. Tapi, dia sepertinya kerasukan, Zaf,” jawab Evelina mengembuskan napasnya panjang. “Sekarang dia ada di mana?”
“Dibawa sama Jo ke ruang tamu.” Zafran masih menatap penuh kecemasan terhadap apa yang telah terjadi tadi.
Mendengar jawaban tersebut, Evelina pun langsung melenggang pergi menuju ruang tamu untuk melihat keadaa Mesya. Entah kenapa ia merasaka sesuatu telah menempeli gadis jutek tersebut.
Memang tidak dapat dipungkiri pembawaan Mesya yang selalu emosi membuat gadis itu mungkin mendapat sambutan kurang baik terhadap penghuni di sini. Membuat Evelina harus membantunya agar tidak lagi berbuat seperti ini, karena urusannya bisa panjang kalau orang lain yang tercekik. Sebab, mereka belum tentu sepeka Evelina yang bisa merasakan gejolakan emosi dari alam lain.